Sabtu, 17 Oktober 2015

KAYALAH LALU MASUK SURGA ! SEBUAH RENUNGAN NAN IMPIAN

Kayalah Lalu Masuk Surga! 
dakwatuna.com - Dari Abi ‘Abdillah Tsauban Bin Bujdad bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Dinar yang paling utama yang dibelanjakan seseorang adalah dinar yang ia belanjakan untuk keluarganya, dinar yang ia belanjakan untuk kendaraannya di jalan Allah, dan dinar yang ia infakkan untuk rekan-rekannya (yang tengah berjuang) di jalan Allah.” (Muslim)
Dalam kitab Nuzhatul-Muttaqin (syarah Riyadush-Shalihin karya Imam An-Nawawi) disebutkan, hadits itu menjelaskan peringkat keutamaan pengeluaran harta (infak) bahwa memberi nafkah kepada keluarga merupakan infak yang paling mulia. Dalam hadits lain disebutkan:
Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk (mememerdekakan) hamba sahaya, dinar yang engkau infakkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau infakkan untuk keluarga, yang paling utama di antara semua itu adalah dinar yang engkau infakkan kepada keluargamu.” (Muslim)
Ke manapun alokasinya, yang jelas seseorang tidak mungkin dapat berinfak jika tidak memiliki harta. Lebih-lebih jika kita mencermati ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan kita terlibat dalam jihad. Selalu saja disandingkan antara kewajiban berjihad dengan jiwa dengan kewajiban berjihad dengan harta. Bahkan dari semua ayat yang memerintahkan kita berjihad dengan harta dan jiwa, berjihad dengan harta selalu didahulukan kecuali pada satu ayat saja yakni ayat 111 surah At-Taubah, yang maknanya:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa dan harta mereka dengan mendapatkan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh.”
Selebihnya, hartalah yang disebut terdahulu. Perhatikan ayat-ayat berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman, inginkah kalian aku tunjukkan pada suatu perniagaan yang menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih. Kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kalian berjihad di jalan Allah denganh harta dan jiwa kalian.” (Ash-Shaf: 10-11)
Ini diperkuat dengan adanya kewajiban zakat. Dalam urusan yang satu ini memang ada kesalahan persepsi pada sebagian kaum muslimin. Kewajiban zakat sering dipahami begini: kalau punya harta, zakatlah; kalau tidak punya, tidak usah mengeluarkan zakat. Secara fiqih, pemahaman itu sangat benar. Tapi semangatnya bukanlah semangat kepasrahan pada keadaan. Semangat perintah zakat harusnya dipahami: carilah uang, kumpulkanlah harta agar dapat melaksanakan perintah Allah yang bernama zakat. Seharusnya kita membawa semangat shalat untuk diterapkan pada zakat. Kita selalu berpikir kita harus bisa melaksanakan shalat dengan segala perjuangan yang menjadi konsekuensinya. Dari mulai mencari penutup aurat, mencari tempat shalat, menentukan arah kiblat, mensucikan diri, dan seterusnya.
Itu semua mematahkan anggapan yang masih dianut sebagian orang bahwa kesalihan dan ketakwaan identik dengan kepapaan, kemelaratan, kesengsaraan, dan ketertindasan. Seolah-olah hanya orang miskin, jelata, dan tertindaslah yang layak menghuni surga. Sebaliknya orang kaya dan orang yang punya jabatan tidak punya tempat di surga. Ini diperparah dengan sering disitirnya hadits-hadits dha’if (lemah) atau bahkan maudhu’ (palsu) yang memberikan pesan untuk menjauhi dunia sejauh-juahnya demi mencapai ketakwaan dan kesucian jiwa. Atau mungkin juga menyitir hadits shahih tentang zuhud dengan pemahaman yang salah.
Zuhud tidaklah identik dengan melarat. Zuhud adalah kepuasaan hati dengan apa yang diberikan Allah swt. Zuhud adalah ketiadaan ikatan hati kepada kekayaan. Bahwa sambil merasa puas dengan apa yang Allah berikan dan sambil meniadakan ikatan hati dengan harta seseorang memiliki harta dan jabatan, tidaklah menafikan sifat zuhud.
Utsman Bin ‘Affan adalah konglomerat dan kaya raya. Beliau termasuk sahabat Nabi saw. yang dijamin masuk sorga. Demikian pula halnya dengan ‘Abdurrahman Bin ‘Auf. Beliau sukses dalam bisnis dan menjadi saudagar kaya raya. Toh beliau juga termasuk yang dijamin masuk surga. Umar Bin ‘Abdul-‘Aziz, khalifah yang kaya raya. Tapi justeru dia termasuk orang zuhud.
Posisi harta dalam Islam sama dengan posisi kemiskinan: sebagai ujian bagi manusia. Dengan kekayaan orang bisa masuk surga sebagaimana dengan kekayaan pula orang bisa masuk neraka. Dengan kepapaan orang bisa masuk surga sebagaimana dengan kepapaan pula orang bisa masuk neraka. Semuanya ujian! Allah swt. menegaskan:
Dan Kami coba kalian dengan keburukan dan kebaikan, (semuanya) sebagai ujian.” (Al-Anbiya: 35)
Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya dunia itu manis dan menghijau. Dan sesungguhnya Allah mengangkat kalian sebagai khalifah di dalamnya untuk melihat (menguji) bagaimana kalian bekerja. Maka berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan wanita. Karena sesungguhnya fitnah Bani Israil adalah pada wanita.” (Riwayat Muslim)
Jadi, orang yang saleh bukanlah orang memilih meninggalkan harta melainkan yang lulus dalam ujian mengelola harta itu. Seseorang dianggap lulus ujian dalam urusan harta manakala:
  • Hanya menempuh cara halal untuk memperoleh harta.
Pada hari kiamat, setiap orang akan diminta pertanggungjawaban terkait dengan hartanya, dari manakah ia memperolehnya dan dengan cara apa? Ini batu ujian pertama. Rasulullah saw. bersabda:
Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman seperti yang diperintahkan kepada para rasul. Dia berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari yang baik dan beramal salehlah karena sessungguhnya Aku mengetahui apa yang kamlian lakukan’. Dia juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik dari yang Kami rezekikan kepada kalian’.” Lalu Rasulullah saw. menerangkan tentang orang yang mengadakan perjalanan panjang, kusut masai dan berdebu. Ia mengadakahkan kedua tangannya (berdoa) ke langit (sambil mengatakan): Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dari yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan.” (Muslim)
  • Harta itu tidak menyebabkan sombong
Orang yang suksus mengelola harta adalah orang yang dengan hartanya justeru semakin rendah hati dan menyadari bahwa segala yang dimilikinya adalah titipan atau amanah dari Allah. Abdurrahman bin ‘Auf yang padahal termasuk orang yang dijamin masuk surga pernah berlinang air mata saat dirinya siap menyantap hidangan lezat yang ada di hadapannya. Ketika ditanya penyebab ia menangis, ia menjawab, “Aku takut hanya yang kunikmati di dunia inilah yang menjadi ganjaranku dari Allah.”
  • Menjadi fasilitas untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik harta yang saleh adalah yang ada pada orang saleh.” Beliau juga memerintahkan kepada kita, “Jauhkanlah dirimu dari neraka walau dengan hanya sebelah kurma.”
  • Menjadi fasilitas untuk silaturahim.
Infaq adalah baik. Dan infaq kepada kerabat adalah lebih baik lagi. Karena selain bernilai taqarrub, perbauatan itu juga merupakan upaya silaturahim. Rasulullah saw. bersabda, “Shadaqah kepada orang misikin adalah satu shadaqah dan shadaqah kepada orang yang punya hubungan rahim (kerabat) adalah dua shadaqah: shadaqah dan shilah (menyambungkan).” (At-Tirmidzi)
  • Menjadi fasilitas untuk perjuangan.
Perjuangan Islam jelas tidak mungkin tanpa dukungan finansial. Kekuatan orang-orang kafir harus dihadapi dengan kekuatan optimal kaum muslimin. Dan ini tentu saja salah kekutan itu adalah kekuatan maliyyah (finansial).
Itulah sebagian ajaran Islam yang terkait dengan kekayaan. Jadi, menjadi orang kaya, siapa takut? Allahu a’lam.
""Diam adalah suatu kebijaksanaan, tetapi sedikit benar orang yang berbuat demikian." (HR Baihaqy)"

MENGATASI PERMASALAHAN GURAME, MENEKAN KEMATIAN & PROBIOTIK





TIPS MENEKAN KEMATIAN BIBIT GURAMI  ; Garam Sembuhkan Radang, Probiotik Pacu Pertumbuhan

