Minggu, 13 November 2016

RENUNGAN

Tiga doa yang janganlah kau lupakan dalam sujud 

Syeikh Abdul Aziz Bin Baaz -semoga Allah
merahmatinya- berkata :
*Merupakan 3 doa yang janganlah kau lupakan dalam sujud*
1. Mintalah diwafatkan dalam keadaan *khusnul khotimah*
١ . ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺨﺎﺗﻤﺔ
*Allahumma inni as'aluka husnal khotimah*
Artinya : " Ya Allah aku meminta kepada-MU
husnul khotimah "
 2. Mintalah agar kita diberikan kesempatan *Taubat sebelum wafat*
٢ . ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺭﺯﻗﻨﻲ ﺗﻮﺑﺘﺎ ﻧﺼﻮﺣﺎ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻤﻮﺕ
*Allahummarzuqni taubatan nasuha qoblal maut*
Artinya: " Ya Allah berilah aku rezeki taubat
nasuha (atau sebenar-benarnya taubat)
sebelum wafat "
 3. Mintalah agar *hati* kita ditetapkan diatas *Agamanya*.
٣. ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻳﺎ ﻣﻘﻠﺐ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺛﺒﺖ ﻗﻠﺒﻲ ﻋﻠﻰ ﺩﻳﻨﻚ
*Allahumma yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi'ala diinika*
Artinya: " Ya Allah wahai sang pembolak balik
hati, tetapkanlah hatiku pada agama-MU "
Kemudian saya sampaikan,
jika kau sebarkan perkataan ini, dan kau
berniat baik denganya, maka semoga
menjadikan mudah urusan urusanmu di dunia
dan akhirat.
Lakukanlah kebaikan walau sekecil apapun itu,
karena tidaklah kau ketahui amal kebaikan
apakah yang dapat menghantarkanmu ke Surga
Allah.
_______________________________
Syaikh Bin Baz Rahimahullah:
Doa Yang Jangan Kalian Lupakan Ketika Sujud

TITIP DO'A

Tolong selipkan namaku diantara do'a2 panjangmu wahai saudaraku......


UJIAN TERBERAT

Bismillah
Ujian terberat bagi seorang mukmin  dalam perjalanannya menuju Allah adalah ujian keikhlasan.
Keikhlasan itu semangkin terasa berat tatkala seseorang merasa telah banyak berjasa dan berbuat untuk agama Allah, berkorban dan "berdarah-darah" untuk memperjuangkan tegaknya "kalimat Allah"dan hasil kerja kerasnya telah mulai terlihat...
Tiba-tiba ia harus tersingkir atau disingkirkan, di buang dan dilupakan manusia, bahkan dituduh dan dihujat manusia.....
Ketika itulah Syetan memiliki kesempatan besar untuk mempermainkan perasaanya, menguasai dan menyetir semaunya.
Ketika itu pulalah logikanya menjadi tumpul, rasionya "mandul" dan akal sehatpun terbelenggu.
Tatkala perasaan mendominasi,akalpun menjadi mati. Ketika itu syariat tidak lagi berfungsi. Segala gerak gerik,tindak- tanduk dan sepak-terjangnya...murni   bertumpu pada perasaan.
Keikhlasan pun hilang, yang ada adalah dendam kesumat untuk menghabisi orang-orang yang dianggapnya menjadi"sumber masalah".
Ia akan lakukan apapun dan menghalalkan cara apapun untuk mencapai ambisinya. Walaupum terkadang berlindung di balik amalan akhirat dan mengatas namakan agama.
Efek dendam kesumat akan membutakan "hatinya " sehingga tidak lagi dapat membaca dampak dari sepak terjangnya ke depan.
Ia tidak begitu peduli lagi  sekalipun kelak harus mengoyak-ngoyak persatuan, memicu perpecahan dan perseteruan, mengorbankan ukhuwah dan dakwah.
Malam-malamnya menjadi panjang dalam kegelisahan. Dadanya menjadi begitu sempit dan tertekan hingga"orang-orang yang menjadi sumber masalah" menurutnya-tersebut dihinakan dan dijatuhi hukuman Tuhan.
Subhanallah..
Itulah ujian keikhlasan yang maha berat dan dahsyat. Kerja beratnya untuk menghusung dakwah bukanlah "berbuah "sanjungan dan pujian.
Sebaliknya kezaliman, fitnah dan perasaan terbuang dengan tidak hormat,dan disingkirkan yang ia raih.
*            *              *
Sekiranya bukan karena keikhlasan bercokol di dada" ku yakin sang Panglima Khalid akan mengkudeta Amirul Mukminim-Umar Bin Khattab yang telah menyingkirkannya dari jabatan "panglima besar" menjadi prajurit biasa. Apalagi kala itu puluhan ribu prajurit ada di bawah komandonya.
Tatkala ikhlas bersarang didada, kebijakan tersebut,tidak sedikitpun merubah perjuangan dan jihadnya di jalan Allah. Karena keyakinannya bahwa ia berperang untuk mecari ridho Allah,bukan pujian dan ridho manusia.
Duhai Tuhan pemilik hati-hati manusia, ajari kami untuk ikhlas tatkala dilupakan manusia, disingkirkan dan diabaikan di bumi.
Ajari kami untuk tidak merasa berjasa dengan segala yang kami pernah lakukan untuk agamaMu.
-------------------
Batu, Malang 17 Syawal 1437/ 22 Juli 2016
Abu Fairuz Ahmad Ridwan MY.

