PEMBESARAN
IKAN GURAMI
Proses
pembesaran ikan gurami ada beberapa tahap kegiatan
Untuk melaksanakan proses pembesaran ikan gurami ada beberapa tahap
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan Kolam
Dalam pengelolaan kolam, kegiatannya diawali dengan pembenahan kolam
yaitu mulai dari dinding kolam hingga dasar kolam. Dinding/pematang
kolam dibuat sedemikian kuat agar tidak terjadi kebocoran karena ulah
ketam atau hewan-hewan pembuat lubang lainnya. Kebocoran kolam selain
dpat mengakibatkan hilangnya ikan yang dipelihara juga dapat dipacu
dari pupuk yang diintroduksi ke dalam kolam, karena adanya kebocoran
dapat mengakibatkan pupuk hanyt keluar.
Dasar kolam merupakanhal yang penting untuk mendapat perhatian.
Pengangkatan dasar kolam setelah paenen merupakan kegiatan yang tidak
boleh diabaikan. Hal ini untuk menghindari terjadinya proses
dekomposisi yang mengeluarkan gas-gas beracun pada pemeliharaan
berikutnya. Kowen (sebagian dasar kolam yang dibuat lebih dalam) perlu
disiapkan untuk penampungan ikan ketika saat dilakukan pemanenan.
Pengeringan kolam dilakukan agar bakteri dan organisme patogen terputus
siklus hidupnya, dan pengeringan kolam dilakukan hingga tanah dasar
kolam pecah-pecah.
Pengapuran dan penebaran dasar pupuk organik dimaksudkan untuk
meningkatkan keasaman tanah dan meningkatkan produktivitas. Selanjutnya
pengisian air kolam dilakukan secara bertahap agar pengkayaan air kolam
berlangsung secara baik, hingga kedalaman yang dikehendaki, minimum 80
cm.
b. Penebaran Benih
Keslahan dan kecerobohan dalam penebaran benih ikan gurami dapat
mengakibatkan kegagalan awal dari budidaya pembesaran ikan gurami. Oleh karena itu penebaran benih harus dilakukan
dengan baik dan benar. Sebelum benih ditebarkan ke kolam pembesaran
dilakukan penyesuaian dengan air kolam tempat pemeliharaan dan
disanitasi dalam air yang mengandung garam (10-15 kg/m3)selama 15
menit. Hal ini dimaksudkan agar ikan-ikan yang luka saat transportasi
dapat dicegah dari penyakit, disamping dapat merontokkan hewan-hewan
parasit yang menempel pada tubug ikan. Benih yang digunakan berukuran
sekitar 5 ekor/kg, dengan masa pemeliharaan paling lama 6 bulan.
Hasilnya sudah dapat dipasarkan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
oleh pasar.
c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan buatan/pelet bukan hal yang pokok, karena ikan gurami
dewasa bersifat herbivora. Namun, peran pelet adalah sebagai stimulans,
yaitu sebelum diberi pakan daun. Pemberian pakan pelet sebanyak 2% dari
berat total, dengan cara pemberian pakan, 2/3 bagian diberikan pada
pagi hari dan 1/3 bagian sore hari, sedangkan pakan nabati diberikan
secukupnya.
Cetak Kembali ke daftar
buletin
|
|
|
|
|
Copyright©2001-2002
by LIPI Developed by Sentradata-Pentatika Modified by Waluya
ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA
IKAN GURAMI
karir
anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |
tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3
TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR
DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS
lain
|
MANAJEMEN – AKUNTANSI –
ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN
|
022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun
37 bandung- utkampus.net
KLASIFIKASI, JENIS DAN
CIRI-CIRI
Secara umum, pola budidaya
perikanan air tawar yang dilakukan masyarakat di Indonesia, dapat digolongkan
atas 3 pola, yaitu :
- Pola budidaya tunggal (monoculture), dimana
dalam satu unit lahan usaha hanya satu jenis ikan yang dipelihara.
- Pola budidaya campuran (polyculture), dimana
dalam satu unit lahan usaha, jenis ikan utama dipelihara bersama-sama
dengan jenis-jenis ikan lainnya. Jenis-jenis lain yang dipelihara bukan
pemangsa ikan utama dan sebaliknya
- Pola budidaya diversifikasi, dimana dalam
satu unit lahan usaha terdapat beberapa subsistem budidaya dari beberapa
jenis ikan yang dipelihara, baik pola tunggal maupun campuran bersama
dengan usaha budidaya komoditi pertanian lainnya
Adapun asumsi pola budidaya yang
digunakan dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah pola budidaya tunggal.
Dengan demikian, ikan yang dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis
ikan yaitu ikan gurami berupa benih dan ikan gurami konsumsi.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy,
Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk
badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua
kali panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami
yang masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna
tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian
perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip perut
gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi
sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya sedangkan garis
rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65
cm.
Strain gurami yang dikenal
masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain dibedakan
berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh dan bobot
maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada penetapan
strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa yang dikenal
dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu.
Ikan gurami merupakan ikan yang
relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2
tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Betina
|
Jantan
|
Dahi dempak (papak)
|
Dahi menonjol
|
Dasar
sirip dada gelap kehitaman
|
Dasar sirip dada terang keputihan
|
Dagu keputihan sedikit coklat
|
Dagu kuning
|
Jika
diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
|
Jika diletakkan pada tempat datar ekor
akan naik
|
Bentuk bibir tipis
|
Bentuk bibir tebal
|
Untuk menjamin kualitas ikan konsumsi yang baik, perlu
penyediaan induk unggul karena dari induk unggul akan menghasilkan benih unggul
pula. Induk unggul dan benih dapat diperoleh dari BBI atau dari Unit Pembenihan
Rakyat (UPR). Di Banyumas, induk unggul oleh BBI setempat digolongkan ke dalam
empat kriteria induk yaitu unggulan 1, unggulan 2, unggulan 3 dan unggulan 4
yang dibedakan berdasarkan pada frekuensi memijah dan banyaknya telur yang
dihasilkan. Penyediaan induk unggul oleh BBI dapat menjamin kualitas induk yang
dipelihara oleh pembudidaya yang selanjutnya mempengaruhi produksi telur dan
benih ikan. Untuk memperbaiki mutu induk yang dihasilkan dilakukan perbaikan
genetik induk dengan cara perkawinan silang (cross breeding) untuk menjamin
pertumbuhan dan daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, dan tidak
diperkenankan perkawinan satu turunan (in breeding). Memilih induk yang baik
dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut :
Tabel 4.2.
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Betina
|
Jantan
|
Warna badan terang
|
Warna badan gelap
|
Perut membulat
|
Perut dekat anus lancip
|
Susunan sisik teratur
|
Susunan sisik teratur
|
Badan relatif panjang
|
Gerakannya lincah
|
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
|
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
|
SYARAT LOKASI USAHA
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka
berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi
- Dilaksanakan di dataran rendah pada
ketinggian 20 – 400 m dpl
- Kuantitas dan kualitas air mencukupi.
Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak
berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan
kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari
0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk
menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan
apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan
pupuk kandang.
- Tanah tidak berporous dan cukup mengandung
humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan
tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang
dari 60%:40%.
- Kemiringan
tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
- Temparatur
optimum 25-30oC
- Kandungan
oksigen dalam > 2 ppm
Habitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan
pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam.
TAHAPAN BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami dapat dibagi dkedalam beberapa tahapan
berikut
-
- Pendederan
1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama
1 bulan
- Pendederan
2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1
bulan
- Pendederan
3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram
selama 2 bulan
- Pendederan
4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram
selama 2 bulan
- Pendederan
5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250
gram selama 3 bulan.
- Tahap
pembenihan yang mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan
larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi
larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
- Tahap
pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai
menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Penderan dibagi kedalam 5
tahap sebagai berikut :
- Tahap
pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran
konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3 bulan.
Selain tahapan budidaya sebagaimana tersebut diatas, ada
pula yang membagi tahapan pendederan dalam 3 tahapan saja berat 1 gram hingga
mencapai berat 20-25 gram.
Alasan membagi budidaya ikan gurami dalam tahapan tersebut
diatas adalah :
- Membudidayakan
ikan gurami sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama
sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
- Permintaan
produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran
konsumsi) cukup tinggi
- Keterbatasan
modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam
satu siklus penuh
Dengan demikian maka pembagian
tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal ini :
- Mempersingkat
masa panen
- Menghasilkan
pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai
- Menurunkan
resiko kegagalan panen
Adanya tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha
budidaya ikan gurami yang cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran
yang berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan
gurami, sebagaimana digambarkan pada Skema 4.1.
Skema 4.1. Sistem budidaya ikan gurami :
Tahapan, lama pemeliharaan dan produk yang dihasilkan
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan gurami
umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan
intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan jelas antara ketiga tingkat
teknologi tersebut karena penggolongannya hanya dilakukan melalui perbedaan
ciri-cirinya saja. Kebanyakan
yang dilakukan masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan
yang meliputi :
- Pengolahan
lahan
- Pengairan
- Pemupukan/pemberian
pakan
- Penyediaan
benih atau induk yang unggul
- Pencegahan
hama dan penyakit
- Panen
- Perbaikan manajemen
usaha tani
Ciri-ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya
mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan
ikan gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen setahun sekali
dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari besar. Sedangkan ciri-ciri
teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan
budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan misalnya dalam hal pakan telah
menggunakan pakan buatan disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan
kualitas air, namun belum secara terukur dan terkontrol. Ciri-cir teknologi
intensif adalah mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara
terkontrol.
TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami memerlukan kolam penyimpanan induk,
kolam pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan,
kolam pembersaran dan kolam pemberokan (penyimpanan sebelum di pasarkan).
Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang
meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan air dan saluran
pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, caren dan kowean
(sering pula disebut kemalir dan kobakan), serta pengolahan dasar kolam dengan
pupuk dan kapur. Setelah kolam siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan
pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurami.