GURAMI selalu dan akan tetap selalu menjadi primadona di kerajaan ikan air tawar. Memasuki musim penghujan saat ini, harganya tidak naik lagi, tetapi sudah berubah, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun bibit. Yang konsumsi semula Rp 18.000 kini harga di tingkat petani menjadi Rp 21.000 perkilogramnya. Bibit yang kemarin Rp 100 perekor (umur 40 hari), kini Rp 200. Ukuran korek gas yang dulu hanya 300-an rupiah, kini paling murah Rp 900. Ukuran sekitar korek grobog sudah mencapai Rp 2.250 hingga Rp 3.000. Telurnya saja Rp 30 per butir. Itu pun cari bibit maupun konsumsi saat ini sulitnya bukan main. “Kalau tahun kemarin untuk naik haji harus memelihara 2.500 ekor, sekarang hanya dengan memelihara 2.000 ekor saja sudah termasuk uang saku,” ujar Among Karunia Ebo, penggiat budidaya gurami dan lele. Menurut lelaki enerjik yang ikut melambungkan Pokdakan spesialis gurami ‘Mino Raharjo’ Desa Jambidan Banguntapan Bantul ‘Mino Raharjo’ tersebut, memelihara gurami memang pilihan tepat. Bahkan sangat disarankan bagi pemilik kolam yang berada di daerah rawan konflik karena berebut air. Gurami tidak membutuhkan air mengalir, bahkan akan lebih bagus pertumbuhannya bila air tidak diganti. Tidak seperti graskap, tawes, bawal dan nila yang gampang mati bila airnya mandeg. Gurami dapat dibudayakan di daerah jauh dari sungai atau parit karena dapat menggunakan air sumur. Yang jelas hasil panennya bikin ngiler. Bisa dibayangkan, hanya memiliki satu kuintal saja sekarang ini bisa mengantongi uang Rp 2.100.000. Kendati gurami tergolong ikan bandel, namun budidaya gurami ternyata tidak bisa dilakukan asal-asalan. Bila ingin hasil panen memuaskan dan waktu pemeliharaan pendek, ada teknik-teknik khusus dalam perlakuan selama budidaya berlangsung. “Ada dua penyakit yang sering terjadi pada gurami. Yakni jamur dan insang melepuh. Kalau diantisipasi lebih dini, ikan akan selamat. Tapi, kalau kita tidak jeli, ikan akan stres kemudian mati. Ituberarti kerugian,” kata Gosis, pembenih gurami dari dusun Jlamprang,desa Jambidan, Banguntapan, Bantul. Gosis adalah pembenih gurami dengan kapasitas penyediaan bibit 1-2 juta ekor per bulan dengan beragam ukuran. Mulai ukuran telor hingga 4-6 (kuku) dimana ikan masih makan cacing sutera, sampai ukuran 5-7 ke atas yakni ukuran jempol, korek gas, silet, korek grobog (box), ukuran HP, bungkus rokok yang sudah bisa makan pelet. “Yang ukuran 4 jari sudah masuk bibit kiloan,” jelas Gosis. Garam dan Probiotik Ada beberapa tips yang selama ini telah diaplikasikan Gosis untuk membuat ikan guraminya sehat. Kalaupun terserang penyakit segera bisa diatasi hingga kesehatan ikan pulih kembali. Pertama, untuk pencegahan bibit gurami dari stres, jamur, atau serangan penyakit lainnya, maka air kolam selalu diberikan Bendoz-A dengan dosis setengah tutup botol. Dituang 3 jam sebelum bibit masuk kolam. Untuk ukuran kolam 2 x 3 m bisa diisi bibit ukuran 4-6 sekitar 6.000 – 7.000 ekor. Jika ini sudah dilakukan, bibit dijamin selalu sehat dan kuat. Kedua, jika ikan sudah terkena penyakit misalnya insangnya terkena radang, melepuh atau berdarah maka harus ada perlakuan khusus. Ciri ikan yang sakit antara lain ditandai dengan seringnya naik ke permukaan kolam mencari napas atau membuat gelembung udara. Yang lebih parah biasanya sudah mengambang atau menggantung di permukaan air dan bila bergerak oleng. Untuk menanganinya, ikan harus dijarangkan dulu (kepadatan ikan dikurangi), air kolam diganti separuh dengan air baru, atau bisa juga ikannya dipindah ke kolam lain yang airnya sudah disiapkan sebelumnya dengan cara diberi Bendoz-A cukup 1 tutup botol. Pada saat perlakuan ini, pemberian pakan pelet harus dihentikan atau dikurangi dulu. Ikan cukup diberi pakan daun. Jika 3-4 hari ikan sudah tidak ada yang ngambang, artinya kondisi ikan sudah normal, pemberian pelet boleh dilanjutkan. Jika ikan sudah terkena jamur dan agak parah maka penanganannya dengan cara berikut. Sebelumnya siapkan ember diisi 10 liter air. Masukkan garam 1 kg dan Bendosz 1-2 tutup. Selanjutnya ikan yang sakit dimasukkan ke ember tersebut selama 0,5 menit atau dengan melihat kondisi gerakan ikan. Jika ikan yang sakit itu sudah mulai gerak gesit atau bisa meloncat, selanjutnya ikan diambil lalu dimasukkan ke kolam lain yang airnya telah steril jamur. Air yang di ember tadi jugadimasukkan ke kolam yang baru itu. “Penyakit insang dengan stadium seperti itu biasanya masih bisa diatasi. Kecuali, sudah parah betul, ikan wajib diangkat dan dibuang supaya tidak menular ke ikan lain yang masih sehat. Pada kolam pembesaran, kolam harus diguyur dengan dua botol Nature Simba untukmenetralisir air agar kembali normal,” jelas Gosis. Ikan yang sudah sehat, harus dipacu pertumbuhannya dengan probiotik. “Saya selalu mencampur pelet dengan probiotik RajaGrameh atau SPF. Satu tutup untuk 1 kg pakan. Hasilnya nafsu makan ikan sangat tinggi sehingga pertumbuhannya pun sangat cepat,” jelas pengurus Pokdakan Mina Raharja ini. Gosis juga memberi tips pada petani pembesaran. Sebaiknya sebelum ikan masuk, kolam dikocori lebih dahulu dengan Probitok Masterfish atau Nature. Probitoik itu akan menghilangkan polusi/racun di dasar kolam, sekaligus menumbuhkan jumlah plankton dan menjaga kualitas air sehingga mencegah tumbuhnya jamur atau bakteri negatif yang bisamenyebabkan ikan sakit. Pelatihan di Kolam Berbeda dengan petani-petani ikan lainnya, Gosis termasuk petani yang bervisi ke depan dan langkah-langkah lebih taktis. Ia juga secara rutin setiap pertengahan bulan mengadakan pelatihan bagi yang ingin menerjuni budidaya gurami sebagai penghasilan utama maupun tambahan. “Yang terdekat, pelatihan kami adakan 18 Januari besok di Gubuk Gurami Jlamprang, Jambidan. Terbatas 30 orang. Yang berminat bisa kontak Wiwied di 935 7800. Materinya mulai dari seleksi bibit, pola dan teknis budidaya sistem Guba, networking dan marketing. Yang ikut pelatihan tidak usah mikir ke mana akan membuang panennya, karena semua kami tampung. Model pelatihannya tidak formal tapi secara guyub langsung di gubuk kolam. Setelah materi langsung tanya jawab dan konsultasi. Ibaratnya, langsung njebur kolam, ngelmu dengan laku,” jelas Gosis. Jambidan memang telah dikenal masyarakat sebagai kampung gurami. Lebih dari 2,5 juta bibit gurami setiap bulan dihasilkan kampung ini. “Beberapa hari lalu kami dikunjungi Pak Sulung Lodaya mewakili Pak Prabowo Subianto selaku Ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) untuk melihat dari dekat kampung gurami Jambidan dan melihat potensi yang bisa dikembangkan ke depan. Kami bersyukur semakin banyak yang mensuport petani ikan,” jelas Usman Wiwied yang juga Sekjen Permina (Perhimpunan Masyarakat Perikanan Nusantara) dan berharap banyak bahwa gurami kelak bisa mendunia.
Author: admin Categories: Uncategorized Tags:


Perikanan Bantul

Berita Kompas (Kamis, 10/6), tentang Jambidan, desa sentra perikanan gurami di Kabupaten Bantul yang hancur, adalah salah satu berita yang menarik kita cermati bersama, dan mengandung pesan kepedulian kepada pihak yang terkait dengan perkembangan dunia perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta.


Namun, dua bulan berlalu. Apa yang terjadi setelah kondisi sentra perikanan gurami terbesar di Bantul yang porak-poranda itu ditulis media? Sampai hari ini desa itu nyaris tak ada perubahan, masih terpuruk. Desa yang selama ini lebih dari 50 persen warganya mengandalkan sumber mata pencaharian dari kolam ikan yang luasnya hampir lima hektar masih menjadi desa mati, tanpa kegiatan ekonomi produktif warganya.


Pascagempa, Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) DIY mendata kerugian yang diderita sektor perikanan. Dilaporkan kepada Menteri Perikanan dan Kelautan, kerugian yang diderita akibat gempa mencapai angka Rp 9,876 miliar. Dari jumlah itu, kerugian Rp 8,366 miliar diderita perikanan Bantul. Sisanya, Rp 58,5 juta, dialami Kabupaten Kulon Progo dan Rp 90 juta dialami Gunung Kidul.