*_ PETUNJUK RASULULLAH*_ *_shallallahu alaihi wasallam_*
Dari Muadz bin Jabal_* radliyallahu anhu *_ bahwa rasulullah *_shallallahu alaihi wasallam memegang tangannya seraya_ bersabda :
*_ wahai muadz! demi allah sungguh aku mencintaimu, demi allah sungguh aku benar benar mencintaimu, aku wasiatkan kepadamu wahai muadz !janganlah sampai kamu meninggalkan disetiap akhir shalat untuk mengucapkan :*_
اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
*_ ya Allah tolonglah diriku agar selalu mengingatmu, mensyukurimu dan mengibadahimu dengan baik_*
*_ Shahih Abi Dawud 1521*_
sumber yayasan as sunnah ash shahihah
📝*"RIZKIMU TAHU DI MANA DIRIMU"*
Mungkin kau tak tahu dimana rizkimu..
Tapi rizkimu tahu dimana dirimu..
Dari lautan biru, bumi dan gunung..
Allah memerintahkannya menujumu..
Allah menjamin rizkimu, sejak 4 bulan 10 hari kau dalam kandungan ibumu..
Amatlah keliru bila rizki dimaknai dari hasil bekerja..
Karena bekerja adalah ibadah..sedang rizki itu urusanNya.
Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya adalah kekeliruan berganda..
Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji..
Yang mungkin esok akan ditinggal mati..
Mereka lupa bahwa hakekat rizki bukan apa yang tertulis dalam angka..
Tapi apa yang telah dinikmatinya..
Rizki tak selalu terletak pada pekerjaan kita..
Allah menaruh sekehendak-Nya..
Diulang bolak balik 7x Shafa dan Marwa, tapi zamzam justru muncul dari kaki bayinya..
Ikhtiyar itu perbuatan..
Rizki itu kejutan..
Dan jangan lupa..
Tiap hakekat rizki akan ditanya..
_"Darimana dan untuk apa?"_
Karena rizki adalah *"hak pakai"*
Halalnya dihisab..
Haramnya diadzab..
Maka, jangan kau iri pada rizki orang lain...
*_Bila kau iri pada rizkinya, kau juga harus iri pada takdir matinya._*
Karena Allah membagi rizki, jodoh dan usia ummat-Nya..
Tanpa bisa tertukar satu dan lainnya..
Jadi bertawakkal lah, ridho dengan ketentuan Allah, sehingga apapun itu engkau akan merasa cukup dan penuh kenikmatan.
*#Inspirasijumat#*