(1) Persiapan kolam
Tahap persiapan kolam untuk pembenihan, pendederan maupun
pembesaran prinsipnya hampir sama, hanya dibedakan pada padat tebar dan jenis
pakan yang diberikan serta ketinggian air yang dibutuhkan. Konstruksi kolam dan
pengolahan lahan pada setiap tahap sama.
Foto 2 : Kolam
Pembesaran di Bogor.
Di sekitar kolam biasanya
ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Foto 3 : Bak
Kontrol.
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
a. Pembuatan kolam
Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di
bagian bawah, dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari 45°C. Untuk
membuat kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk
teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus
memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 m.
Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1x1x0,4 m dan diberi tanggul
sehingga merupakan kolam kecil di dalam kolam (Lihat skema 4.2.). Kowean
berfungsi untuk melepaskan benih berat 0,5 gram pada saat penebaran dan tempat
unuk menangkap ikan saat panen. Setelah itu membuat caren dengan lebar 30 cm
dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tampat pengumpulan benih pada saat air
kolam dangkal atau surut dan untuk menggiring benih ke kowean saat panen
Skema 4.2. Konstruksi kolam pendederan ikan gurami
Pada saat persiapan pembuatan
kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering,
diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2.
Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki
unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan
kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan dilakukan untuk
menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti Fitoplankton,
Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva dan benih
ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama 7 hari
untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi benih
gurami. Persediaan pakan
alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan selama 11 s.d 14 hari. Di dasar
kolam dekat pintu pemasukan air sebaiknya ditanami ganggang Hydrilla
verticilata sebagai tempat berlindung dan mencari makan benih ikan gurami.
(2). Pembenihan
a. Tahan pemijahan
1). Pemeliharaan induk
Induk-induk disimpan dalam kolam
penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas kolam kurang lebih 5 meter
dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air sekitar 75-100 cm. Pakan yang
diberikan adalah daun-daunan sebanyak kurang lebih 5% dari berat populasi dan
pakan diberikan pada setiap sore hari. Makanan tambahan dapat diberikan berupa
pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian pelet untuk induk dibatasi
untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena dapat mempengaruhi jumlah telur
yang dihasilkan. Ukuran berat induk jantan sekitar 2-3 kg/ekor dan induk betina
2-2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat dipijahkan 2 kali dalam setahun selama usia
produktif (5 tahun) . Induk gurami dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali
karena jika lebih dari 10 kali memijah dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya
tetas telur menjadi larva), rendah dan mortalitas telur dan benih yang
dihasilkan meningkat.
2). Penebaran induk dan proses
pemijahan
Setelah proses pematangan gonad
(yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan telur) di kolam penampungan
telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan ke dalam petak kolam pemijahan. Luas
kolam yang diperlukan untuk pemijahan adalah kurang lebih 20 m2 per pasang
induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina. Untuk mengetahui
apakah induk telah siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut
:
Induk betina
- Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
- Sisik -sisik agak terbuka
Induk jantan
- Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
- Tingkahnya sangat agresif
Foto 4 : Kolam
Induk.
Kolam induk yang luas dapat disekat menjadi beberapa bagian dengan menggunakan
pagar bambu
Induk jantan akan membuat sarang
setelah 15-30 hari dilepaskan dalam kolam pemijahan. Oleh karena itu
dipersiapkan perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog, anjang-anjang dan
bahan sarang. Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari bambu yang dipasang di bawah
permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang terbuat
dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di atas permukaan air.
Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat karung. Satu ekor
jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang berlangsung selama 1
minggu.
Pemijahan berlangsung sekitar 2
hari setelah pembuatan sarang. Induk gurami betina melepaskan telurnya ke
sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan.
Telur-telur yang jatuh ke dasar kolam di ambil oleh induk jantan dengan
mulutnya kemudian di masukkan dalam sarang. Pemijahan berlangsung 2-3 hari dan
sementara pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi
telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga sirkulasi
dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina menggerak-gerakkan sirip ekor
ke arah sarang. Satu ekor betina dapat menghasilkan 3.000-4.000 butir, bahkan
ada yang mencapai 10.000 butir telur. Tanda telah terjadi pemijahan adalah
terciumnya bau amis dan permukaan air di atas sarang terlihat berminyak.
b. Penetasan telur
Telur dapat diambil 1 hari
setelah pemijahan. Telur-telur ini kemudian dipisahkan dari sarangnya dan
dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan lemak yang menempel pada telur
kemudian ditetaskan dalam wadah yang sudah disiapkan. Telur dapat menetas dalam
waktu 30-35 jam setelah dilepaskan induknya. Penetasan telur dapat dilakukan di
bak plastik berdiameter 60 cm. Bak dapat diisi sampai 1.000 butir. Benih yang
baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada pada
tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10 hari), larva baru
diberi pakan berupa pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya dan dipelihara
hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari.
Perawatan larva juga dapat
dilakukan di kolam sawah sebagai pernyeling di sawah pada sistem mina padi
dengan cara mengambil larva yang berumur ± 7 hari yaitu menjelang kuning
telurnya habis. Larva di tebar di sawah dengan kepadatan 10 ekor/m2 dan dapat
dipelihara selama 1 bulan.
Foto 5 : Telur.
Telur ikan gurami sudah dapat diperjualbelikan
Foto 6 : Telur yang
Telah Menetas Menjadi Larva
(3). Pendederan
a. Penebaran benih
Sebelum benih ukuran 0,5 sampai 25 gram ditebar terlebih
dahulu dilakukan pemilihan benih yang berkualitas baik untuk menjamin kualitas
produksi ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu
diperhatikan antara lain :
- Kondisi
benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
- Warna
sisik tidak terlalu hitam
- Sisik tubuh
lengkap/tidak ada yang lepas
- Tubuh
tidak kaku
- Ukuran
seragam
Penebaran benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan
padat tebar dan tinggi air sesuai ukuran benih (lihat Tabel 4.3). Penebaran
dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Sebelum
ditebar, dilakukan penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu air
kolam (proses aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi sedikit
secara perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah
angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan bercampur sedikit demi sedikit dan
ikan-ikan akan keluar dan berenang ke tengah kolam.
Foto 7 : Benih Ikan
Gurami.
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran
2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Tabel 4.3. Padat tebar benih, tinggi air dan jenis
pakan
Tahap
|
Tinggi Air
|
Padat Tebar/M2
|
Jenis pakan
|
D1
|
30-40 cm
|
40-60 ekor
|
Pakan alami
(zooplanton), tubifex, tepung ikan atau pelet halus
|
D2
|
40-50 cm
|
30-40 ekor
|
Tepung ikan,
bungkil atau pelet remah
|
D3
|
50-60 cm
|
20-30 ekor
|
Pelet remah/pelet kecil
|
D4
|
60-80 cm
|
± 20 ekor
|
Pelet atau daun-daunan (sente, talas,
kajar)
|
D5
|
80-100 cm
|
± 20 ekor
|
Pelet dan atau
daun-daunan
|
b. Pemberian pakan
Selama masa pertumbuhannyam ikan
gurami mengalami perubahan tingkah laku makan (feeding habit) yang sangat
signifikan. Larva bersifat karnivora (pemakan daging) sampai dengan ukuran dan
umur tertentu, sedangkan juvenil muda bersifat omnivora (pemakan segala) dan
setelah ukuran induk menjadi herbivora (pemakan daun). Pola perubahan tersebut
terkait dengan pola perubahan enzimatik dalam saluran pencernaannya.
Adapun jenis pakan ikan gurami
terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan maupun pakan buatan
(anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente
(Alocasia macrorrhiza (L), Schott), pepaya (Carica papaya Linn), keladi
(Colocasia esculenta Schott), ketela pohon (Manihot utililissima Bohl), genjer
(Limnocharis flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma violaceum Schott), Kangkung
(Ipomea reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas Lamk), ketimun (Cucumis sativus
L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir), dadap (Erythrina sp).
Foto 8 : Daun Sente.
Merupakan salah satu pakan ikan gurami yang lazim digunakan
Bahan makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan
ternak, baik hewani maupun nabati. Komposisinya dapat diatur sedemikian rupa
untuk memenuhi kebutuhan ikan. Daftar bahan makanan yang dapat di buat pelet
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Kadar
protein beberapa jenis bahan makanan
Jenis Bahan Makan
|
Kadar Protein
(dlm%-an bobot)
|
Tepung ikan
|
60
|
Tepung daging/ayam
|
80
|
Tepung udang
|
46
|
Tepung darah
|
85
|
Tepung kedele
|
36
|
Tepung gandrung
|
9
|
Dedak halus
|
15
|
Kacang hijau
|
23
|
Bungkil biji kapuk
|
27
|
Sumber : Budidaya
Gurami, M Sitanggang
Komposisi makanan yang ideal bagi pertumbuhan ikan adalah
makanan yang berkadar protein 40%. Namun untuk efisiensi biaya, persentase
pemberian makanan buatan ini hendaknya disesuaikan dengan persediaan makanan
yang telah ada dalam kolam. Bila masih cukup banyak, cukup diberikan makanan
buatan dengan kadar protein 20-30% saja.
Pengaturan komposisi makanan yang cukup menggunakan 3 bahan
makanan, misalnya 33 bagian tepung ikan, 2 bagian tepung daging dan 65 bagian
dedak halus, dengan perhitungan kadar protein keseluruhan adalah sebagai
berikut (M. Sitanggang, Budidaya Gurami, 1990) :
(60/10×33)+(80/100×2)+(15/100×65)
= 31,1 %
Selain pakan buatan buatan pabrik berupa pelet, pembudidaya
dapat pula membuat sendiri pakan ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri akan menurunkan biaya produksi karena lebih
murah. Adapun bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk pakan benih ikan adalah
dedak, ikan asin, bungkil dan minyak ikan.