Kerusakan yang terjadi ini meliputi sarana dan prasarana budidaya yang dimiliki Diskanla dan aset budidaya yang dimiliki masyarakat kelompok tani ikan. Estimasi awal, untuk merehabilitasi sentra perikanan yang hancur total itu setidaknya dibutuhkan dana awal Rp 1,391 miliar (majalah Trobos, Juli 2006).


Tiga hari pascagempa, Menteri Perikanan dan Kedaulatan Freddy Numberi langsung mendatangi lokasi perikanan yang terkena bencana, termasuk Desa Jambidan. Apalagi, Agustus ini Kelompok Tani Ikan Mina Raharja Desa Jambidan seyogianya maju mewakili DIY ke lomba budidaya perikanan tingkat nasional (namun urung karena gempa meluluhlantakkan kolam ikan mereka). Berdasarkan perhitungan awal, tingkat kerusakan aset perikanan Jambidan ini mencapai Rp 3,2 miliar.


Dengan ditinjau Menteri, apalagi dengan berjanji akan memberi bantuan untuk langkah pemulihan, mencuatkan harapan baru buat warga Jambidan yang ratusan warganya bertahun-tahun menggantungkan hidup dari sektor perikanan.


Ini karena untuk memulai budidaya ikan waktunya singkat, hanya tiga-empat bulan sudah menghasilkan. Tingkat keuntungan budidaya ikan, terutama pembenihan, mencapai 60 persen. Artinya, jika sektor perikanan ini bisa dihidupkan lagi dengan memberikan kail bantuan kepada mereka, dalam tempo enam bulan kondisi perekonomian di Desa Jambidan dipastikan berangsur normal. Ditambah lagi, secara teknologi budidaya, warga Jambidan yang sudah 11 tahun tergabung dalam kelompok tani sudah memahami teknologi budidaya ikan dengan sangat baik, yang meskipun berurusan dengan nyawa (ikan), risiko kegagalannya bisa diantisipasi sangat kecil.


Artinya lagi, apabila pemulihan ini dimulai dari sektor ekonomi yang paling produktif yang ada di lingkungan mereka, proses rekonstruksi fisik dan sosial secara menyeluruh cepat tercapai. Mereka tak perlu berharap pada bantuan living cost, bantuan pembangunan rumah kembali yang dijanjikan, atau bantuan lain yang dijanjikan pemerintah.


Dari perputaran uang di kolam budidaya gurami yang dikembangkan, dipastikan mereka bisa survive untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sedikit demi sedikit menabung untuk membangun kembali rumah yang roboh secara mandiri, tanpa berharap bantuan dari pemerintah yang datangnya entah kapan tak pernah pasti. Peran media massa
Peran media masa yang menginformasikan kondisi riil hancurnya sentra perikanan Desa Jambidan ini benar. Yang tidak benar dan agak aneh adalah ketika pihak berkompeten (Diskanla Bantul atau DIY) yang seharusnya bergerak cepat untuk menyelamatkan desa itu dari ambang kehancuran, ternyata sangat lamban, bahkan terkesan tidak memiliki progres sedikit pun. Padahal, warga Jambidan bukan saja harus menyelamatkan kehidupan ekonomi mereka sendiri, tetapi juga jejaring perekonomiannya yang telah mempunyai mata rantai yang panjang.


Akibat gempa, produk perikanan Jambidan yang selama ini menjadi langganan konsumen dari berbagai kota (karena kualitasnya yang baik/super) seperti Yogya, Magelang, Kebumen, Purwokerto, Solo, dan Bogor, secara otomatis terganggu kontinuitas dan mata rantainya. Sebagian besar konsumen bahkan sudah beralih ke kelompok tani ikan lainnya, seperti Ngrajek atau Cilacap.
Jika hal ini dibiarkan terus- menerus, maka produk perikanan Jambidan akan kehilangan sama sekali pelanggannya. Dengan kata lain, mereka harus kembali membangun jaringan pemasaran dari nol. Untuk itulah, recovery sentra perikanan di Desa Jambidan ini mendesak dilakukan. Harus secepatnya ada lembaga yang berani memberi kail pemberdayaan di sana. Sebetulnya pada tahap awal tak diperlukan terlalu banyak anggaran untuk memulai memulihkan dan menata kembali sentra perikanan di daerah itu. Dengan dana sekitar Rp 200 juta saja, bisa dipastikan ekonomi masyarakat Jambidan akan berangsur membaik, menuju ke arah normal.


Uang Rp 200 juta, antara lain bisa dimanfaatkan untuk membangun sekitar 100 kolam yang hancur, membeli induk siap pijah 100-200 ekor, membeli pakan dan obat-obatan selama dua-tiga bulan pertama, serta peralatan-peralatan teknis, seperti jetpump, hafa, jala, timba, dan sebagainya. Pada bulan keempat, mereka sudah bisa menuai hasil panen bibit pertama. Paling tidak, di panen perdana ini mereka akan bisa meraih laba bersih Rp 5 juta-Rp 10 juta dari 100-an induk yang dipijahkan tadi. Tergantung seberapa banyak daya tetas dan persentase kematian bibitnya (Kompas , 10 Juni 2006).


Lebih jauh, jika kegiatan perekonomian perikanan ini sudah mulai, maka secara signifikan akan lebih menguatkan lagi mental masyarakat yang sempat jatuh. Di sisi lain, secara perlahan sekian puluh orang yang selama dua bulan ini sama sekali menganggur akan mendapat kembali lahan pekerjaannya, menjadi tenaga kerja yang berpendapatan meski belum sebesar saat sebelum gempa.


Among Kurnia Ebo Ketua Lembaga Pengkajian Agribisnis Strategis dan Konsultan Budidaya Perikanan Air Tawar di Yogyakarta
among kurnia ebo


Probiotik, Atasi Permasalahan Budidaya Gurami

Ikan Tahan Penyakit dan Pertumbuhan Lebih Cepat

Musim pancaroba seperti sekarang ini menjadi problem tersendiri bagi para pembudidaya gurami. Pasalnya, suhu yang fluktuatif, sangat dingin di malam hari dan sangat panas di malam hari, menimbulkan masalah tersendiri bagi ikan. Misalnya, menjadikan gurami gampang lesu, malas makan, mudah stres, bahkan seringkali terserang luka fisik yang mengakibatkan satu persatu ikan mati.

Bagaimana solusinya? Salah satu langkah yang efektif antara lain dengan memanfaatkan probiotik pada kolam maupun ikan. Cara ini bahkan sudah lama diterapkan oleh Galih Adi, petani gurami dari Maos, Cilacap, yang kini tinggal di Bantul dan mengembangkan gurami dengan ratusan plasmanya.

“Probiotik sangat bagus untuk kolam dan ikan. Kolam lebih sehat dan ikannya juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit. Dan yang pasti, pertumbuhan ikan akan sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan ikan,” jelas Adi, yang alumni Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

Menurut Adi, probiotik berasal dari kata pro yang artinya mendukung dan biotik yang berarti kehidupan. Maka probiotik artinya sesuatu yang bisa membantu atau mendukung kehidupan ikan. Aplikasi probiotik bisa dengan dua cara, yakni langsung diguyur ke air kolam (misalnya Nature Simba, Masterfish, Superplankton)maupun dicampurkan ke dalam pakan ikan (misalnya Rajagrameh, Rajalele, Nutrisi, SPF, dan jenis probiotik lainnya).

Dijelaskannya, probiotik itu ibarat benteng pertahanan diri. Sebagai benteng, diberikan sejak dini semakin baik. “Semacam imunisasi. Jangan menunggu kondisi kolam jelek dan ikan kena masalah atau terserang penyakit. Tapi, berikan secara teratur sejak pertama kali bibit masuk kolam. Maka ikan akan selamat sampai panen,” ujar pemilik Mangestoni PS Surabayan, Sanden, Bantul ini menandaskan.

Bukti bahwa aplikasi probiotik sangat efektif juga diakui Jumadi, petani gurami desa Ceme, Sanden, Bantul. Ketika melihat di kolamnya banyak ikan yang stres dan ngambang, buru-buru sore harinya ia mengguyurkan sebotol probiotik Nature yang dicampur segenggam gula pasir ke kolamnya. Keesokan harinya air kolam jernih dan semua guraminya sehat kembali.

“Nyaris tak percaya, karena biasanya satu hari pasti mati 8 atau 10 ekor. Padahal ikan sudah ukuran kilon. Ruginya kan banyak. Setelah kena probiotik kok langsung sehat semua dan selamat sampai panen. Sekarang pemberian nature saya ulang tiap dua minggu sekali karena saya sudah percaya 100%. Ibaratnya saya sudah fanatik sekarang,” jelas Jumadi.

Budidaya gurami sekarang makin diminai petani karena prospeknya yang cerah. Apalagi saat ini seiring kenaikan harga pakan, harga panen gurami dari kolam petani juga membaik. “Saya mengambil gurami dari kolam petani dengan harga Rp 18.000,- hingga Rp 19.000,- yang saya sesuaikan dengan standar pemasaran di Jakarta. Kalau di bawah harga itu, kasihan petaninya, untungnya mepet. Padahal, tujuan kita kan sejahtera bersama-sama petani. Maka saya menerapkan pola plasma yang fair kepada petani-petani saya. Semua panenan saya ambil dengan harga sangat layak dan timbangannya tepat,” ujar ketua Asosiasi Petani Ikan Sanden (APIS).