*HUKUMAN YANG TIDAK TERASA**

Seorang murid mengadu kepada gurunya:
"Ustadz, betapa banyak kita berdosa kepada Allah dan tidak menunaikan hakNya sebagaimana mestinya, tapi saya kok tidak melihat Allah menghukum kita."
Sang Guru menjawab dengan tenang:
"Betapa sering Allah menghukummu tapi engkau tidak merasa."
"Sesungguhnya salah satu hukuman Allah yang terbesar yang bisa menimpamu wahai anakku, ialah: Sedikitnya taufiq (kemudahan) untuk mengamalkan ketaatan dan amal amal kebaikan."
Tidaklah seseorang diuji dengan musibah yang lebih besar dari "kekerasan hatinya dan kematian hatinya."
Sebagai contoh:
Sadarkah engkau, bahwa Allah telah mencabut darimu rasa bahagia dan senang dengan munajat kepadaNya, merendahkan diri kepadaNya, menyungkurkan diri di hadapanNya..?
Sadarkah engkau tidak diberikan rasa khusyu' dalam shalat..?
Sadarkah engkau, bahwa beberapa hari-hari mu telah berlalu dari hidupmu, tanpa membaca Al-Qur'an, padahal engkau mengetahui firman Allah:
"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini ke gunung, niscaya engkau melihatnya tunduk, retak, karena takut kepada Allah."
Tapi engkau tidak tersentuh dengan Ayat-ayat Al-Qur'an, seakan engkau tidak mendengarnya...
Sadarkah engkau, telah berlalu beberapa malam yang panjang sedang engkau tidak melakukan Qiyamullail di hadapan Allah, walaupun terkadang engkau begadang...
Sadarkah engkau, bahwa telah berlalu atasmu musim musim kebaikan seperti: Ramadhan.. Enam hari di bulan Syawwal.. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dst.. tapi engkau belum diberi taufiq untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya..??
Hukuman apa lagi yang lebih berat dari itu..???
Tidakkah engkau merasakan beratnya mengamalkan banyak ketaatan (amal ibadah)..???
Tidakkah Allah menahan lidahmu untuk berdzikir, beristighfar dan berdo'a kepadanya..???
Tidakkah terkadang engkau merasakan bahwa engkau lemah di hadapan hawa nafsu..???
Hukuman apa lagi yang lebih berat dari semua ini..???
Sadarkah engkau, yang mudah bagimu berghibah, mengadu domba, berdusta, memandang ke yang haram..???
Sadarkah engkau, bahwa Allah membuatmu lupa kepada Akhirat, lalu Allah menjadikan dunia sebagai perhatian terbesarmu dan ilmu tertinggi..???
Semua bentuk pembiaran ini dengan berbagai bentuknya ini, hanyalah beberapa bentuk hukuman Allah kepadamu, sedang engkau menyadarinya, atau tidak menyadarinya...
Waspadalah wahai anakku, agar engkau tidak terjatuh ke dalam dosa-dosa dan meninggalkan kewajiban kewajiban.
Karena hukuman yang paling ringan dari Allah terhadap hambaNya ialah:
"Hukuman yang terasa" pada harta, atau anak, atau kesehatan.
Sesungguhnya hukuman terberat ialah: "Hukuman yang tidak terasa" pada kematian hati, lalu ia tidak merasakan nikmatnya ketaatan, dan tidak merasakan sakitnya dosa.
Karena itu wahai anakku, Perbanyaklah di sela sela harimu, amalan taubat dan istighfar, semoga Allah menghidupkan hatimu...
*(Diterjemahkan dari Taushiyah Syaikh Abdullah Al-'Aidan di Masjidil Haram pada 22 Rajab 1437)