Jenis pakan ikan gurami dapat
dilihat pada Tabel 4.3. Untuk benih yang masih kecil diberi pakan yang
berukuran kecil berupa zooplankton, tubilex dll dimana seiring dengan semakin
besarnya ikan makan dapat mnggunakan pakan dengan ukuran yang lebih besar dan
pakan berupa daun-daunan. Pada usaha budidaya yang hanya menggunakan pakan
daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif lambat. Sebagai
gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih ikan ukuran 200
gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja membutuhkan waktu 1 tahun untuk
mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika menggunakan pelet dan daun-daunan
hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk mencapai ukuran 500 gram. Sehingga
dianjurkan untuk dilakukan kombinasi antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan pakan berupa pelet per
hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa daun-daunan kebutuhan
pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk penggunaan pakan secara
kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan
sebanyak 5% per hari dari berat ikan. Pemberian pakan secara teratur dalam
jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal.
Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%, artinya untuk
menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2
kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan dilakukan sampling berat
ikan.
c. Pemanenan
Pemanenan ditahap pendederan
dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Dalam
pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain :
- Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
- Untuk memudahkan penangkapan, sebelum
dilakukan penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai
tempat berkumpulnya benih ikan.
- Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati
sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian
punggung
- Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan
pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30
cm.
- Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan
pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200
lt) atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum
ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg
tergantung lamanya proses pengangkutan.
Setelah pemanenan, benih di jual
kepada pengusaha pembesaran gurami atau dipelihara lagi di kolam lain untuk
mendapatkan ukuran ikan yang lebih besar. Untuk mengupayakan agar tingkat
kematian benih rendah, dalam pengiriman benih menggunakan jerigen atau drum
yang diisi air bersih dan selama pengiriman benih ikan tidak diberi pakan
(perut dikosongkan).
Foto 9 : Wadah dan Alat Angkut Benih.
Benih yang siap dijual ditampung dalam jerigen yang dibuka dibagian sisinya dan
diangkut dengan kendaraan angkut
(4). Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, luas
kolam optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah.
Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu
berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda dengan
persiapan yang dilakukan pada tahap pendederan.
Ikan yang dipelihara dapat
berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2
kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak
1,5 – 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada
sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat
500-700 gram/ekor.
Pemanenan dilakukan sama seperti
pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap pembesaran pemanenen sebaiknya
tanpa menggunakan alat tangkap.
Foto 10 : Ikan Gurami Konsumsi
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang biasanya menganggu ikan
gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI),
belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh
lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus
Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis
ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam
perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur
pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari
ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan
agar hama tidak masuk dalam kolam.
(2). Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa
penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih
mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih
lebih dingin.
Penyakit non parasiter adalah
penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber
dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa
berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak,
kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk
mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari
pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih
suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan
parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh,
insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut.
Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan
berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit
dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar
tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena
penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
- Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada,
perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat
dan tubuhnya berlendir.
- Penyakit
pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang
tampak semburat merah dan kelabu.
- Penyakit
pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut
menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah
Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai
ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit
ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang
akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan
patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla,
Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan
mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran
kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan
dapat disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang
penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat
(PK), neguvon dan garam dapur.
Selain penggunaan bahan kimia
tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan laun lambesar
(Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun
lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat
pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu
kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk
1 masa tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia
untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang tidak baik kepada
konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung di jual kepada
konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga sebaliknya tidak
diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya
ikan-ikan konsumsi yang mati dibuang.
Foto 11 : Daun Lambesan
Di daerah Banyumas digunakan sebagai antibiotik
PENANGANAN BAU LUMPUR PADA DAGING IKAN GURAMI
Salah satu permasalah yang dihadapi pada budidaya ikan
gurami adalah adanya cita rasa lumpur pada daging ikan gurami yang berasal dari
bau yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada budidaya intensif di kolam
dengan sistem air tergenang. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar, Departemen Kelautan dan Perikanan, bau lumpur secara umum
dan khusus pada ikan gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa
pemberokkan ikan gurami pada air yang bersalinitas 8 atau 12 ppt selama 7 hari.
Pemberokan ikan gurami ini mengakibatkan perubahan waktu kulit yang semula
sangat mengkilat menjadi kusam, dan tesktur semula lembek (banyak mengandung
air dan mudah pemisahaan) menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering dan
tidak mudah terjadi pemisahan). Setelah pemberokan selama 7 hari ternyata
menyebabkan daging ikan terasa sangat gurih.
Praktik yang dilakukan oleh petani di daerah Beji Banyumas
ikan dari Beji yang bercita-rasa rasa lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan
hanya di beri pakan berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari. Setelah itu
cita rasa lumpur yang biasanya telah hilang. Hal ini kemungkinan dikarenakan
kualitas air di daerah tersebut yang relatif jernih dan tidak banyak mengandung
lumpur.
KENDALA PRODUKSI
- Penyakit
sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah
produksi ikan yang dapat di jual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit
maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, disamping petani dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan
setempat.
- Gangguan
musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu
lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit.
Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC. Untuk
mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan pengaturan air masuk dan air
keluar.
- Sikap
petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih
intensif dan cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah
dilakukan secara turun temurun. Akibatnya jumlah produksi gurami yang
masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini Dinas terkait perlu
meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau menerapkan pola budidaya
yang lebih baik.
Rabu, 23 Januari 2008
PRODUKSI DAN OPERASI
3.1 Produk dan
Proses Produksi
Dalam bahasan kali ini, kami akan membahas mengenai product knowledge
dan menjelaskan bagaimana proses produksi yang perlu dilakukan dalam budidaya
pembesaran gurame ini.
Adapun asumsi pola budidaya yang digunakan
dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah pola budidaya tunggal. Dimana, ikan
yang dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan gurame
konsumsi.
Ikan gurame (Osphronemus gouramy, Lacepede)
merupakan ikan tawar keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan
pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali
panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurame yang
masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna
tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian
perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip perut
gurame akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi
sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya sedangkan garis
rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65
cm.
3.1.1
Produk
1. Ciri-ciri
Produk
Gurame yang dijual merupakan jenis ikan konsumsi
air tawar dengan bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo
dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan/keperak-perakan. Ikan gurame ini
merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici.
2. Kegunaan
Utama Produk
Gurame sudah menjadi makanan
yang dikenal masyarakat bahkan digemari. Manfaat dari ikan gurame yaitu sebagai
sumber penyedia protein hewani yang baik untuk kesehatan manusia.
3.1.2
Proses Produksi
Dalam proses produksi budidaya
ikan gurame ini, Guramy fish membeli benih inak yang berukuran 250 gram dari
para peternak benih yang kemudian dibesarkan hingga ukuran 1 kg.
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurame yang optimal, kami melakukan
pembudidayaan ikan gurame di lokasi yang memiliki spesifikasi sebagai berikut:
- Dilaksanakan di
dataran rendah pada ketinggian 20 - 400 m dpl
- Kuantitas dan
kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang,
bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan
air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3
tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah
6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3,
sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan
dengan pupuk kandang.
- Tanah tidak
berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat
menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan
antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
- Kemiringan tanah
3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
- Temparatur
optimum 25-30oC
- Kandungan
oksigen dalam > 2 ppm.
PROSES PEMBUDIDAYAAN PEMBESARAN IKAN
GURAME
1. Pemeliharaan Pembesaran
Dalam tahapan
pembesaran, jumlah benih yang akan dimasukan dalam kolam ini sebanyak 270.000
benih dengan berat sekitar 200-250 gram. Luas kolam yang dibutuh kan 13500 meter persegi, dengan ukuran 20 X 10
meter sebanyak 68 kolam. dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman
air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Masing-masing
kolam menampung benih sebanyak 4.000. Ikan yang dipelihara dapat berukuran
berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan
yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 - 2%
pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari.
Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 1kg/ekor.
Gb. 4
Foto : Ikan Gurame Konsumsi
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
Pemberian Pakan
Adapun jenis pakan ikan gurame terdiri dari pakan alami (organik) berupa
daun-daunan dan pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang
digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott), dan
Kangkung (Ipomea reptans Poin).
Gb. 7
Foto : Daun Sente.
Merupakan salah satu pakan ikan gurame yang lazim digunakan
Bahan makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik
hewani maupun nabati. Dengan komposisi 33 bagian tepung ikan, 2 bagian tepung
daging dan 65 bagian dedak halus, dengan perhitungan kadar protein keseluruhan
adalah sebagai berikut (60/10x33)+(80/100x2)+(15/100x65) = 31,1 %.
Perhitungan ini diperoleh dari bagan daftar protein beberapa jenis makanan
(lamp).
Ikan diberi pakan setiap hari sebanyak dua kali dengan waktu pemberian
pakan pada pagi dan sore hai. Untuk pagi hari ikan diberi pakan alami sedangkan pada sore hari ikan
diberi pakan organik (pelet).
2. Pascapanen
a. Penanganan Ikan Hidup
Karena ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya
bila dijual dalam keadaan hidup. Maka hal yang perlu diperhatikan agar ikan
tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat adalah:
- Dalam pengangkutan gunakan air yang
bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
- Waktu
pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
- Jumlah
kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
Ikan diletakkan di
dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es
dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di
atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan
seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara
ikan dengan penutup kotak.
b. Pemeliharaan Kolam
Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras.
setelah itu dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga
bila benih disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan
cepat.
Pemeliharaan
kolam pasca panen
Pengiriman
ikan ke distributor, rumah makan, dan supermarket
Pemanenan
ikan dengan ukuran 1 kg/ikan
Penebaran
bibit ikan di kolam pembesaran
Ukuran kolam
10 x 20 m
Pembelian
benih dari peternak bibit
Tabel siklus
produksi guramy fish
3.2 Kebutuhan
Kolam dan Peralatan
1. Kolam Pembesaran
a. Pemupukan/persiapan kolam
Gb. 5 Foto : Kolam Pembesaran di Bogor
|
.
Di sekitar kolam biasanya
ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Gb. 6 Foto : Bak Kontrol.
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
o Pembuatan kolam
Pada saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam.
Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan
pupuk kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan
adalah kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan
pakan alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi.
Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah. Setelah itu dilakukan pengisian
air dan dibiarkan selama 7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai.