Anjar Sutiyana, pemilik toko Tani Maju Jl Magelang Km 5,6 Yogyakarta mengatakan bahwa kesadaran petani ikan untuk menggunakan probiotik belakangan ini memang meningkat tajam. “Dulu yang ke toko saya, kebanyakan cari pupuk dan bibit tanaman. Sekarang banyak petani lele, gurami, nila, dan udang galah mencari probiotik untuk keberhasilan tambaknya,” ujarnya.* MURDOKO
among kurnia ebo4 komentar
Langgan: Entri (Atom)


Budidaya Gurami Sistem Guba, Gampang dan Untung Berlipat
anak grameh di kolam terpal sistem Guba, hemat untung berlipat
BANTUL (KRjogja.com)- Prospek budidaya gurami yang sangat bagus seiring pesatnya perkembangan kuliner di kota-kota besar, membuat agribisnis perikanan ini diminati banyak orang. Hanya saja, masyarakat jangan sampai gegabah, asal terjun begitu saja.

”Lebih selamat bekali dulu dengan ilmu dan masuk dalam jaringan pasarnya. Supaya tidak ada kendala. Kalau pun ada masalah, ada pihak yang mendampingi menemukan solusinya. Sehingga budidaya gurami bisa dilakukan lebih mudah dan tanpa rasa khawatir,” jelas Wiwied Usman, Sekjen PerMina (Perhimpunan Masyarakat Perikanan Nusantara), Sabtu (10/9).

Karenanya, Lembaga Pengkajian Agribisnis Strategis (LPAS) bersama PerMina kembali menggelar Diklat Gurami Sistem Guba Minggu 18 Oktober 2009 di kampung Gurami Jlamprang, Jambidan, Bantul, dengan pembicara Gosis Siswanto (pengusaha gurami, pemegang jaringan Jawa & Kalimantan) dan Among Kurnia Ebo (konsultan agribisnis, pengggas teknik Guba hasil riset PPAU Ilmu Hayati ITB.

Direncanakan diklat ini akan dibuka oleh Kepala Dinas Perikanan&Kelautan Propinsi DIY, Ir. T. Soegiharto, Msi. Informasi lebih detail, Wiwied Usman (0274 9357800) Pedukuhan Jlamprang Desa Jambidan, Bantul Yogyakarta.

”Kami batasi 45 peserta agar pelatihan berlangsung efektif, intensif, dan tercipta keguyuban. Materi menyangkut prospek pasar, teknik budidaya Sistem Guba (Gugus Simba), pembibitan, pembesaran, dan pemasaran, analia usaha, serta pembentukan networking bersama Permina,” jelas Wiwied yang alumni Entrepreneur University (EU) Yogyakarta.

Dalam diklat ini peserta akan mendapat panduan detil aplikasi teknik Guba yang dua kali lipat hasilnya lebih menguntungkan jika dibandingkan cara konvensional. Pada prinsipnya, teknik Guba adalah aplikasi probiotik untuk memacu keberhasilan budidaya ikan, baik pada dasar kolam, pertumbuhan ikan, dan kualitas air kolam.

Jika cara konvensional, 30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging, dengan sistem Guba dimaksimalkan menjadi 28-30 kg. Berat ikan bisa lebih berbobot karena probiotik akan membuat pakan 90% menjadi daging, hanya 10% terbuang sebagai amoniak. Waktu panen juga lebih pendek.

”Pengalaman kami, dari ukuran kuku seharga Rp 175 per ekor, dengan pemakaian probiotik secara rutin, kurang dari 3 bulan sudah mencapai,” ukuran 4 jari orang dewasa. Sudah ditawar Rp 2.000 per ekor, tapi belum saya jual,” ujar Yoga, pemilik 2 ha kolam gurami di depan Kantor Pos Minggir, Sleman, Yogyakarta, peserta diklat angkatan 5 yang kini fanatik mengaplikasikan teknik Guba.

Sistem Guba memberikan terobosan pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik RajaGrameh dan SPF yang dicampur pakan maka tebar 1000 bibit dua jari, bisa panen 9 kwintal dalam 8-10 bulan. Selisih panennya 2 kwintal, senilai Rp 4 juta, jika dibanding cara tradisional. Padahal beaya tambahan probiotik cuma Rp 400.000. Jadi, Sistem Guba jelas sangat menguntungkan, baik di usaha pembibitan maupun pembesaran,” tandas Wiwid.
(Mdk)

Budidaya Gurame

Budi Daya Gurami dengan Sistem Guba Panen Lebih Awal, Untung Bisa Berlipat BUDI daya gurami dengan sistem konvensional yang tidak memakai perlakuan apa-apa terhadap kondisi kolam ataupun ikan ternyata mulai ditinggalkan. Sekarang, petani yang berwawasan modern memanfaatkan kemajuan riset dan teknologi untuk mendapatkan keuntungan berlipat. Hadirnya sistem guba (gugus simba) terbukti memiliki kelebihan dan menguntungkan petani. Metode gugus simba inilah yang kini diperlenalkan secara serius oleh PerMina (Perkumpulan Masyarakat Perikanan Nusantara) agar bisa memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada para petani ikan. Sebab, dengan sistem konvensional, selama ini petani gurami banyak menemukan kendala dalam budi daya, misalnya ikan sering sakit, kematian tinggi pada bibit, buruknya manajemen air sehingga banyak ikan terkena jamur dan problem kelambanan pertumbuhan. ’’Teknik guba telah terbukti efektif untuk mengatasi problem dan kendala yang sering dihadapi petani ikan, juga bisa mendongkrak produktivitas kolam,’’ ujar Sekjen PerMina, Wiwied Usman di sela-sela diklat budi daya gurami baru-baru ini. Dia menjelaskan, jika dengan cara konvensional, 30 kg pakan pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan. Namun dengan sistem guba bisa lebih maksimal, yakni menjadi 28-29 kg. Atau konversinya 1:1, berat ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 95% pakan menjadi daging dan hanya 5% yang terbuang sebagai amoniak. Bukan hanya itu, waktu panennya jauh lebih pendek. Pengalaman Wiwied, untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet hanya butuh waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara konvensional tanpa penambahan probiotik apa pun pada pakan, ikan baru mencapai bobot 6-7 ons dalam 1-1,5 tahun. Dia jelaskan lebih jauh, untuk 1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek dengan harga Rp 1.000/ekor membutuhkan pakan 30 zak (seharga Rp 210.000). Total modal sekitar Rp 7.500.000. Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal dengan harga panen Rp 20.000 /kg sehingga petani mendapatkan pemasukan Rp 14.000.000 dan ada laba sekitar Rp 6.000.000. Lebih Berbobot Sistem guba memberikan terobosan pada berat/bobot ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele, Nutrisi Simba ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan, maka hasil panen bisa mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta, ada selisih 2 kuintal senilai Rp 4.000.000 dibandingkan dengan cara konvensional. ’’Dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk mencampur 5 kg pakan pelet terbukti hasilnya luar biasa. Panen lebih cepat dan lebih berbobot. Padahal untuk 30 zak pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400.000, yakni probiotik untuk pemacu tumbuh Rp 200.000, probiotik untuk penambah bobot Rp 100.000 dan obat pencegah penyakit Rp 100.000.


*dari berbagai sumber*)
Trobos.com                                                      http://www.trubus-online.co.id/
https://www.facebook.com/trubusmajalah       https://twitter.com/trubusonline
okezone.com                                                    viva.co.id
suara.com                                                        jpnn
merdeka.com                                                   tribunnews.com
liputan6.com                                                    kompas.com

CARA BUDIDAYA & PEMBESARAN IKAN GURAME





PEMBESARAN IKAN GURAMI
 
 Proses pembesaran ikan gurami ada beberapa tahap kegiatan

Untuk melaksanakan proses pembesaran ikan gurami ada beberapa tahap kegiatan sebagai berikut:

a. Pengelolaan Kolam

Dalam pengelolaan kolam, kegiatannya diawali dengan pembenahan kolam yaitu mulai dari dinding kolam hingga dasar kolam. Dinding/pematang kolam dibuat sedemikian kuat agar tidak terjadi kebocoran karena ulah ketam atau hewan-hewan pembuat lubang lainnya. Kebocoran kolam selain dpat mengakibatkan hilangnya ikan yang dipelihara juga dapat dipacu dari pupuk yang diintroduksi ke dalam kolam, karena adanya kebocoran dapat mengakibatkan pupuk hanyt keluar.

Dasar kolam merupakanhal yang penting untuk mendapat perhatian. Pengangkatan dasar kolam setelah paenen merupakan kegiatan yang tidak boleh diabaikan. Hal ini untuk menghindari terjadinya proses dekomposisi yang mengeluarkan gas-gas beracun pada pemeliharaan berikutnya. Kowen (sebagian dasar kolam yang dibuat lebih dalam) perlu disiapkan untuk penampungan ikan ketika saat dilakukan pemanenan.