JANGAN KAU SIA-SIAKAN AMAL KEBAIKANMU

Sebagian mereka bersusah payah di malam hari untuk sholat malam dan bertilawah al-Qur’an namun pada pagi harinya tidak satu kebaikan pun yang tersisa bagi mereka.
Sebagian mereka telah bersusah payah mengumpulkan kebaikan-kebaikan mereka sebesar gunung dari sholat, puasa, sedekah, dzikir, dan lain sebagainya namun ternyata amalan-amalan mereka tersebut tidak sampai naik kepada Allah dikarenakan mereka telah melakukan sebagian amalan yang merupakan akhlaq yang buruk.
Rasulullah bersabda:
ثَلاَثَةُ لاَتَرْ فَعُ لَهُمْ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُؤُوْ سِهِمْ شَبْرًا رَجُلٌ أَمَّ قَوْ مًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَا خِطٌ وَأَخَوَانِ مَتَصَارمَانِ
“Tiga golongan yang tidak diangkat sejengkalpun sholat mereka ke atas kepala mereka, seorang lelaki yang mengimami sebuah kaum dan mereka benci kepadanya, seorang wanita yang bermalam dalam keadaan suaminya marah kepadanya, dan dua orang bersaudara yang saling memutuskan hubungan”. [HR. Ibnu Majah I/311 no. 971 dan dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam Misykat Al-Mashobiih no. 1128]
Lihatlah…., Rasulullah menegaskan bahwa dua orang yang saling menghajr (namun bukan karena hajr yang disyari’atkan) maka sholatnya tidak akan diterima oleh Allah, padahal betapa banyak orang yang menghajr karena hawa nafsunya.
Ibnu Taimiyyah berkata: “Barangsiapa yang menerapkan hajr karena hawa nafsunya, atau menerapkan hajr yang tidak diperintahkan untuk dilakukan, maka dia telah keluar dari hajr yang syar’i. Betapa banyak manusia melakukan apa yang diinginkan hawa nafsunya, tetapi mereka mengira bahwa mereka melakukannya karena Allah.” [Majmuu’ al-Fataawa 28/203-210]
Bisa jadi juga meskipun amalan-amalan mereka diterima namun kemudian mereka menghancurkan kebaikan-kebaikan mereka tersebut dengan berbagai model dosa-dosa besar yang berkaitan dengan perbuatan dzolim terhadap manusia yang lain.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنَّ سُوْءَ الخُلُقِ يُفْسِدُ العَمَلَ كَمَا يُفْسِد
ُ الخَلُّ العَسَلَ
“Dan sesungguhnya akhlaq yang buruk merusak amal (sholeh) sebagaimana cuka yang merusak madu.” [HR. At-Thobroni dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth (I/259 no. 850), dan al-Mu’jam al-Kabiir (X/319 no. 10777).
Berkata al-Haitsami, “Pada sanadnya ada perawi yang bernama ‘Isa bin Maimuun al-Madani dan dia adalah perawi yang lemah” (Majma’ az-Zawaid VIII/24). Dan dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam as-Shahihah no. 907]
Berkata al-Munawi, “Rasulullah memberi isyarat bahwa seseorang hanyalah bisa memperoleh seluruh kebaikan dan mencapai tempat yang tertinggi serta tujuan yang paling akhir adalah dengan akhlak yang mulia. Mereka (para ulama) berkata bahwa hadits ini termasuk jawami’ul kalim” [Faidhul Qodiir 3/506]
Berkata al-‘Askari, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan amalan kebajikan jika ia menggandengkannya dengan akhlak yang buruk maka akan merusak amalannya dan menggugurkan pahalanya sebagaimana seseorang yang bersedekah jika mengikutkan sedekahnya dengan al-mann (menyebut-nyebutkan sedekahnya sehingga menyakiti yang disedekahkan)”. [Faidhul Qadiir 4/113-114]
Renungkanlah hadits berikut ini:
قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللّهِ : إِنَّ فُلاَنَةً تُصَلِّي اللَّيلَ وَتَصُومَ النَّهَارِ (( وعند أحمد : إِنَّ فُلاَنَةً يُذْ كَرُمِنْ كَثْرَةِ صَلاَتِهَا وَصِيَامِهَاوَصَدَقَتِهَا )) وَفِي لِسَانِهَا شَيْءٌ يُؤْذِي جِيْرَانَهَا سَلِيْطَةً قَالَ لاَ خَيْرَ فِيْهَا هِيَ فِي النَّارِ وَقِيْلَ لَهُ إِنَّ فُلاَنَةً تُصَلِّي المَكْتُوْبَةَ وَتَصُوْمُ رَمَصضَانَ وَتَتَصَدَّقُ بِالأَثْوَارِ وَلَيْسَ لَهَا شَيْءٌ غَيْرُهُ وَلاَ تُؤّْذِي أَحَدًا قَالَ هِيَ فِي الجَنَّةِ
“Dari Abu Hurairah, “Dikatakan kepada Rasulullah, Sesungguhnya si fulanah sholat malam dan berpuasa sunnah (Dalam riwayat Ahmad, “Sesungguhnya si fulanah disebutkan tentang banyaknya sholatnya, puasanya, dan sedekahnya”) namun ia mengucapkan sesuatu yang mengganggu para tetangganya, lisannya panjang?”[Berkata Ibnu Manzhur, “Jika mereka berkata اِمْرَأَةٌ سَلِيْطَةٌ maka maksud mereka ada dua yang pertama wanita t aknya sedekahnya namun semuanya itu tidak bermanfaat baginya. Amalannya jadi sia-sia, pahalanya terhapus, bahkan bukan cuma itu, ia pun berhak untuk masuk ke dalam neraka !!! Lantas bagaimana lagi dengan sebagian kita yang sangat sedikit ibadahnya, tidak pernah berpuasa sunnah, apalagi sholat malam, lalu lisan kita dipenuhi dengan beraneka ragam kemaksiatan...??!!