2. Kolam
Pemberokan
Merupakan tempat pembersihan
ikan sebelum dipasarkan. Adapun
cara pembuatan kolam sebagai berikut:
- Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m 2 ).
- Buatlah pematangnya dengan ukuran;
bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.
- Pasanglah pipa/bambu besar untuk
pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan
dan mengeluarkan air.
- Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi.
Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan
tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam
dibuat miring ke arah pintu keluar air.
- Buatlah saluran ditengah-tengah
kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu
0,5 m dan dalamnya 15 cm.
- Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan
merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan
meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.
Peralatan
Alat-alat yang
biasa digunakan dalam usaha pembesaran ikan gurame diantaranya adalah: jala,
waring (anco), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala
besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk
mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk
memanen/menangkap ikan gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus,
ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut
ikan jarak dekat), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon
(untuk menangkap ikan konsumsi), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap
ikan konsumsi).
3.3
Kebutuhan Utilitas/Sarana lainnya
Untuk
memasarkan ikan gurame ke distributor, rumah makan, dan supermarket, Goramy
Fish menggunakan 2 buah mobil pick up sebagai sarana pengangkutan dan kotak
pendingin untuk menjaga kesegaran ikan tetap terjaga sampai ke tempat tujuan.
Diposkan oleh yeah!
Dikutip dari: Tani
Merdeka
Selain lebih mahal, ikan Gurame memiliki banyak
penggemar fanatik, sehingga cocok dikembangkan untuk menambang keuntungan.
Ikan gurame adalah ikan air tawar yang banyak
digemari konsumen. Dagingnya empuk, rasanya enak dan gurih. Dan, harganya pun
lebih mahal kalau dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai
perbandingan, harga
gurame segar di tingkat konsumen Rp25.000 - Rp 35.00 per kg, sementara
ikan mas
Rp12.000 - Rp14.000 per kg.
Selama ini masyarakat mengenal beberapa jenis gurame, antara lain: Angsa,
Jepun, Blausafir, Paris, Bastar dan Porselen. Gurame Porselen lebih unggul
dalam hal menghasilkan telur. Jika induk Bastar hanya mampu menghasilkan
2.000-3.000 butir telur, Porselen memproduksi 10.000 butir. Karena itu Gurame
Porselen disebut top of the pop.
Kolam yang baik untuk gurame berasal dari jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah seperti
ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Kemiringan tanah
berkisar 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
Ikan gurame dapat tumbuh normal di daerah pada ketinggian
50-400 m dpl. Kualitas air pemeliharaan harus bersih, dasar kolamnya tidak
berlumpur dan tidak terlalu keruh. Kedalaman kolam 70-100 cm. Pengairan yang
baik akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Pembesaran gurame dapat dilakukan secara polikultur dan
monokultur. Polikultur
adalah cara pemeliharan gurame secara bersama-sama dengan ikan jenis lain,
seperti tawes, mas, nilam, atau mujair. Cara ini lebih menguntungkan, mengingat
pertumbuhan gurame lambat.
Sedangkan monokultur,
pemeliharaan khusus untuk gurame. Bibit yang ditebar minimal berumur 2 bulan. Debit air kolam yang baik 3
liter/detik, sedangkan polikultur idealnya 6-12 liter/detik. Dengan keasaman
air (pH) 6,5-8, dan suhu berkisar 24-28 derajat C.
Kolam budidaya gurame terdiri
dari kolam penyimpanan induk, pemijahan, pendederan, pembesaran, dan pemberokan. Kolam pembesaran
berfungsi membesarkan benih. Adakalanya diperlukan juga beberapa kolam jaring
berukuran 1,25-1,5 cm. Jumlah bibit yang ditebar sebaiknya tidak lebih dari 10
ekor/meter persegi.
Kolam pemberokan adalah tempat
pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Kolam ini berukuran 10 x 10 m. Lebar
pematang bagian atas 0,5 m, dan bagian bawah 1 m dengan ketinggian 1 m.
Makanan pokok ikan gurame berupa
pelet. Namun, di daerah yang sulit memperoleh pelet dapat menggunakan
alternatif lain, berupa daun-daunan, seperti: pepaya, keladi, ketela pohon,
genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap.
Pemupukan sebaiknya dilakukan setiap kali pemeliharaan, dan
pada saat kolam dikeringkan, dengan tujuan untuk meningkatkan makanan alami.
Caranya, pertama-tama diberi pupuk kandang 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam. Air
disisakan sedikit demi sedikit sampai ketinggian 10 cm, dan dibiarkan selama 3
hari. Kemudian dilanjutkan pupuk buatan (kimia), seperti TSP atau Urea, 500
gram setiap 100 m2 kolam. Pupuk ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut
kolam.
Panen gurame tergantung permintaan konsumen. Umumnya, setelah gurame berumur 2-3
tahun. Umur 2 tahun, ukuran panjangnya mencapai 25 cm, dan berat 0,3 kg/ekor,
umur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan beratnya 0,7 kg/ekor. Untuk ikan
berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor.
February 04 2009
08:21 pm | ikan gurame
Probiotik
Attaqi Untuk Ternak
CV KTNA Cirebon mengeluarkan
tiga produk baru tahun 2006 yaitu probiotik untuk ternak unggas, ikan dan
ternak ruminansia.
Ramuan Herbal Attaqi Khusus
Lele, adalah nama ramuan probiotik yang khusus untuk pembesaran lele, namun
dalam prakteknya mampu juga untuk mempercepat pertumbuhan ikan gurame, mas
nila, bahkan udang. Ujicoba penggunaan dilakukan Kelompok Tani Lele Kersa
Mulya di Desa Kertasura, Kapetakan Kabupaten Cirebon.
Suganda, Ketua Kersa Mulya
mengakui, pemberian ramuan ini seminggu sekali telah mampu mempercepat panen
dari normal 45 hari menjadi hanya 30 hari dengan tingkat konsumsi pakan yang
lebih sedikit dan tingkat kematian yang lebih rendah dari biasanya.
Probiotik Organik Attaqi adalah
ramuan yang probiotik plus karena ditambah berbagai ramuan tanaman obat
Indonesia sehingga selain memacu pertumbuhan mikroba di rumen juga meningkatkan
nafsu makan pada ternak ruminansia yaitu domba, kambing, sapi dan kerbau.
Jangan heran kalau probiotik itu
bisa membuat ternak memakan hampir semua hijauan yang diberikan sehingga hampir
tidak ada hijauan yang tersisa pada sore hari, dengan demikian peternak tidak
perlu repot-repot membersihkan sisa hijauan dan tidak perlu lagi memilih
hijauan untuk pakan ternak.
|
|
H Daim,
peternak domba dari Desa Tuk, Kedawung, Kabupaten Cirebon menunjukkan anak
domba turunan Garut usia 2,5 bulan tetapi mempunyai bobot 12 kilogram atau
hampir sama dengan usia domba 4 bulan, padahal ramuan baru
diberikan pada usia satu bulan.
|
Munir (25), peternak ikan di Desa Arjawinangun,
Cirebon menunjukkan gurame hasil pembesaran dengan ramuan Attagi dari ukuran
satu jari menjadi dua jari setengah hanya dalam waktu pemelihraaan 3,5 bulan,
padahal biasanya mencapai 5,5 bulan baru bisa panen.
|
|
|
Sujadi (baju putih) salah satu tenaga ahli Attaqi,
mengamati telur puyuh milik Dirta, peternak puyuh di Desa Girinata,
Dukupuntang, Cirebon. Dengan Biogain Attaqi mampu meningkatkan produksi
telur, dan mengurangi kanibalisme unggas.
|
Puluhan peternak
lele di Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon, sudah menggunakan Ramuan
Attaqi untuk mempercepat pertumbuhan lele sehingga bisa dipanen satu
minggu sampai 10 hari lebih cepat dari biasanya.
|
Tiga produk unggulan yang telah diperkenalkan sebelumnya
yaitu Ramuan Attaqi untuk padi, holtikultur, dan pestisida Organik Attaqi.
[agromania] Gurami
qitanonq
Fri, 22 Dec 2006 18:21:56 -0800
Gurami dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya. Untuk
membesarkan benih ukuran 2-3 cm Sampai siap konsumsi (500 g)
diperlukan waktu sekitar 1,5 tahun. Wajar bila banyak yang enggan
mengusahakannya. Kini hal ltu bisa diatasi dengan menerapkan pola
budidaya secara bertahap. Pemeliharaan di kolam intensif selama 12-
14 bulan Osphronemus gouramy, itu mencapai bobot 500 g/ekor.
Dengan segmentasi, "Beternak gurami lebih cepat, setiap tahap 3-4
bulan, "ujar Azhari, petani di Dramaga, Bogor.
Pemilik 10 petak kolam ukuran 200 m2 itu menebar berbagai
ukuran "Kalau ada yang membutuhkan, tinggal dipanen. Tak perlu
dibesarkan hingga ukuran konsumsi". Untung yang diraih per segmen
budidaya pun jelas. Misalnya, benih ukuran wadah korek (4-5 cm)
dibeli seharga Rp 1.250/ekor. Jika ditebar 3.000 benih di kolam
seluas 100 m2.
3 bulan berikutnya dipanen ukuran bungkus rokok (10 cm). Harganya
bisa 2 kali lipat. Dengan kematian 10% petani bisa mengantongi
Rp3juta belum termasuk biaya pakan dan tenaga kerja.
Pemeliharaan gurami di kolarn intensif per segmen menghemat waktu 2-
4 bulan. Dengan cara itu "Perputaran modal juga cepat," tegas Julius
Tirta Sendjaya petani di Parung. Selain itu ukuran kolam budidaya
tidak luas, 100-500 m2 tapi dalam jumnlah banyak. Selain kolam
pendederan. ada yang untuk pembesaran. Kesehatan ikan dapat
dikontrol sehingga kegagalan panen akibat penyakit dapat diminimkan.