Pengeringan kolam dilakukan agar bakteri dan organisme patogen terputus siklus hidupnya, dan pengeringan kolam dilakukan hingga tanah dasar kolam pecah-pecah.

Pengapuran dan penebaran dasar pupuk organik dimaksudkan untuk meningkatkan keasaman tanah dan meningkatkan produktivitas. Selanjutnya pengisian air kolam dilakukan secara bertahap agar pengkayaan air kolam berlangsung secara baik, hingga kedalaman yang dikehendaki, minimum 80 cm.

b. Penebaran Benih

Keslahan dan kecerobohan dalam penebaran benih ikan gurami dapat mengakibatkan kegagalan awal dari budidaya pembesaran ikan gurami.
Oleh karena itu penebaran benih harus dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum benih ditebarkan ke kolam pembesaran dilakukan penyesuaian dengan air kolam tempat pemeliharaan dan disanitasi dalam air yang mengandung garam (10-15 kg/m3)selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan agar ikan-ikan yang luka saat transportasi dapat dicegah dari penyakit, disamping dapat merontokkan hewan-hewan parasit yang menempel pada tubug ikan. Benih yang digunakan berukuran sekitar 5 ekor/kg, dengan masa pemeliharaan paling lama 6 bulan. Hasilnya sudah dapat dipasarkan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan oleh pasar.


c. Pemberian Pakan

Pemberian pakan buatan/pelet bukan hal yang pokok, karena ikan gurami dewasa bersifat herbivora. Namun, peran pelet adalah sebagai stimulans, yaitu sebelum diberi pakan daun. Pemberian pakan pelet sebanyak 2% dari berat total, dengan cara pemberian pakan, 2/3 bagian diberikan pada pagi hari dan 1/3 bagian sore hari, sedangkan pakan nabati diberikan secukupnya.



Cetak  Kembali ke daftar buletin

 Copyright©2001-2002 by LIPI Developed by Sentradata-Pentatika Modified by Waluya



ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA IKAN GURAMI

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |
tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain

MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN
022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net
KLASIFIKASI, JENIS DAN CIRI-CIRI
Secara umum, pola budidaya perikanan air tawar yang dilakukan masyarakat di Indonesia, dapat digolongkan atas 3 pola, yaitu :
  1. Pola budidaya tunggal (monoculture), dimana dalam satu unit lahan usaha hanya satu jenis ikan yang dipelihara.
  2. Pola budidaya campuran (polyculture), dimana dalam satu unit lahan usaha, jenis ikan utama dipelihara bersama-sama dengan jenis-jenis ikan lainnya. Jenis-jenis lain yang dipelihara bukan pemangsa ikan utama dan sebaliknya
  3. Pola budidaya diversifikasi, dimana dalam satu unit lahan usaha terdapat beberapa subsistem budidaya dari beberapa jenis ikan yang dipelihara, baik pola tunggal maupun campuran bersama dengan usaha budidaya komoditi pertanian lainnya
Adapun asumsi pola budidaya yang digunakan dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah pola budidaya tunggal. Dengan demikian, ikan yang dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan gurami berupa benih dan ikan gurami konsumsi.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip perut gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm.
Strain gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh dan bobot maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada penetapan strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa yang dikenal dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu.
Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan

Betina
Jantan
Dahi dempak (papak)
Dahi menonjol
Dasar sirip dada gelap kehitaman
Dasar sirip dada terang keputihan
Dagu keputihan sedikit coklat
Dagu kuning
Jika diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
Bentuk bibir tipis
Bentuk bibir tebal
Untuk menjamin kualitas ikan konsumsi yang baik, perlu penyediaan induk unggul karena dari induk unggul akan menghasilkan benih unggul pula. Induk unggul dan benih dapat diperoleh dari BBI atau dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Di Banyumas, induk unggul oleh BBI setempat digolongkan ke dalam empat kriteria induk yaitu unggulan 1, unggulan 2, unggulan 3 dan unggulan 4 yang dibedakan berdasarkan pada frekuensi memijah dan banyaknya telur yang dihasilkan. Penyediaan induk unggul oleh BBI dapat menjamin kualitas induk yang dipelihara oleh pembudidaya yang selanjutnya mempengaruhi produksi telur dan benih ikan. Untuk memperbaiki mutu induk yang dihasilkan dilakukan perbaikan genetik induk dengan cara perkawinan silang (cross breeding) untuk menjamin pertumbuhan dan daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, dan tidak diperkenankan perkawinan satu turunan (in breeding). Memilih induk yang baik dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut :
Tabel 4.2.
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik

Betina
Jantan
Warna badan terang
Warna badan gelap
Perut membulat
Perut dekat anus lancip
Susunan sisik teratur
Susunan sisik teratur
Badan relatif panjang
Gerakannya lincah
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
SYARAT LOKASI USAHA
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi
  1. Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400 m dpl
  2. Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
  3. Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
  4. Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
  5. Temparatur optimum 25-30oC
  6. Kandungan oksigen dalam > 2 ppm
    Habitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam.
TAHAPAN BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami dapat dibagi dkedalam beberapa tahapan berikut
  1.  
    1. Pendederan 1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama 1 bulan
    2. Pendederan 2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1 bulan
    3. Pendederan 3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram selama 2 bulan
    4. Pendederan 4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram selama 2 bulan
    5. Pendederan 5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250 gram selama 3 bulan.
  2. Tahap pembenihan yang mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
  3. Tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Penderan dibagi kedalam 5 tahap sebagai berikut :
  4. Tahap pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3 bulan.
Selain tahapan budidaya sebagaimana tersebut diatas, ada pula yang membagi tahapan pendederan dalam 3 tahapan saja berat 1 gram hingga mencapai berat 20-25 gram.
Alasan membagi budidaya ikan gurami dalam tahapan tersebut diatas adalah :
  1. Membudidayakan ikan gurami sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
  2. Permintaan produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran konsumsi) cukup tinggi
  3. Keterbatasan modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam satu siklus penuh
Dengan demikian maka pembagian tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal ini :
  1. Mempersingkat masa panen
  2. Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai
  3. Menurunkan resiko kegagalan panen
Adanya tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan gurami yang cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran yang berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan gurami, sebagaimana digambarkan pada Skema 4.1.
Skema 4.1. Sistem budidaya ikan gurami :
Tahapan, lama pemeliharaan dan produk yang dihasilkan
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan gurami umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan jelas antara ketiga tingkat teknologi tersebut karena penggolongannya hanya dilakukan melalui perbedaan ciri-cirinya saja. Kebanyakan yang dilakukan masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang meliputi :
  1. Pengolahan lahan
  2. Pengairan
  3. Pemupukan/pemberian pakan
  4. Penyediaan benih atau induk yang unggul
  5. Pencegahan hama dan penyakit
  6. Panen
  7. Perbaikan manajemen usaha tani
Ciri-ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan ikan gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen setahun sekali dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari besar. Sedangkan ciri-ciri teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan misalnya dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum secara terukur dan terkontrol. Ciri-cir teknologi intensif adalah mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.
TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami memerlukan kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan, kolam pembersaran dan kolam pemberokan (penyimpanan sebelum di pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, caren dan kowean (sering pula disebut kemalir dan kobakan), serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurami.
(1) Persiapan kolam
Tahap persiapan kolam untuk pembenihan, pendederan maupun pembesaran prinsipnya hampir sama, hanya dibedakan pada padat tebar dan jenis pakan yang diberikan serta ketinggian air yang dibutuhkan. Konstruksi kolam dan pengolahan lahan pada setiap tahap sama.
Foto 2 : Kolam Pembesaran di Bogor.
Di sekitar kolam biasanya ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Foto 3 : Bak Kontrol.
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
a. Pembuatan kolam
Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari 45&degC. Untuk membuat kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 m. Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1x1x0,4 m dan diberi tanggul sehingga merupakan kolam kecil di dalam kolam (Lihat skema 4.2.). Kowean berfungsi untuk melepaskan benih berat 0,5 gram pada saat penebaran dan tempat unuk menangkap ikan saat panen. Setelah itu membuat caren dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tampat pengumpulan benih pada saat air kolam dangkal atau surut dan untuk menggiring benih ke kowean saat panen
Skema 4.2. Konstruksi kolam pendederan ikan gurami
Pada saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti Fitoplankton, Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva dan benih ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama 7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi benih gurami. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan selama 11 s.d 14 hari. Di dasar kolam dekat pintu pemasukan air sebaiknya ditanami ganggang Hydrilla verticilata sebagai tempat berlindung dan mencari makan benih ikan gurami.
(2). Pembenihan
a. Tahan pemijahan
1). Pemeliharaan induk
Induk-induk disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas kolam kurang lebih 5 meter dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air sekitar 75-100 cm. Pakan yang diberikan adalah daun-daunan sebanyak kurang lebih 5% dari berat populasi dan pakan diberikan pada setiap sore hari. Makanan tambahan dapat diberikan berupa pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian pelet untuk induk dibatasi untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena dapat mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Ukuran berat induk jantan sekitar 2-3 kg/ekor dan induk betina 2-2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat dipijahkan 2 kali dalam setahun selama usia produktif (5 tahun) . Induk gurami dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali karena jika lebih dari 10 kali memijah dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya tetas telur menjadi larva), rendah dan mortalitas telur dan benih yang dihasilkan meningkat.
2). Penebaran induk dan proses pemijahan
Setelah proses pematangan gonad (yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan telur) di kolam penampungan telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan ke dalam petak kolam pemijahan. Luas kolam yang diperlukan untuk pemijahan adalah kurang lebih 20 m2 per pasang induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina. Untuk mengetahui apakah induk telah siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut :
Induk betina
- Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
- Sisik -sisik agak terbuka