(Dari: Dari Madinah ) - Judulnya ana ganti, tanpa merubah isi.



RENUNGAN BUAT SEMUA☄
Wahai Syaikh..!"
ujar seorang pemuda,
"Manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama."
"Subhaanallah, keduanya baik", ujar sang Syaikh sambil tersenyum.
"Mengapa bisa begitu?"
"Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia bersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk semakin taat kepadaNya."
"Jadi siapa yang lebih buruk?", desak si pemuda.
Airmata mengalir di pipi sang Syaikh. "Kita Anakku", ujar beliau. "Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri."
Beliau terisak-isak. "Padahal kita akan dihadapkan pada  Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain.
Happy weekend🤓
☕Disalin dari Wa ardiansya

‼DAMPAK BURUK MENJAUH DARI MAJELIS ILMU...

Menjauh dari majelis ilmu dan pertemuan dengan para ikhwah serta menjauh dari kunjungan-kunjungan da’wah dapat mengeraskan hati.
🌾Al Hasan al Bashri berkata: “Sahabat-sahabat kami lebih mahal daripada keluarga kami. Keluarga kami mengingatkan kami kepada dunia sedangkan sahabat-sahabat kami mengingatkan kami kepada akherat.
🖊Usahakan selalu hadir di majelis ilmu atau minimal dua majelis ilmu dalam sepekan di masjid. Jika anda beranggapan mendengar kaset (atau radio –red) saja sudah cukup maka anda keliru. Sesungguhnya anda butuh hadir di masjid. Ketika anda duduk di majelis ilmu dalam masjid, para malaikat akan mengelilingimu, sakinah (ketenangan) akan menaungimu, rahmat akan turun kepadamu dan Allah akan memujimu di hadapan para malaikatNya...
Demi Allah, ini sesuatu yang lain dari yang lain.
Oleh karena itu engkau dapati kebanyakan orang-orang yang tergelincir adalah orang-orang yang melalaikan majelis ilmu.
🖊Rutinlah hadir di majelis ilmu, jagalah dan ikutilah jadwal-jadwalnya setiap pekan niscaya engkau memperoleh semangat keimanan yang baru. Jika di sana terdapat kekurangan maka akan segera membaik atau bila terdapat retak pasti tertutupi insya Allah.
Rahasianya, ketika engkau hadir di majelis-majelis ilmu, keimananmu akan meningkat. Kami dahulu selalu menyertai para masyaaikh di awal iltizam, lalu salah seorang sahabat kami absen. Syaikh bertanya tentangnya, mereka berkata: “Ia sedang asyik membaca sebuah kitab sehingga tidak bisa datang .” Syaikh berkta: “Kabarkan kepadanya bahwa pertemuanmu dengan sahabat-sahabatmu akan menambah keimanan dalam hatimu lebih banyak daripada engkau membaca kitab seorang diri.”
Memang benar, hadir di majelis-majelis ilmu untuk mencari berkah, barangkali ada salah seorang hadirin yang mustajab doanya. Apabila ia mengaminkan doa syaikh niscaya akan dikabulkan doa dan Allah akan merahmati seluruh hadirin. Dengan begitu engkau akan memperoleh kemenangan yang besar. Dalam hadits disebutkan:
هُمُ الْقَوْمُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ
“Mereka adalah satu kaum yang tidak akan rugi orang-orang yang bermajelis dengan mereka.” (Muttafaq ‘alihi)
Oleh karena itu seorang sahabat nabi berkata kepada temannya, “Bergabunglah bersama kami, kita meningkatkan iman sesaat.”
Kemudian apa yang engkau kerjakan apabila engkau tidak hadir?
Kesibukan-kesibukan dunia, ambisi-ambisi rendahan, bisikan-bisikan setan! Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertaqwa, masjidlah tempat kembali kaum mu’minin.
🖊Kembalilah ke masjid, hadirilah halaqah ilmu.
Berlindunglah kepada Allah niscaya Allah akan melindungimu. Janganlah berpaling, karena Allah akan berpaling darimu.
Dari terjemahan Min Asbaab Al-Futur wa 'Ilaajuhu karya Muhammad Husain Ya'qub Pustaka At-Tibyan Solo
Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Ihsan Al Atsari, M.A