TERGANTUNG MODAL
Petani bermodal minim bisa memulai usaha dan pembenihan. modal
besar, pembesaran. Semua segmen budidaya pun tidak masalah. Toh,
jika tidak ada permintaan benih bisa dibesarkan lagi hingga siap
konsumsi.
Pembenih hanya menghasilkan benih ukuran kuku (2-3 cm). Modal yang
diperlukan sepasang induk dan wadah penetasan, seperti ember, bak
fiber, atau akuarium. Perawatan larva sampai burayak di akuarium
lebih mudah. Selain kesehatannya mudah di kontrol juga bisa
diusahakan di lahan terbatas. Pembesaran pilihannya lebih banyak.
Pertama, membesarkan benih ukuran kuku hingga sebesar wadah korek (4-
5cm).
Petani juga bisa memulai usaha dan benih ukuran wadah korek, lalu
dibesarkan hingga seukuran bungkus rokok (9-10cm). Atau dimulai dan
benih ukuran bungkus rokok sampai siap konsumsi.
Sebelum mulai usaha perlu mengetahui syarat-syarat gurami tumbuh
dengan baik. Di antaranya pemilihan lokasi, konstruksi kolam, benih
berkualitas, dan perawatan yang benar.
SYARAT LOKASI
Gurami termasuk ikan yang mudah dibudidayakan. Ia bisa hidup di
sembarang tempat. Meskipun demikian, pemilihan lokasi yang tepat
juga perlu diperhatikan. Di lokasi berketinggian 20-400 m dpl
pertumbuhan ikan cukup baik. Namun, di dataran tinggi, 800 m dpl
pertumbuhannya agak lambat.
Lokasi budidaya harus memiliki suhu dan kualitas air sesuai kemauan
gurami. Ia tumbuh baik di daerah bersuhu 25- 28C. Meskipun demikian,
ia sangat peka terhadap perubahan suhu. Lokasi yang memiliki
perbedaan suhu siang dan malam tinggi kurang baik untuk gurami.
Apalagi daerah yang suhunya seringkali berubah-ubah bisa menyebabkan
ikan stres.
Kepekaan gurami terhadap suhu dapat diatasi dengan merekayasa
lingkungan hidupnya. Penyebab naiknya suhu adalah panas matahari.
Ketika cuaca panas tinggi air yang umum digunakan 70 80 cm,
ditingkatkan l0-20 cm. Saat penghujan tiba biasanya suhu dingin dan
diatasi dengan menurunkan tinggi air.
Kualitas air di lokasi mendukung pertumbuhan ikan. Ia harus
mengandung cukup mineral dan zat-zat hara yang dibutuhkan.
Ketersediaan pakan alami yang cukup bisa meningkatkan kelulusan
hidup benih pada tahap awal budidaya.
Kadar oksigen tidak berpengaruhi terhadap kehidupan gurami. Ia
memiliki labirin yang berfungsi untuk mengambil udara. Angka pH air
ideal 6,5- 7, kesadahan 7HD.
Air dan sungai atau irigasi teknis bisa dipakai asal tidak tercemar
limbah pestisida atau sisa-sisa pembuangan rumah tangga.
Gurami menyukai air yang bersih. Air kerub dikhawatirkan mengandung
kotoran. Jika kotoran itu bercampur sisa-sisa pakan akan terjadi
pembusukan. Hal itu memicu timbulnya bakteri, parasit, dan cacing.
Pakan gurami harus tersedia secara kontinyu di lokasi. Pelet bisa
didatangkan dan daerah lain. Namun, daun sente (Alocasia
macrorrhiza), kegemaran gurami terkadang langka. Karena kebutuhan
daun-daunan itu cukup besar sebaiknya petani menanamnya di sepanjang
pematang kolam.
PERSIAPAN KOLAM
Persiapan kolam merupakan langkah awal proses budidaya. Ada 2 cara
yang bisa dilakukan, yakni membuat kolam baru dan pengolahan tanah
seusai panen. Jika membuat kolam baru, konstruksi dibuat kuat dan
kokoh. Bentuk kolam umumnya sama dengan ikan lain. Ukurannva
tergantung kemampuan modal dan luas lahan. Dinding kolam dirancang
agar tak mudah bocor atau terkikis. Kemiringannya 60 derajat dan
dasar kolam.
Pematang antar kolam dibuat kuat dan lebar untuk mengantisipasi
longsor. Tinggi pematang kurang lebih 125 cm diukur dari dasar kolam.
Permukaan dasar kolam dibuat agak miring. Tujuannya untuk memudah
pembuangan air dan panen. Saluran pemasukan dan pengeluaran air pada
setiap kolam dibuat terpisah. Tujuannya untuk menghindari penularan
penyakit ke kolam lain.
Kedua saluran diletakkan di kedua dinding secara diagonal atau
menyilang. Pralon pvc atau bambu umum digunakan. Jumlahnya
tergantung luas kolam, ukuran 100 m2 cukup 2 saluran air. Lubang air
ditutup kasa agar kotoran tidak ikut masuk ke kolam.
Kualitas tanah yang baik menciptakan kondisi lingkungan yang layak
untuk gurami. Karena itu keasamannya harus dipertahankan. Caranya
dengan menaburkan kapur sebanyak 100 g/m2 dan 200 g/m2 garam dapur.
Penanganan kolam yang sudah produksi lain lagi. Sebelum digunakan
air dibuang habis lalu dasar kolam dijemur hingga kering. Tujuannya
untuk mematikan bakteri, jamur, dan cacing. Kotoran atau sisa-sisa
pakan yang menumpuk dibuang.
Setelah kering, tanah dicangkul sedalam 10-20 cm lalu dibalik dan
ratakan. Lapisan atas dianggap sudah tidak kaya hara sehingga perlu
diganti yang bawah.
Jemur di terik matahari sampai kering. Untuk menjaga keasaman tanah
taburkan kapur 100 g/m2 dan 200g/m2 garam dapur.
PENGISIAN AIR
Kolam yang sudah siap segera diisi air secara bertahap. Setelah
mencapai tinggi 20 cm saluran air ditutup. Taburkan pupuk kandang,
seperti kotoran ayam (postal) sebanyak 500 g/m2. Tujuannya untuk
menumbuhkan plankton. Air dibiarkan menggenang selama beberapa hari
agar terjadi proses dekomposisi atau penguraian.
Yang perlu diperhatikan kehadiran anak katak/percil, burayak mujair,
atau lele yang seringkali ikut terbawa air. Untuk mengatasinya
taburkan saponin sebanyak 5-10 kg. Alternatif lain dengan pemberian
daun lampesan (Hyptis suaveolens) secukupnya.
Saponin bisa mematikan h e w a n - h e w a n berdarah merah sedang
lampesan hanya memabukan. Pesaing atau predator yang sudah mati itu
dibuang agar tidak busuk.
Beberapa hari kemudian air berubah menjadi hijau tanda bibit
plankton sudah ada. Masukkan air secara bertahap hingga mencapai
tinggi 60- 80 cm. Pupuk buatan, seperti SP-36 sebanyak 20 g/m2 dapat
diberikan untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami. Diamkan selama
5-7 hari sampai wama air berubah menjadi hijau segar. Saat itu benih
sudah siap ditebar.
TABUR BENIH
Pilih benih sehat untuk ditebar. Ciri benih yang baik, gerakan
renangnya lincah, sisik mengkilap, bebas penyakit, dan ukuran
seragam. Benih kurang seragam menyebabkan persaingan mendapatkan
pakan dan ruang gerak. Ikan berukuran lebih besar dipastikan tumbuh
lebih cepat, sementara yang kecil tetap kuntet.
Ada beberapa jenis gurami yang sudah dikembangkan, seperti paris,
safir, merah, jepang, dan soang. Setiap jenis memiliki kelebihan
masing-masing. Yang perlu diperhatikan asal benih.
Usahakan jaraknya tidak jauh dengan lokasi supaya tidak "mabuk"
selama pengangkutan.
Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat itu cuaca redup
sehingga penyesuaian berlangsung lebih cepat dan menghindari benih
stres. Secara perlahan-lahan kantung benih dimasukkan ke air.
Biarkan beberapa saat agar suhu di kantung sama dengan air kolam.
Buka kantung lalu tuang ke air. Biarkan benih berenang sendiri.
PERAWATAN BERTAHAP
Gurami yang dipelihara dari benih ukuran 2 cm sampai siap konsumsi
memerlukan waktu lama.
Dengan segmentasi budidaya relatif lebih cepat. Tahapan itu dimulai
dan pembenihan, pendederan hingga pembesaran. Setiap segmen
dilakukan di kolam terpisah dan penanganan berbeda.
a. Pembenihan
Pembenih hanya menyediakan benih sebesar kuku atau ukuran 2-3 cm.
Modalnya sepasang induk, kolam perkawinan. sarang telur, dan
akuarium untuk penetasan sekaligus perawatan.
Induk siap kawin dimasukkan ke kolam. Sarang dan ijuk untuk
melekatkan telur diletakkan di pinggir. Keesokan han dicek, jika
sudah berisi telur, angkat lalu dimasukkan ke akuarium. Sehari
kemudian telur sudah menetas. Larva belum diberi pakan, toh,
persediaan pakan di kantung telur (yolk sack) cukup selama 2 hari.
Setelab cadangan makanannya mulai menipis, kutu air atau artemia
diberikan. Usahakan pemberian tidak terlambat. Larva yang terlanjur
kelaparan kondisinya Iemah. Dua hari berikutnya barulah diberi
cacing rambut. Biasanya pertumbuhan ikan cepat setelah makan cacing
rambut. Dalam waktu 30 hari sejak tetas benih sudah sebesar biji
oyong (1 cm).
Dengan cara ini kelulusan hidupnya mencapai 95%.
Jika menginginkan benih agak besar, perawatan di akuarium
dilanjutkan kembali. Populasi dijarangkan dengan cara memindahkan
sebagian benih ke tempat lain. Pakan utama tetap cacing rambut.
Sistem pemeliharaan dengan air mengalir.
Setelah 1 bulan diperoleh benih ukuran kuku (1-3 cm). Benih ini bisa
dipanen dan siap ditebar ke kolam.