Induk jantan
- Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
- Tingkahnya sangat agresif

Foto 4 : Kolam Induk.
Kolam induk yang luas dapat disekat menjadi beberapa bagian dengan menggunakan pagar bambu
Induk jantan akan membuat sarang setelah 15-30 hari dilepaskan dalam kolam pemijahan. Oleh karena itu dipersiapkan perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog, anjang-anjang dan bahan sarang. Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari bambu yang dipasang di bawah permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di atas permukaan air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat karung. Satu ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang berlangsung selama 1 minggu.
Pemijahan berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk gurami betina melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Telur-telur yang jatuh ke dasar kolam di ambil oleh induk jantan dengan mulutnya kemudian di masukkan dalam sarang. Pemijahan berlangsung 2-3 hari dan sementara pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga sirkulasi dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah sarang. Satu ekor betina dapat menghasilkan 3.000-4.000 butir, bahkan ada yang mencapai 10.000 butir telur. Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan permukaan air di atas sarang terlihat berminyak.
b. Penetasan telur
Telur dapat diambil 1 hari setelah pemijahan. Telur-telur ini kemudian dipisahkan dari sarangnya dan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan lemak yang menempel pada telur kemudian ditetaskan dalam wadah yang sudah disiapkan. Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dilepaskan induknya. Penetasan telur dapat dilakukan di bak plastik berdiameter 60 cm. Bak dapat diisi sampai 1.000 butir. Benih yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada pada tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10 hari), larva baru diberi pakan berupa pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya dan dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari.
Perawatan larva juga dapat dilakukan di kolam sawah sebagai pernyeling di sawah pada sistem mina padi dengan cara mengambil larva yang berumur ± 7 hari yaitu menjelang kuning telurnya habis. Larva di tebar di sawah dengan kepadatan 10 ekor/m2 dan dapat dipelihara selama 1 bulan.
Foto 5 : Telur.
Telur ikan gurami sudah dapat diperjualbelikan
Foto 6 : Telur yang Telah Menetas Menjadi Larva

(3). Pendederan
a. Penebaran benih
Sebelum benih ukuran 0,5 sampai 25 gram ditebar terlebih dahulu dilakukan pemilihan benih yang berkualitas baik untuk menjamin kualitas produksi ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu diperhatikan antara lain :
  • Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
  • Warna sisik tidak terlalu hitam
  • Sisik tubuh lengkap/tidak ada yang lepas
  • Tubuh tidak kaku
  • Ukuran seragam
Penebaran benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan padat tebar dan tinggi air sesuai ukuran benih (lihat Tabel 4.3). Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Sebelum ditebar, dilakukan penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam (proses aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan bercampur sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan berenang ke tengah kolam.
Foto 7 : Benih Ikan Gurami.
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran 2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Tabel 4.3. Padat tebar benih, tinggi air dan jenis pakan
Tahap
Tinggi Air
Padat Tebar/M2
Jenis pakan
D1
30-40 cm
40-60 ekor
Pakan alami (zooplanton), tubifex, tepung ikan atau pelet halus
D2
40-50 cm
30-40 ekor
Tepung ikan, bungkil atau pelet remah
D3
50-60 cm
20-30 ekor
Pelet remah/pelet kecil
D4
60-80 cm
± 20 ekor
Pelet atau daun-daunan (sente, talas, kajar)
D5
80-100 cm
± 20 ekor
Pelet dan atau daun-daunan
b. Pemberian pakan
Selama masa pertumbuhannyam ikan gurami mengalami perubahan tingkah laku makan (feeding habit) yang sangat signifikan. Larva bersifat karnivora (pemakan daging) sampai dengan ukuran dan umur tertentu, sedangkan juvenil muda bersifat omnivora (pemakan segala) dan setelah ukuran induk menjadi herbivora (pemakan daun). Pola perubahan tersebut terkait dengan pola perubahan enzimatik dalam saluran pencernaannya.
Adapun jenis pakan ikan gurami terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott), pepaya (Carica papaya Linn), keladi (Colocasia esculenta Schott), ketela pohon (Manihot utililissima Bohl), genjer (Limnocharis flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma violaceum Schott), Kangkung (Ipomea reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas Lamk), ketimun (Cucumis sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir), dadap (Erythrina sp).
Foto 8 : Daun Sente.
Merupakan salah satu pakan ikan gurami yang lazim digunakan
Bahan makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik hewani maupun nabati. Komposisinya dapat diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan ikan. Daftar bahan makanan yang dapat di buat pelet adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Kadar protein beberapa jenis bahan makanan
Jenis Bahan Makan
Kadar Protein
(dlm%-an bobot)
Tepung ikan
60
Tepung daging/ayam
80
Tepung udang
46
Tepung darah
85
Tepung kedele
36
Tepung gandrung
9
Dedak halus
15
Kacang hijau
23
Bungkil biji kapuk
27
Sumber : Budidaya Gurami, M Sitanggang
Komposisi makanan yang ideal bagi pertumbuhan ikan adalah makanan yang berkadar protein 40%. Namun untuk efisiensi biaya, persentase pemberian makanan buatan ini hendaknya disesuaikan dengan persediaan makanan yang telah ada dalam kolam. Bila masih cukup banyak, cukup diberikan makanan buatan dengan kadar protein 20-30% saja.
Pengaturan komposisi makanan yang cukup menggunakan 3 bahan makanan, misalnya 33 bagian tepung ikan, 2 bagian tepung daging dan 65 bagian dedak halus, dengan perhitungan kadar protein keseluruhan adalah sebagai berikut (M. Sitanggang, Budidaya Gurami, 1990) :
(60/10×33)+(80/100×2)+(15/100×65) = 31,1 %
Selain pakan buatan buatan pabrik berupa pelet, pembudidaya dapat pula membuat sendiri pakan ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri akan menurunkan biaya produksi karena lebih murah. Adapun bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk pakan benih ikan adalah dedak, ikan asin, bungkil dan minyak ikan.
Jenis pakan ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 4.3. Untuk benih yang masih kecil diberi pakan yang berukuran kecil berupa zooplankton, tubilex dll dimana seiring dengan semakin besarnya ikan makan dapat mnggunakan pakan dengan ukuran yang lebih besar dan pakan berupa daun-daunan. Pada usaha budidaya yang hanya menggunakan pakan daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif lambat. Sebagai gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih ikan ukuran 200 gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja membutuhkan waktu 1 tahun untuk mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika menggunakan pelet dan daun-daunan hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk mencapai ukuran 500 gram. Sehingga dianjurkan untuk dilakukan kombinasi antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari dari berat ikan. Pemberian pakan secara teratur dalam jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal. Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2 kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan dilakukan sampling berat ikan.
c. Pemanenan
Pemanenan ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Dalam pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain :
  • Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
  • Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat berkumpulnya benih ikan.
  • Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung
  • Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30 cm.
  • Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200 lt) atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya proses pengangkutan.
Setelah pemanenan, benih di jual kepada pengusaha pembesaran gurami atau dipelihara lagi di kolam lain untuk mendapatkan ukuran ikan yang lebih besar. Untuk mengupayakan agar tingkat kematian benih rendah, dalam pengiriman benih menggunakan jerigen atau drum yang diisi air bersih dan selama pengiriman benih ikan tidak diberi pakan (perut dikosongkan).
Foto 9 : Wadah dan Alat Angkut Benih.
Benih yang siap dijual ditampung dalam jerigen yang dibuka dibagian sisinya dan diangkut dengan kendaraan angkut
(4). Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda dengan persiapan yang dilakukan pada tahap pendederan.
Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 – 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor.
Pemanenan dilakukan sama seperti pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap pembesaran pemanenen sebaiknya tanpa menggunakan alat tangkap.