SEKALI LAGI… SYUKURI APA YANG ADA…

Syaikh Ali Mustafa Thanthawi -rahimahullah-mengatakan:
Tak seorangpun di dunia ini melainkan pernah bertemu dengan orang yang kondisinya lebih baik atau lebih buruk dirinya.
Bila engkau miskin, pasti ada yang jauh lebih miskin darimu. 
Bila engkau sakit, pasti ada yang sakitnya jauh lebih parah darimu. Bila engkau merasa menderita, pasti banyak yang jauh lebih menderita dibandingmu. Bila engkau bersedia, pasti masih banyak yang lebih bersedih dibandingmu. Bila engkau merasa hidupmu sudah, pasti banyak orang yang lebih susah kehidupannya dibandingmu.
Lalu mengapa engkau lebih sering mengarahkan kepala ke atas untuk memandang orang-orang yang kondisinya lebih baik darimu, ketimbang mengarahkannya ke bawah, agar engkau melihat orang yang kondisinya jauh lebih sulit darimu agar engkau bersyukur dan bukan mengeluh?
Bila engkau tau bahwa ada orang yang bisa meraih harta dan kedudukan yang belum bisa kau raih. Padahal bila ditinjau dari aspek kecerdasan, pengetahuan serta kepribadian, levelnya jauh berada dibawahmu. Mengapa engkau tidak mengingat bahwa ternyata ada orang yang levelnya berada di diatasmu atau semisal denganmu dalam hal kecerdasan dan pengetahuan namun dia tidak pernah bisa meraih sebagian dari apa yang sudah engkau raih…?
Falsafah rizki itu sangat sulit untuk dimengerti. Tengoklah kehidupan manusia. Diantara mereka ada para penyelam yang Allah jadikan roti (kehidupannya) berserta segenap keluarga tersimpan jauh di dasar lautan. Mereka takkan bisa meraihnya hingga mereka mau menyelam ke dasar lautan yang dalam.
Ada juga para pilot yang Allah jadikan roti (kehidupannya) berada di atas awan, sehingga mereka tidak mungkin mendapatkannya hingga mereka mau terbang tinggi ke angkasa.
Ada juga yang roti (kehidupannya) tersembunyi di dalam bebatuan yang sangat keras, dimana mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan memecah batu-batu itu.
Ada pula orang-orang yang rezeki mereka berada di bawah gorong-gorong air yang kotor, atau di tempat-tempat penambangan yang dalam, dimana wajah mentari dan cahaya siang tak dapat dilihat.
Ada orang yang mendapatkan bagian rezekinya dengan tangan, kaki, lisan dan otaknya. Ada juga yang tidak bisa meraihnya kecuali den mempertaruhkan nyawa dan menghadapkan diri kepada kematian, seperti halnya para pemain sirkus yang selalu saja diburu kematian. Kalau ia tidak mendapati rizkinya dengan cara jatuh bertumpuh di atas kepala, ia mendapatinya ketika berada di antara taring-taring singa atau di bawah kaki-kaki gajah.
Maka bersyukurlah kepada Allah, karena Dia telah menjadikan rezekimu berada di atas meja kerjamu. Kau bisa mendapatkannya sambil duduk di atas kursi. Bersyukurlah karena Dia tidak menjadikan rezekimu berada di puncak-puncak gunung yang tinggi, atau di dasar lautan yang dalam, juga tidak harus berhadapan dengan singa maupun macan.
Beliau juga mengatakan:
Dengan gaji yang sedikit engkau bisa menjadi orang yang paling bahagia, asalkan engkau cerdas mengelola keuanganmu dan ridho terhadap pembagian Robb-mu.
(Syekh Ali Musthafa Thanthawi dalam risalah Ma’a An-Naas hal: 78-79)
_________________
Madinah 14-05-1436 H