B. Pendederan
Pendederan dilakukan di kolam ukuran 50-100 m2. Benih sebesar kuku
ditebar dengan kepadatan 40 ekor/m2. Contoh, ukuran kolam 100 m2
memerlukan benih sekitar 4.000 ekor. Tinggi air 30-40 cm dengan
debit air 10 liter/menit.
Seminggu atau 10 hari setelah tebar benih belum diberi pakan buatan.
Di samping ukuran mulut belum mampu menelan pelet, pakan alami yang
tersedia di kolam sudah cukup. Pada hari ke-11 pelet baru boleh
diberikan.
Pelet yang diberikan mengandung 50% protein. Kebutuhan pakan per
hari dihitung menurut bobot ikan, biasanya dipatok 1 %. Jumlah pakan
yang diberikan kecil, tapi frekuensinya diperbanyak. Yang umum 2-3
kali, ditingkatkan menjadi 6 kali.
Perawatan sehari-hari selain memberi pakan, ikan selalu dikontrol
kesehatannya. Benih sebesar ini masih rentan serangan penyakit.
Kualitas air yang masuk ke kolam selalu dicek. Bila lingkungan kolam
terlihat ada tanda-tanda berubah segera diberi tindakan pencegahan.
Ketika cuaca panas misalnya, suhu air akan meningkat. Sebelum ikan
stres sebaiknya volume air ditingkatkan. Sebaliknya, ketika suhu
dingin di musim hujan tinggi air dikurangi.
Selain itu, pH air tak luput dan perhatian. Saat penghujan biasanya
pH air turun. Kondisi seperti itu bisa mengundang kehadiran
penyakit. Untuk menstabilkannya taburkan garam secukupnya.
Sampling berat ikan setiap bulan merupakan kegiatan rutin. Dengan
cara itu bisa diketahui pertumbuhan ikan. Keseragaman ukuran sangat
penting untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan. Karena itu
perlu dilakukan sortir, ukuran yang tidak standar dipindah ke kolam
lain.
Pemeliharaan selama 45-60 hari menghasilkan benih sebesar dim/silet
atau 4-5cm.
Benih bisa dipanen dan siap dijual. Bila tidak ada permintaan benih,
proses budidaya dilanjutkan lagi. Namun, kepadatan ikan dikurangi
menjadi 30 ekor/m2. Pemeliharaan selama 60 hari diperoleh benih
ukuran wadah korek atau 7-8 cm.
C. Pembesaran
Tahap pembesaran dimulai dan benih sebesar korek atau ukuran 7-8 cm.
Kolam pembesaran yang digunakan berukuran 100-500 m2. Kepadatan
tebar 20 ekor/m2. Contoh, untuk kolam ukuran 500 m2 dibutuhkan benih
sekitar 10.000 ekor. Tinggi air 70 cm dengan debit air yang masuk ke
kolam 15 20 liter/menit.
Pakan buatan per hari diberikan 1% dan bobot ikan. Frekuensi
pemberian 2-3 kali, pukul 07.00, 11.00, dan 13.00. Pelet yang
digunakan harus mengandung 25% protein. Pakan tambahan berupa daun
sente. Kebutuhan-nya per hari 10% dari bobot ikan diberikan sekali
pada sore hari, pukul 17.00.
Perawatan sehari-hari di tahap ini hampir sama dengan tahap
pendederan. Benih masih relatif rentan serangan penyakit dan mudah
stres bila ada gangguan atau perubahan lingkungan secara mendadak.
Untuk menghasilkan benih sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor per
kilo dibutuhkan waktu 75 -100 hari. Benih sebesar itu sudah bisa
dipanen dan dijual. Atau dipindah ke kolam lain untuk dibesarkan
hingga ukuran konsumsi.
Kolam pembesaran berukuran lebih besar. Ukuran kolam 500 m2 tidak
masalah. Yang penting kepadatan ikan dikurangi 10 ekor/m2. Tinggi
air dinaikkan menjadi 80 cm, debit air 20 liter/menit. Pakan buatan
diberikan 2 kali sehari., pukul 08.00 dan 13.00. Pelet harus
mengandung 20%protein. Pakan tambahan daun sente cukup 10% dari
bobot ikan diberikan pada sore hari, pukul 16.00.
Benih sebesar itu sudah agak tahan serangan penyakit. Namun, perlu
diwaspadai kondisi lingkungan kolam. Perawatan dan pengontrolan
setiap hari dianggap perlu. Pemberian garam secukupnya rutin setiap
bulan untuk mencegah munculnya penyakit.
Pembesaran ini memerlukan waktu 90-100 hari untuk mendapatkan ikan
ukuran konsumsi, 500 g/ekor. Ikan sebesar itu bisa dipanen dan siap
dijual ke pasar atau restoran. Bila belum ada order. ikan tetap
dipelihara di kolam. Namun, pemberian pakan tidak terlalu intensif.
Pelet bisa diberikan sekali pada pagi hari, sore daun sente. Ini
dilakukan agar pengeluaran tidak mcmbengkak.
Penyakit
Penyakit merupakan masalah utama budidaya gurami. Kehadirannya perlu
diwaspadai, sebab serangannya bisa menyebabkan kematian sehingga
gagal panen. Penyebab yang kerap dijumpai seperti bakteri, jamur,
parasit, dan cacing.
Mereka muncul akibat lingkungan kolam yang kotor. Karena itu periu
dicermati kepadatan tebar kualitas air dan pakan berlebihan. Berikut
beberapa penyakit yang kerap ditemui di kolam.
Kutu ikan
Penyakit ini disebabkan parasit Argulus indicus. Serangannya dengan
cara menempel lalu menggigit tubuh. Ikan yang terserang akan
mengalami pendarahan. Penularan ke ikan lain melalui air atau kontak
langsung. Parasit ini muncul pada kolam-kolam yang kualitas airnya
buruk.
Cara pengendalian dengan mengeringkan kolam seusai panen sehingga
telur-telurnya mati. Ikan yang sudah terserang diobati. Caranya
dengan menaburkan garam sebanyak 10-15 kg/m3 ke kolam.
Usahakan saat pengobatan saluran masuk ditutup, air diturunkan 10-20
cm. Sehari kemudian air bisa ditambahkan. Atau ikan sakit direndam
air yang sudah dibubuhi garam sebanyak 10-15 gr/l selama 15 menit.
Cacing ikan
Penyebabnya parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Kualitas air yang
buruk, kurang pakan, kepadatan tinggi. dan perubahan lingkungan
mendadak memicu munculnya keluarga cacing itu.
Gejala awal ditandai nafsu makan ikan menurun, sering muncul di
permukaan air, dan terkadang berbaring dengan insang terbuka.
Dactylogyrus lebih menyukai insang Gyrodactylus menyerang bagian
badan dan sirip.
Cara penanggulangannya dengan mengganti air dalam jumlah besar.
Taburkan garam dapur 40 g/m3 ke kolam, lalu tutup saluran air selama
24 jam. Ikan sakit direndam kelarutan garam dapur sebanyak 40 mg/l
air.
Mata BELO
Gejala penyakit ini ditandai mata membengkak dan menonjol keluar dan
kelopaknya. Ikan yang terserang akan buta. Lama-kelamaan kondisi
tubuh lemah dan akhirnya mati. Penyebab penyakit ini diduga karena
virus/cacing.
Serangan awal ditandai kondisi ikan lemah, nafsu makan kurang, dan
sering muncul ke permukaan. Saat itu bisa dilakukan pengobatan
dengan cara menaburkan garam 1 kg/m3. Saluran air dihentikan selama
24 jam. Keesokan harinya baru diganti total.
Cara lain dengan memberikan antibiotik yang dicampur dengan pakan.
Selama pengobatan air bisa diganti total. Biasanya pengobatan itu
hanya menyelamatkan ikan yang masih sehat. Ikan yang sudah mati
diambil lalu dibakar.
Jamur
Gejala awal serangan ditandai benang-benang halus mirip kapas
menempel pada tubuh yang terluka.
Penyebabnya jamur Saprolegnia dan Achyla. Dalam waktu relatif cepat
jamur ini menyebar keseluruh ikan di kolam. Jamur ini tidak
menimbulkan kematian, tapi kondisi ikan lemah, nafsu makan kurang.
dan akhirnya kurus. Lemahnya daya tahan tubuh membuka peluang
kehadiran penyakit lain.
Cara penanggulannya dengan memberi garam sebanyak 400 mg/m3. Pada
saat pengobatan saluran air dihentikan. Perlakuan itu diulang 3 kali
secara berurutan dan dilanjutkan setiap bulan. Ikan yang sakit
direndam dalam larutan garam 20 mg/l air atau malachyte oxalate 1
mg/l atau dosis 0.1 - 0,5 mg/l selama 12-24 jam. Alternatif lain
dengan merendam ikan ke larutan formalin 200 ppm selama 2jam.
Bakteri
Penyebabnya Aeromonas sp dan Pseudomonas sp. Bakteri ini sering
dijumpai pada kolam yang tercemar bahan organik. Keduanya seringkali
ditemui di musim kemarau atau menjelang penghujan. Air kolam kurang
baik atau perbedaan suhu siang dan malam hari juga berperan
munculnya penyakit ini.
Gejala klinis dicirikan luka di tubuh dan berdarah, perut membesar,
lendir mencair, sisik mengelupas, dan timbul borok. Dalam waktu
singkat kondisi ikan lemah. sering muncul ke permukaan, lalu mati.
Serangan penyakit ini perlu diwaspadai sebab tak jarang berakibat
kematian massal.
Cara penanggulangannya dengan merendam ikan sakit ke larutan
oxytetracycline 2 5 mg/l air selama 24 jam. Perlakuan itu diulang 3
kali secara berurutan. Ikan yang terinfeksi bisa direndam larutan
malachite green oxalat 0,5 mg/l selama 1 jam.
Satu bulan kemudian ikan diberi pakan yang mengandung
oxytetracycline 60 mg/kg pakan selama 7 hari berturut-turut.