Foto 10 : Ikan Gurami Konsumsi
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram

HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
(2). Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
  • Penyakit pada kulit :
    Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip.
    Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
  • Penyakit pada insang :
    Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
  • Penyakit pada organ dalam :
    Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur.
Selain penggunaan bahan kimia tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan laun lambesar (Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk 1 masa tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung di jual kepada konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga sebaliknya tidak diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan konsumsi yang mati dibuang.
Foto 11 : Daun Lambesan
Di daerah Banyumas digunakan sebagai antibiotik

PENANGANAN BAU LUMPUR PADA DAGING IKAN GURAMI
Salah satu permasalah yang dihadapi pada budidaya ikan gurami adalah adanya cita rasa lumpur pada daging ikan gurami yang berasal dari bau yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada budidaya intensif di kolam dengan sistem air tergenang. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Departemen Kelautan dan Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami pada air yang bersalinitas 8 atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurami ini mengakibatkan perubahan waktu kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam, dan tesktur semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan) menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan). Setelah pemberokan selama 7 hari ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat gurih.
Praktik yang dilakukan oleh petani di daerah Beji Banyumas ikan dari Beji yang bercita-rasa rasa lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan hanya di beri pakan berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari. Setelah itu cita rasa lumpur yang biasanya telah hilang. Hal ini kemungkinan dikarenakan kualitas air di daerah tersebut yang relatif jernih dan tidak banyak mengandung lumpur.
KENDALA PRODUKSI

  1. Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah produksi ikan yang dapat di jual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
  2. Gangguan musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit. Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC. Untuk mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan pengaturan air masuk dan air keluar.
  3. Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif dan cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun. Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau menerapkan pola budidaya yang lebih baik.


pembesaran gurame

Rabu, 23 Januari 2008

pembesaran gurame

PRODUKSI DAN OPERASI
3.1 Produk dan Proses Produksi
Dalam bahasan kali ini, kami akan membahas mengenai product knowledge dan menjelaskan bagaimana proses produksi yang perlu dilakukan dalam budidaya pembesaran gurame ini.
Adapun asumsi pola budidaya yang digunakan dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah pola budidaya tunggal. Dimana, ikan yang dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan gurame konsumsi.
Ikan gurame (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurame yang masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip perut gurame akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm.
3.1.1 Produk
1. Ciri-ciri Produk
Gurame yang dijual merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan/keperak-perakan. Ikan gurame ini merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici.
2. Kegunaan Utama Produk
Gurame sudah menjadi makanan yang dikenal masyarakat bahkan digemari. Manfaat dari ikan gurame yaitu sebagai sumber penyedia protein hewani yang baik untuk kesehatan manusia.
3.1.2 Proses Produksi
Dalam proses produksi budidaya ikan gurame ini, Guramy fish membeli benih inak yang berukuran 250 gram dari para peternak benih yang kemudian dibesarkan hingga ukuran 1 kg.
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurame yang optimal, kami melakukan pembudidayaan ikan gurame di lokasi yang memiliki spesifikasi sebagai berikut:
  1. Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 - 400 m dpl
  2. Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
  3. Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
  4. Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
  5. Temparatur optimum 25-30oC
  6. Kandungan oksigen dalam > 2 ppm.
PROSES PEMBUDIDAYAAN PEMBESARAN IKAN GURAME
1. Pemeliharaan Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, jumlah benih yang akan dimasukan dalam kolam ini sebanyak 270.000 benih dengan berat sekitar 200-250 gram. Luas kolam yang dibutuh kan 13500 meter persegi, dengan ukuran 20 X 10 meter sebanyak 68 kolam. dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Masing-masing kolam menampung benih sebanyak 4.000. Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 - 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 1kg/ekor.
Gb. 4 Foto : Ikan Gurame Konsumsi
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
Pemberian Pakan
Adapun jenis pakan ikan gurame terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan dan pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott), dan Kangkung (Ipomea reptans Poin).
Gb. 7 Foto : Daun Sente.
Merupakan salah satu pakan ikan gurame yang lazim digunakan
Bahan makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik hewani maupun nabati. Dengan komposisi 33 bagian tepung ikan, 2 bagian tepung daging dan 65 bagian dedak halus, dengan perhitungan kadar protein keseluruhan adalah sebagai berikut (60/10x33)+(80/100x2)+(15/100x65) = 31,1 %. Perhitungan ini diperoleh dari bagan daftar protein beberapa jenis makanan (lamp).
Ikan diberi pakan setiap hari sebanyak dua kali dengan waktu pemberian pakan pada pagi dan sore hai. Untuk pagi hari ikan diberi pakan alami sedangkan pada sore hari ikan diberi pakan organik (pelet).
2. Pascapanen
a. Penanganan Ikan Hidup
Karena ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Maka hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat adalah:
- Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
- Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
- Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
b. Pemeliharaan Kolam
Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.
Pemeliharaan kolam pasca panen
Pengiriman ikan ke distributor, rumah makan, dan supermarket
Pemanenan ikan dengan ukuran 1 kg/ikan
Penebaran bibit ikan di kolam pembesaran
Ukuran kolam 10 x 20 m
Pembelian benih dari peternak bibit

Tabel siklus produksi guramy fish
3.2 Kebutuhan Kolam dan Peralatan
1. Kolam Pembesaran
a. Pemupukan/persiapan kolam
Gb. 5 Foto : Kolam Pembesaran di Bogor
.
Di sekitar kolam biasanya ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Gb. 6 Foto : Bak Kontrol.
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
o Pembuatan kolam
Pada saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama 7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai.
2. Kolam Pemberokan
Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Adapun cara pembuatan kolam sebagai berikut:
- Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m 2 ).
- Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.
- Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.
- Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.
- Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.
- Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.
Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembesaran ikan gurame diantaranya adalah: jala, waring (anco), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap ikan konsumsi).
3.3 Kebutuhan Utilitas/Sarana lainnya
Untuk memasarkan ikan gurame ke distributor, rumah makan, dan supermarket, Goramy Fish menggunakan 2 buah mobil pick up sebagai sarana pengangkutan dan kotak pendingin untuk menjaga kesegaran ikan tetap terjaga sampai ke tempat tujuan.
yeah!







Budidaya Ikan Gurame

Dikutip dari: Tani Merdeka
Selain lebih mahal, ikan Gurame memiliki banyak penggemar fanatik, sehingga cocok dikembangkan untuk menambang keuntungan.
Ikan gurame adalah ikan air tawar yang banyak digemari konsumen. Dagingnya empuk, rasanya enak dan gurih. Dan, harganya pun lebih mahal kalau dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai perbandingan, harga gurame segar di tingkat konsumen Rp25.000 - Rp 35.00 per kg, sementara ikan mas Rp12.000 - Rp14.000 per kg.

Selama ini masyarakat mengenal beberapa jenis gurame, antara lain: Angsa, Jepun, Blausafir, Paris, Bastar dan Porselen. Gurame Porselen lebih unggul dalam hal menghasilkan telur. Jika induk Bastar hanya mampu menghasilkan 2.000-3.000 butir telur, Porselen memproduksi 10.000 butir. Karena itu Gurame Porselen disebut top of the pop.

Kolam yang baik untuk gurame berasal dari jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah seperti ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Kemiringan tanah berkisar 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
Ikan gurame dapat tumbuh normal di daerah pada ketinggian 50-400 m dpl. Kualitas air pemeliharaan harus bersih, dasar kolamnya tidak berlumpur dan tidak terlalu keruh. Kedalaman kolam 70-100 cm. Pengairan yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Pembesaran gurame dapat dilakukan secara polikultur dan monokultur. Polikultur adalah cara pemeliharan gurame secara bersama-sama dengan ikan jenis lain, seperti tawes, mas, nilam, atau mujair. Cara ini lebih menguntungkan, mengingat pertumbuhan gurame lambat.
Sedangkan monokultur, pemeliharaan khusus untuk gurame. Bibit yang ditebar minimal berumur 2 bulan. Debit air kolam yang baik 3 liter/detik, sedangkan polikultur idealnya 6-12 liter/detik. Dengan keasaman air (pH) 6,5-8, dan suhu berkisar 24-28 derajat C.
Kolam budidaya gurame terdiri dari kolam penyimpanan induk, pemijahan, pendederan, pembesaran, dan pemberokan. Kolam pembesaran berfungsi membesarkan benih. Adakalanya diperlukan juga beberapa kolam jaring berukuran 1,25-1,5 cm. Jumlah bibit yang ditebar sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
Kolam pemberokan adalah tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Kolam ini berukuran 10 x 10 m. Lebar pematang bagian atas 0,5 m, dan bagian bawah 1 m dengan ketinggian 1 m.
Makanan pokok ikan gurame berupa pelet. Namun, di daerah yang sulit memperoleh pelet dapat menggunakan alternatif lain, berupa daun-daunan, seperti: pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap.
Pemupukan sebaiknya dilakukan setiap kali pemeliharaan, dan pada saat kolam dikeringkan, dengan tujuan untuk meningkatkan makanan alami. Caranya, pertama-tama diberi pupuk kandang 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam. Air disisakan sedikit demi sedikit sampai ketinggian 10 cm, dan dibiarkan selama 3 hari. Kemudian dilanjutkan pupuk buatan (kimia), seperti TSP atau Urea, 500 gram setiap 100 m2 kolam. Pupuk ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.
Panen gurame tergantung permintaan konsumen. Umumnya, setelah gurame berumur 2-3 tahun. Umur 2 tahun, ukuran panjangnya mencapai 25 cm, dan berat 0,3 kg/ekor, umur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan beratnya 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor.
February 04 2009 08:21 pm | ikan gurame
Probiotik Attaqi Untuk Ternak
CV KTNA Cirebon mengeluarkan tiga produk baru tahun 2006 yaitu probiotik untuk ternak unggas, ikan dan ternak ruminansia.
Ramuan Herbal Attaqi Khusus Lele, adalah nama ramuan probiotik yang khusus untuk pembesaran lele, namun dalam prakteknya mampu juga untuk mempercepat pertumbuhan ikan gurame, mas nila, bahkan udang.  Ujicoba penggunaan dilakukan Kelompok Tani Lele Kersa Mulya di Desa Kertasura, Kapetakan Kabupaten Cirebon. 
Suganda, Ketua Kersa Mulya mengakui, pemberian ramuan ini seminggu sekali telah mampu mempercepat panen dari normal 45 hari menjadi hanya 30 hari dengan tingkat konsumsi pakan yang lebih sedikit dan tingkat kematian yang lebih rendah dari biasanya.
Probiotik Organik Attaqi adalah ramuan yang probiotik plus karena ditambah berbagai ramuan tanaman obat Indonesia sehingga selain memacu pertumbuhan mikroba di rumen juga meningkatkan nafsu makan pada ternak ruminansia yaitu domba, kambing, sapi dan kerbau.
Jangan heran kalau probiotik itu bisa membuat ternak memakan hampir semua hijauan yang diberikan sehingga hampir tidak ada hijauan yang tersisa pada sore hari, dengan demikian peternak tidak perlu repot-repot membersihkan sisa hijauan dan tidak perlu lagi memilih hijauan untuk pakan ternak.
 