ACT El Gharantaly

Jika seorang ayah rajin Shalat,
sang anak akan mengikuti...
Jika seorang ayah rajin membaca Al Quran,
sang anak akan mengikuti...
Jika seorang ayah rajin shalat tahajud,
sang anak akan mengikuti...
Jika seorang ayah berbakti kepada orang tuanya (kakek),
sang anak akan mengikuti...
Jika seorang ayah rajin bersedekah,
sang anak akan mengikuti...
dst...
⏰ Bersabarlah wahai ayah mungkin saat ini anakmu belum mampu mengikuti semua kebaikan yang kau lakukan...
Tetapi suatu saat nanti anak yang sudah dewasa, akan melihat dan menjadikan ayah sebagai teladan dalam keluarganya...
Dan ia ingin senantiasa lebih baik dari ayahnya dalam segala hal...
Dan sebaliknya....
berhati hatilah ayah....
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸
🍃🌱🌴🍂🍀🌿☘
AYAH…
قال الاب لإبنه: احذر أين تضع رجليك
رد عليه ابنه قائلا: إحذر انت يا أبي فأنا اتبع خطواتك
Seorang ayah berkata kepada anaknya :
“Berhati-hatilah saat menapakkan kakimu.
Sang anak membalas :
“Engkaulah yang semestinya berhati-hati wahai ayahku, karena aku hanya mengikuti langkahmu.”
💡Dalam majelisnya, Syaikh Anis sering mengutip gubahan syair yang berbunyi:
و ينشأ ناشئ الفتيان منا على ما كان عوده أبوه
Artinya: “Generasi muda kita tumbuh besar sesuai dengan perilaku yang dibiasakan oleh orang tuanya”
Ayah…
Kaulah cerminan hidup keluarga..
Aan Chandra Thalib,



NASEHAT AKHIR RAMADHAN

RAMADHAN SEBENTAR LAGI AKAN PERGI, UNTUK WAKTU YG LAMA
KITA TIDAK TAHU APAKAH AKAN BERTEMU LAGI ATAU TIDAK
TAMU YG KATANYA KITA RINDUKAN SEBENTAR LAGI AKAN PERGI
APAKAH SETELAH BERTAMU SEBULAN INI KITA LAYAK DISEBUT MENCINTA RAMADHAN
APAKAH KITA SUDAH MERAHABI HIDANGAN YG DIBAWA RAMADHAN ?
APAKAH KITA SEDIH / MENANGIS KETIKA RAMADHAN AKAN PERGI
JK TIDAK APAKAH ITU RINDU / CINTA

JIKALAU KAU INGIN TAHU KEDUDUKANMU DISISI  RAMADHAN ATAU
JIKALAU KAU INGIN TAHU KEDUDUKANMU DI HADAPAN ALLOH
MAKA JAWABNYA ,, TANYAKANLAH PADA HATIMU
KEDUDUKAN RAMADHAN DI HATIMU APAKAJ MEMPEROLEH TEMPAT YG ISTIMEWA ?
JIKALAU KAU INGIN TAHU KEDUDUKANMU DI HADAPAN ALLOH
TANYALAH PD HATIMU AKAN KEDUDUKAN ALLOH DIHATIMU