Bercak putih
Parasit Ichthyophthyrius sp merupakan penyebab penyakit ini. Ia
menyerang kulit ikan dan menimbulkan bercak-bercak putih. Gejala
klinis ditandai bercak putih menyebar di tubuh, warna sisik pucat.
ikan sering menggosokkan badan dan tampak megap-megap seolah
kekurangan oksigen.
Ikan yang terserang direndam dengan larutan formalin 25 mg/l
ditambah malachite green oxalat 0,2 mg/l selama 24 jam.
Panen
Panen merupakan akhir kegiatan budidaya. Keberhasilan usaha dapat
diketahui dari jumlah tonase atau pertumbuhan selama periode waktu
tertentu. Ada 2 cara panen, yaitu benih dan ukuran konsumsi.
Panen benih dilakukan dengan cara menurunkan air sampai ketinggian
tertentu. Aliran air diperkecil sampai tersisa di kowen (lubang
kecil di sudut kolam). Di atas kowen diberi dedaunan, seperti daun
pepaya talas, atau pisang agar benih merasa aman dan nyaman. Benih
yang sudah terkumpul ditangkap dengan saringan atau jaring mesh size
kecil. Satu per satu benih dimasukkan ke ember. Kemudian angkut ke
tempat penampungan sementara berupa hapa yang dipasang di kolam atau
saluran air.
Seleksi ukuran dan kesehatan ikan, lalu pindahkan ke wadah lain.
Sebelum dikirim ke tempat tujuan sebaiknya benih dibera atau
dipuasakan selama 1 hari
Panen ukuran konsumsi sebaiknya menggunakan jaring. Cara ini lebih
mudah dan ikan tidak rusak. Selama proses pemanenan kolam tidak
perlu dikeringkan. Air kolam cukup dikurangi sesuai tinggi jaring.
Jaring direntangkan dan ujung kolam dan ditarik secara perlahan-
lahan. Prinsipnya untuk memperkecil ruang gerak ikan sampai
terkumpul di saiah satu sisi kolam. Masukkan beberapa lembar daun
pisang kering atau talas agar ikan merasa nyaman.
Kemudian satu per satu ikan ditangkap dengan hati-hati, lalu
dimasukkan ke wadah penampungan. Sebelum diangkut ikan sebaiknya
dipuasakan selama 1- 2 hari.
Pasca panen
Pengangkutan gurami harus hati-hati. Tak jarang kasus ikan mati di
tempat tujuan akibat salah angkut, seperti kepadatan tinggi dan
dilakukan secara mendadak tanpa ada proses penyesuaian. Yang perlu
diperhatikan selama pengangkutan kondisi ikan harus segar.
Pengangkutan benih sampai ukuran 5 cm masih memerlukan oksigen.
Sebab, alat pernafasan tambahan (labirin) belum terbentuk sempurna.
Kepadatan benih disesuaikan ukuran dan lokasi pengiriman. Untuk
pengiriman jarak dekat (25 km) atau selama 1 jam, jumlah benih bisa
diperbanyak. Lain hal bila lokasi tujuan relatifjauh (100 km)
sebaiknya benih tidak terlalu padat. Masalah akan timbul jika gurami
ukuran konsumsi yang diangkut terlalu padat.
Duri sirip atau tutup insang akan saling melukai sehingga ikan
menjadi stres, lalu mati.
Untuk mengurangi stres gerakan ikan diupayakan seminimal mungkin.
Caranya dengan menurunkan suhu air atau obat bius, seperti
phenoxyethanol, dosis 0,15 mg/l air. Gurami dengan bobot 500-600 gr
dapat diangkut dengan kepadatan 15 ekor/ 10 liter air selama 6 jam.
Cara tradisional dengan wadah terbuka seperti jirigen, atau drum
khusus yang diletakkan mendatar. Tinggi air mencapai 10-15 cm
sehingga ikan bisa menghirup udara. Pengangkutan dapat dilakukan
dengan kepadatan tinggi 1 ekor/liter air
Mempercepat Pertumbuhan Ikan
Budi Daya Dengan Probiotik
Pertumbuhan Ikan Budi Daya yang cepat
tidak hanya membuat hati senang tetapi juga menekan pengeluaran untuk pakan,mempercepat
masa panen dan ikan bisa dipanen dalam ukuran yang seimbang. Banyak
pengalaman petani budi daya ikan harus melakukan panen secara bertahap karena
ukuran ikan yang ditebar sama tetapi mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda.
Karena itu beberapa rekayasa dan upaya dilakukan untuk mempercepat
pertumbuhan ikan dan ukuran yang seragam dengan demikian efisiensi
produksi budi daya ikan menjadi cukup baik. Beberapa petani ikan menempuh cara
dengan memberikan makanan berprotein tinggi dan memberikan makanan alami
seperti keong, bekicot dan lain-lain. Akan tetapi pemberian pakan alami
terkendala karena tidak praktis. Pada beberapa budi daya ikan seperti budi daya
ikan guramih, Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan mas dan lain sebagainya, pemberian probiotik telah
dirasakan manfatnya bagi budi daya ikan.
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat
bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik
mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga
makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan
baik. Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dar serangan
penyakit.
Pada Budi
Daya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang
ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa
dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti
daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya
plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan
alami ikan. Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus
memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup
diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air
selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.
Pengalaman dari Himawas Atasasih, pemilik HMPS di Jl
Sutijap 23 Wates, Kulonprogo, Para petani Ikan Guramih Kulonprogo sudah
terbiasa memakai probiotik dicampur pakan. Misalnya, probiotik RajaGrameh,
RajaLele, MasterFish, SPF atau Nature yang mudah diperoleh di toko pakan ternak
atau toko pertanian. Dengan campuran probiotik dan pelet membuat metabolisme
dan pencernaan ikan sempurna. Sebagian besar, 90% pakan yang masuk ke tubuh
akan menjadi daging ikan.
Pengalaman Pak Jumadi, petani gurami dari Desa Ceme,
Srigading, Sanden, Bantul membenarkan pemberian probiotik sangat membantu
pertumbuhan ikan. Saat melihat di kolamnya banyak gurami stres dan mengambang
bahkan beberapa mati, dia secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik Nature
campur segenggam gula pasir ke kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih
dan semua guraminya sehat kembali.
Pengalaman para petani ikan Gurami di Desa Jambidan, Bantul
Yogyakarta telah meninggalkan cara konvensional budi daya guramih dan beralih
ke cara modern dengan memanfaatkan probiotik. Budi Daya ikan dengan cara konvensional
30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan, dengan sistem Guba (Gugus Simba)
bisa menjadi 28-30 kg atau konversinya 1:1. Artinya, ikan lebih
berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 90% pakan menjadi daging
dan hanya 10% yang dibuang sebagai amoniak.
Menurut Wiwied Usman, Sekjen PerMina sekaligus pembudi daya
Ikan Gurami, Kelebihan lain penerapan sistem Guba, pertumbuhan lebih cepat
sehingga waktu pemeliharaan lebih pendek. Bila dengan sistem konvensional untuk
mencapai berat 1 kg butuh waktu dua tahun, dengan sistem Guba hanya butuh waktu
satu tahun. Pengalaman mereka untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet cukup
dalam waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara
konvensional tanpa penambahan probiotik pada pakan, setahun baru mencapai berat
6-7 ons.
Pakar gurami dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung
Hardaningsih menguraikan, dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus
untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan. Karena ada introduksi
mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat
terhadap stres dan penyakit. Yang pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga
merangsang nafsu makan.
Saya kira probiotik akan menjadi
andalan para petani ikan di masa depan karena manfaatnya sangat besar pada
pertumbuhan ikan sehingga cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’
tandasnya. Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak
dini. Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus
diguyur probiotik Nature atau SPF lebih dahulu agar kondisi air cepat matang
dan tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan
air cukup dua minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.
Perbandingan Hasil Budi Daya Ikan Gurami dengan Cara
Konvensional dan Penambahan Probiotik
Biaya 1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek
dengan harga Rp 1.000,-/ekor , membutuhkan pakan 30 sak (harga Rp 210.000).
Total modal sekitar Rp 7,5
juta. Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal. Dengan
harga panen Rp 20.000 /kg pendapatan petani sekitar Rp 14 juta.
Keuntungan sekitar Rp 6 jutaan.
Sistem Guba memberikan terobosan
pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele,
Nutrisi Simba, ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan maka hasil panen bisa
mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta. Jadi, ada
selisih 2 kuintal, senilai Rp 4 juta, jauh lebih untung dibanding cara biasa.
Biaya tambahan untuk membeli
probiotikpun tidaklah mahal, dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk
mencampur 5 kg pakan pelet, terbukti hasilnya luar biasa. Padahal untuk 30 sak
pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400 ribu
saja. Yakni, untuk pemacu tumbuh Rp 200 ribu, untuk penambah bobot Rp 100 ribu,
dan untuk pengobatan Rp 100 ribu. Jadi, penambahan biaya Rp 400 ribu, tambahan
keuntungannya Rp 4 juta.
Sumber:
GURAMI DAUN TALAS DAN
GURAMI PELET
Di Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang, masih bisa kita
jumpai empang-empang (kolam) ikan yang penuh dengan daun talas. Itulah empang
ikan gurami (Osphromenus olfax). Seperti halnya ikan nila (Tilapia nilotica)
dan mujair (Tilapia musambica), gurami merupakan ikan herbifora yang makan
plankton dan daun-daunan. Salah satu daun kesukaan gurami adalah daun keladi
(Xanthosoma sagittifolium) dan talas (Colocasia esculenta). Terutama
talas gatal yang sering juga disebut sente (sénthé, Alocasia macrorhiza). Di
antara ikan air tawar yang disajikan di restoran, gurami memegang rekor harga
paling tinggi, yakni Rp 20.000,- per kg. di tingkat peternak. Ikan mas
(Cyprinus carpio), lele (Clarius batracus), nila/mujair) dan "patin"
(jambal siam, Pangasius sutchi) harganya di bawah Rp 10.000,- per kg. di
tingkat konsumen. Memang harga gurami masih kalah dibanding gabus
(Ophiocephalus striatus) Rp 25.000,- dan betutu (ikan bodoh/ikan malas,
Barbichthys laeris) yang sampai diatas Rp 50.000,-per kg. Tetapi gabus tidak
biasa disajikan sebagai ikan konsumsi di restoran, melainkan sebagai ikan asin.