Dari Ibnu Abbas ra., dia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

لَوْتَعْلَمُ اُمَّتىِ مَا فِى رَمَضَانَ لَتَمَنَّوْا اَنْ تَكُوْنَ السَّنَةُ كُلُّهَا رَمَضَانَ, لِأَنَّ الْحَسَنَةَ فِيْهِ مُجْتَمِعَةُُُُ وَالطَّاعَةِ مَقْبُلَةُ وَالدَّعَوَاةِ مُسْتَجَابَةُ وَالذُّنُوْبَ مَغْفُوْرَةُ وَاْلْجنَّةُ مُشْتَاقَةُ لَهُمْ.
Artinya: “Kalau sekiranya umatku mengetahui segala (kebaikan) didalam bulan suci Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar semua tahun itu menjadi Ramadhan”, dikarenakan semua kebaikan itu berkumpul di bulan suci Ramadhan, ketaatan bisa diterima, semua doa dikabulkan, semua doasanya diampuni dan surga senantiasa merindukan mereka” (HR. Ahmad).
            Dalam suatu riwayat disebutkan, bahwa Ramadhan pada hari kiamat nanti akan datang dalam bentuk wajah yang sangat bagus, kemudian sujud tersungkur dihadapan Allah Ta’ala. Kemudian Allah berfirman: “Wahai Ramadhan, mintalah apa keinginanmu dan tolonglah orang yang telah menunaikan hakmu”. Maka Ramadhan pun berkeliling di padang yang luas dan mengajak orang-orang yang telah menunaikan haknya, kemudian berhenti di hadapan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: “Wahai Ramadhan apa yang engkau kehendaki?”. Ramadhan menjawab: “Saya menghendaki agar Tuhan berkenan memberikan untuknya mahkota kebesaran”. Kemudian Allah memberikan seribu mahkota kepadanya dan memberikan pengampunan. Allah Ta’ala kemudian berfirman: “Mau apalagi engkau, hai Ramadhan?”. Ramadhan kemudian menjawab: “Mohon tempatkanlah ia disamping nabi-Mu”, maka Allah pun menempatkannya di surga firdaus (Zahratur-Riyâdhi).
Yang dimaksud orang yang menunaikan hak Ramadhan adalah orang-orang yang menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan. Mereka ini adalah sahabat Ramadhan dan mereka akan ditolong oleh Ramadhan tersebut untuk mendapatkan ampunan Allah Ta’ala.
            Jika memperhatikan begitu banyak keutamaan bulan suci Ramadhan, maka sungguh merugi orang-orang yang hadir di bulan suci ini namun mereka telah menyia-nyiakannya. Sungguh merugi orang-orang yang tidak sempat mendapatkan ampunan. Sungguh merugi orang-orang yang tidak sempat bertaubat. Sungguh merugi orang-orang yang tidak bertambah amalnya. Bahkan sangat merugi orang-orang yang tidak ikut serta berpuasa dan tidak ikut serta memperbanyak shalat tarawih.
Jadi wajar jika para Sahabat menangis apabila hendak berpisah dengan bulan suci Ramadhan, mereka takut jika tidak mendapatkan ampunan. Jika pada bulan Ramadhan saja mereka tidak mendapatkan ampunan apalagi pada bulan-bulan yang lain. Bulan Ramadhan memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lain. Yaitu Rahmat dikucurkan, pintu surga telah dibuka, pintu neraka ditutup dan para setan dibelenggu. Sedangkan pada bulan-bulan yang lain keistimewaan ini tidak didapatkan. Apakah masih mungkin jika kita gagal diampuni di bulan Ramadhan dapat memperolah ampunan pada bulan yang lain?.
Hadirin, Jama'ah Jum'ah, Rahimakumullah.
            Diriwayatkan dari Ka’ab bin ‘Ujrah ra., dia berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda, “Mendekatlah kalian ke mimbar”. Lalu kami mendekatinya. Maka apabila beliau naik tangga pertama, beliau berkata “amin”, lalu ketika naik ke tangga yang kedua beliau berkata “amin”. Dan ketika naik pada tangga yang ketiga beliau juga berkata “amin”. Maka ketika beliau turun kami berkata: "Wahai Rasulullah, sungguh hari ini kami telah mendengar dari engkau sesuatu yang belum pernah kami dengar?".
Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku lalu berkata: "celakalah orang-orang yang melewatkan bulan Ramadhan begitu saja sedangkan dosanya belum diampuni". Aku berkata, “Aamiin”. Lalu ketika aku naik tangga yang kedua, Jibril berkata, celakalah orang yang mendengar namamu disebut, tetapi dia tidak mengucapkan shalawat untukmu. Aku berkata “Aamiin”. Bila aku melangkah naik ke tangga yang ketiga, Jibril berkata, celakalah orang-orang yang bersama kedua orang tuanya hingga tua atau salah satunya hingga tua, namun mereka tidak dapat memasukkannya ke surga. Aku berkata “Amin”. (HR. Al-Hakim, dengan sanad yang Shahih).