Sementara betutu hanya bisa dijumpai di restoran-restoran papan atas dengan
volume yang sangat terbatas.
Penyebab utama gurami menjadi ikan mahal, adalah permintaan
yang selalu lebih tinggi dari pasokan. Orang senang dengan gurami karena
tekstur dan rasa dagingnya yang lembut dan lezat. Pada jaringan dagingnya juga
tidak terdapat duri-duri halus seperti halnya ikan mas. Selain itu, rongga
perut ikan ini sangat kecil dibanding ikan air tawar lain. Kelemahan gurami
adalah, pertumbuhannya yang lamban. Benih gurami ukuran burayak, kebul sampai
putihan, dulunya dibesarkan oleh para peternak ikan tradisional dengan pakan
plankton dan larva serangga. Dengan cara ini pembesaran burayak gurami sampai
menjadi putihan untuk ditebar di kolam pembesaran, akan makan waktu hampir satu
tahun. Kemudian dengan pakan daun talas, pembesaran putihan ukuran 5 cm. sampai
menjadi ikan konsumsi bobot 0,5 kg, diperlukan waktu lebih dari 1 tahun. Hingga
untuk menghasilkan gurami konsumsi bobot 0,5 kg, diperlukan waktu sekitar 2
tahun sejak pembenihan.
Selain itu gurami juga tidak bisa dipelihara dengan padat
penebaran tinggi. Ikan mas,
nila, lele (dumbo) dan patin, selalu dipelihara dengan tingkat kepadatan
tinggi. Untuk mengatasi kendala ketersediaan oksigen dan tercemarnya air oleh
kotoran serta sisa pakan, pemeliharan ikan-ikan konsumsi tersebut dilakukan
dalam kolam air deras atau dalam karamba. Baik kolam air deras maupun karamba,
memungkinkan ketersediaan oksigen secara penuh. Hingga padat penebaran bisa
ditingkatkan sampai beberapakali lipat. Pada kolam air deras, kotoran dan sisa
pakan akan langsung hanyut terbawa aliran air. Sementara pada karamba, sisa
pakan dan kotoran akan langsung jatuh ke dasar parairan. Dengan pola
pemeliharaan seperti ini, ikan mas, nila, lele dan patin bisa dipelihara secara
massal dalam jangka waktu singkat. Pola pemeliharaan empat ikan konsumsi ini,
tidak bisa diterapkan untuk gurami. Sebab gurami menghendaki kolam yang tenang,
meskipun airnya harus terus mengalir. Inilah antara lain yang menjadi penyebab
mahalnya ikan gurami jika dibanding dengan lele, mas, nila dan patin.
Dengan adanya kemajuan teknologi
pakan, maka pembesaran burayak (anak ikan di bawah 1 cm) sampai menjadi kebul
(3 cm.) dan putihan (5 cm.) bisa dipersingkat hanya sekitar 3 bulan. Kemudian
di kolam pembesaran, gurami konsumsi bobot 0,5 kg. bisa diperoleh dalam jangka
waktu 5 bulan. Namun harga gurami masih tetap lebih duakali lipat harga ikan
mas. Sebab untuk memperoleh bobot yang sama, pembesaran ikan mas hanya
memerlukan waktu paling lama 3 bulan. Selain itu produksi benih ikan mas juga
bisa dilakukan secara massal, dengan biaya yang lebih murah. Meskipun banyak
pengusaha dan peternak yang terjun menekuni budidaya gurami, kendala jangka
waktu pembesaran inilah yang menyebabkan populasi gurami tidak pernah bisa
semassal ikan mas. Hingga laju peningkatan volume permintaan, tidak pernah bisa
diimbangi oleh laju peningkatan volume produksi. Itulah penyebab utama harga
gurami pun tetap tinggi. Kondisi serupa, sebenarnya pernah dialami oleh lele.
Sampai dengan awal tahun 1980an, lele merupakan ikan mahal. Sebab budidaya lele
dilakukan hanya dengan mengandalkan benih tangkapan dari alam. Pakannya pun
berupa ikan-ikan kecil. Biasanya anak ikan mujair. Namun dengan adanya
intruduksi lele dumbo pada tahun 1986, agroindustri lele tumbuh dengan sangat
pesat. Karena budidaya lele dumbo relatif lebih mudah dan murah dibanding ikan
mas, maka tidak lama kemudian harga lele pun berbalik menjadi lebih murah
dari ikan mas.
Konsumen gurami memang agak beda
dengan ikan mas, lele, nila dan patin. Empat ikan konsumsi air tawar ini mudah
dijumpai di pasar becek sampai warung di dalam gang dan tukang sayur keliling.
Sementara gurami hanya bisa diperoleh di pasar swalayan tertentu yang
menampungnya pada akuarium besar dalam keadaan hidup. Sebenarnya, penjualan
ikan dalam keadaan hidup, sudah menjalar sampai ke pasar becek. Namun perlakuan
ini baru diterapkan pada ikan mas dan lele. Nila dan patin masih dipasarkan
dalam kondisi mati. Sementara gurami, baik hidup maupun mati, tidak pernah bisa
dijumpai di pasar becek. Konsumen gurami paling banyak adalah restoran dan
hotel bintang. Di sini gurami mendapat saingan utama ikan kakap tangkapan dari
laut. Namun menu gurami goreng tidak mungkin tergantikan oleh kakap goreng.
Sementara gurami asam manis masih dimungkinkan untuk tersaingi kakap asam
manis. Konsumen gurami yang sangat spesifik ini (pengunjung hotel dan restoran,
bukan rumah-tangga), antara lain juga disebabkan oleh produksi yang juga
spesifik dan tidak mungkin dimassalkan serta dipacu, seperti halnya ikan mas
dan lele.
Harga benih gurami berfluktuasi
tergantung tinggi rendahnya permintaan dari para peternak. Benih burayak bisa
berfluktuasi dari Rp 50,- sd. Rp 125,- per ekor. Benih kebul antara Rp 300,-
sd. Rp 500,- per ekor. Sementara putihan dari Rp 600,- sd. Rp 800,- per ekor.
Fluktuasi permintaan benih dari para peternak, bukan disebabkan oleh fluktuasi
permintaan konsumen. Peternak akan menghentikan kegiatan pembesaran gurami,
karena adanya gangguan cuaca seperti kekeringan dan banjir. Pada kondisi
seperti inilah harga gurami konsumsi bobot di atas 0,5 kg. akan melambung
sampai di atas Rp 25.000,- per kg. Sementara harga benih burayak, kebul maupun
putihan akan jatuh karena tidak terpasarkan. Sebaliknya, pada saat kondisi
cuaca bagus, peternak akan melakukan investasi besar-besaran untuk membesarkan
gurami. Pada saat itulah permintaan benih meningkat hingga harga juga terkatrol
naik. Sekitar enam bulan kemudian, ketika gurami konsumsi mulai dipanen, harga
akan turun ke tingkat Rp 20.000,- per kg. Namun jarang sekali harga gurami
jatuh di bawah tingkat Rp 20.000,- per kg.
Percepatan pertumbuhan gurami karena diberi pakan pelet,
juga berdampak ke kualitas dagingnya. Gurami yang 100% diberi pakan pelet,
dengan padat penebaran tinggi, akan menghasilkan daging yang lembek karena
kadar airnya tinggi. Daging gurami demikian, jika digoreng akan susut banyak. Irisan
melintang di tubuhnya akan merenggang setelah digoreng, hingga tampak
tulang-tulangnya. Beda dengan gurami yang diberi pakan daun sente. Hal serupa
juga terjadi pada ayam dan sapi potong. Kualitas daging ayam kampung yang
dibesarkan secara alami selama 6 bulan untuk mencapai bobot 1 kg, tentu berbeda
dengan daging ayam broiler dengan bobot sama yang cukup dibesarkan dalam jangka
waktu 1 bulan. Peningkatan bobot hidup sapi potong unggul (impor) yang di atas
1 kg. per hari, akan mengakibatkan kualitas dagingnya tidak sepadat daging sapi
lokal yang peningkatan bobot hidupnya hanya 0,5 kg. per hari. Hingga restoran padang, hanya akan
menggunakan daging sapi lokal untuk rendang dan dendengnya.
Itulah sebabnya pola pembesaran
gurami yang dilakukan peternak, menggunakan pola semi intensif. Pembesaran
burayak menjadi kebul dan putihan, dilakukan 100% intensif. Namun dari putihan
menjadi gurami konsumsi, peternak memeliharanya dalam kolam biasa dengan pakan
kombinasi antara pelet dan daun sente. Pola pemeliharaan demikian, mampu
mempercepat pertumbuhan gurami dari 1 tahun (dari putihan ke bobot 0,5 kg),
hingga menjadi 6 bulan. Sebenarnya, dengan pemeliharaan 100% intensif, waktu
panen bisa dipersingkat lagi menjadi hanya 4 bulan. Namun mutu dagingnya
menjadi sangat menurun. Dengan tetap diberi pakan daun sente, pertumbuhan
gurami memang masih lambat. Tetapi penurunan kualitas dagingnya tidak terlalu
drastis. Gurami semi intensif inilah yang selama ini telah agak memassalkan
pangsa pasarnya. Kalau dulu ikan elite ini hanya bisa dikonsumsi kalangan yang
juga sangat elite, sekarang kalangan menengah pun bisa pula ikut menikmatinya.
Meskipun tidak sesering ikan mas, nila, lele dan patin yang telah benar-benar
menjadi menu
Dari berbagai sumber #
Trobos.com http://www.trubus-online.co.id/
https://www.facebook.com/trubusmajalah https://twitter.com/trubusonline
okezone.com viva.co.id
suara.com jpnn
merdeka.com tribunnews.com
liputan6.com