 
H Daim, peternak domba dari Desa Tuk, Kedawung, Kabupaten Cirebon menunjukkan anak domba turunan Garut usia 2,5 bulan tetapi mempunyai bobot 12 kilogram atau hampir sama dengan usia domba 4 bulan, padahal ramuan baru diberikan pada usia satu bulan. 
 Munir (25), peternak ikan di Desa Arjawinangun, Cirebon menunjukkan gurame hasil pembesaran dengan ramuan Attagi dari ukuran satu jari menjadi dua jari setengah hanya dalam waktu pemelihraaan 3,5 bulan, padahal biasanya mencapai 5,5 bulan baru bisa panen.

 
 
 Sujadi (baju putih) salah satu tenaga ahli Attaqi, mengamati telur puyuh milik Dirta, peternak puyuh di Desa Girinata, Dukupuntang, Cirebon. Dengan Biogain Attaqi mampu meningkatkan produksi telur, dan mengurangi kanibalisme unggas.
Puluhan peternak lele di Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon,  sudah menggunakan Ramuan Attaqi untuk mempercepat  pertumbuhan lele sehingga bisa dipanen satu minggu sampai 10 hari lebih cepat dari biasanya.
Tiga produk unggulan yang telah diperkenalkan sebelumnya yaitu Ramuan Attaqi untuk padi, holtikultur, dan pestisida Organik Attaqi.


[agromania] Gurami

qitanonq
Fri, 22 Dec 2006 18:21:56 -0800

Gurami dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya. Untuk 
membesarkan benih ukuran 2-3 cm Sampai siap konsumsi (500 g) 
diperlukan waktu sekitar 1,5 tahun. Wajar bila banyak yang enggan 
mengusahakannya. Kini hal ltu bisa diatasi dengan menerapkan pola 
budidaya secara bertahap. Pemeliharaan di kolam intensif selama 12-
14 bulan Osphronemus gouramy, itu mencapai bobot 500 g/ekor.
 
Dengan segmentasi, "Beternak gurami lebih cepat, setiap tahap 3-4 
bulan, "ujar Azhari, petani di Dramaga, Bogor.
 
Pemilik 10 petak kolam ukuran 200 m2 itu menebar berbagai 
ukuran "Kalau ada yang membutuhkan, tinggal dipanen. Tak perlu 
dibesarkan hingga ukuran konsumsi". Untung yang diraih per segmen 
budidaya pun jelas. Misalnya, benih ukuran wadah korek (4-5 cm) 
dibeli seharga Rp 1.250/ekor. Jika ditebar 3.000 benih di kolam 
seluas 100 m2.
3 bulan berikutnya dipanen ukuran bungkus rokok (10 cm). Harganya 
bisa 2 kali lipat. Dengan kematian 10% petani bisa mengantongi 
Rp3juta belum termasuk biaya pakan dan tenaga kerja.
 
 
Pemeliharaan gurami di kolarn intensif per segmen menghemat waktu 2-
4 bulan. Dengan cara itu "Perputaran modal juga cepat," tegas Julius 
Tirta Sendjaya petani di Parung. Selain itu ukuran kolam budidaya 
tidak luas, 100-500 m2 tapi dalam jumnlah banyak. Selain kolam 
pendederan. ada yang untuk pembesaran. Kesehatan ikan dapat 
dikontrol sehingga kegagalan panen akibat penyakit dapat diminimkan.
 
 
 
TERGANTUNG MODAL
Petani bermodal minim bisa memulai usaha dan pembenihan. modal 
besar, pembesaran. Semua segmen budidaya pun tidak masalah. Toh, 
jika tidak ada permintaan benih bisa dibesarkan lagi hingga siap 
konsumsi.
 
Pembenih hanya menghasilkan benih ukuran kuku (2-3 cm). Modal yang 
diperlukan sepasang induk dan wadah penetasan, seperti ember, bak 
fiber, atau akuarium. Perawatan larva sampai burayak di akuarium 
lebih mudah. Selain kesehatannya mudah di kontrol juga bisa 
diusahakan di lahan terbatas. Pembesaran pilihannya lebih banyak. 
Pertama, membesarkan benih ukuran kuku hingga sebesar wadah korek (4-
5cm).
 
Petani juga bisa memulai usaha dan benih ukuran wadah korek, lalu 
dibesarkan hingga seukuran bungkus rokok (9-10cm). Atau dimulai dan 
benih ukuran bungkus rokok sampai siap konsumsi.
 
Sebelum mulai usaha perlu mengetahui syarat-syarat gurami tumbuh 
dengan baik. Di antaranya pemilihan lokasi, konstruksi kolam, benih 
berkualitas, dan perawatan yang benar.
 
 
SYARAT LOKASI
Gurami termasuk ikan yang mudah dibudidayakan. Ia bisa hidup di 
sembarang tempat. Meskipun demikian, pemilihan lokasi yang tepat 
juga perlu diperhatikan. Di lokasi berketinggian 20-400 m dpl 
pertumbuhan ikan cukup baik. Namun, di dataran tinggi, 800 m dpl 
pertumbuhannya agak lambat.
 
Lokasi budidaya harus memiliki suhu dan kualitas air sesuai kemauan 
gurami. Ia tumbuh baik di daerah bersuhu 25- 28C. Meskipun demikian, 
ia sangat peka terhadap perubahan suhu. Lokasi yang memiliki 
perbedaan suhu siang dan malam tinggi kurang baik untuk gurami. 
Apalagi daerah yang suhunya seringkali berubah-ubah bisa menyebabkan 
ikan stres.
 
Kepekaan gurami terhadap suhu dapat diatasi dengan merekayasa 
lingkungan hidupnya. Penyebab naiknya suhu adalah panas matahari.
 
 
Ketika cuaca panas tinggi air yang umum digunakan 70 80 cm, 
ditingkatkan l0-20 cm. Saat penghujan tiba biasanya suhu dingin dan 
diatasi dengan menurunkan tinggi air. 
 
Kualitas air di lokasi mendukung pertumbuhan ikan. Ia harus 
mengandung cukup mineral dan zat-zat hara yang dibutuhkan.
 
Ketersediaan pakan alami yang cukup bisa meningkatkan kelulusan 
hidup benih pada tahap awal budidaya.
 
Kadar oksigen tidak berpengaruhi terhadap kehidupan gurami. Ia 
memiliki labirin yang berfungsi untuk mengambil udara. Angka pH air 
ideal 6,5- 7, kesadahan 7HD.
 
Air dan sungai atau irigasi teknis bisa dipakai asal tidak tercemar 
limbah pestisida atau sisa-sisa pembuangan rumah tangga.
 
Gurami menyukai air yang bersih. Air kerub dikhawatirkan mengandung 
kotoran. Jika kotoran itu bercampur sisa-sisa pakan akan terjadi 
pembusukan. Hal itu memicu timbulnya bakteri, parasit, dan cacing.
 
Pakan gurami harus tersedia secara kontinyu di lokasi. Pelet bisa 
didatangkan dan daerah lain. Namun, daun sente (Alocasia 
macrorrhiza), kegemaran gurami terkadang langka. Karena kebutuhan 
daun-daunan itu cukup besar sebaiknya petani menanamnya di sepanjang 
pematang kolam.
 
 
 
PERSIAPAN KOLAM
 
Persiapan kolam merupakan langkah awal proses budidaya. Ada 2 cara 
yang bisa dilakukan, yakni membuat kolam baru dan pengolahan tanah 
seusai panen. Jika membuat kolam baru, konstruksi dibuat kuat dan 
kokoh. Bentuk kolam umumnya sama dengan ikan lain. Ukurannva 
tergantung kemampuan modal dan luas lahan. Dinding kolam dirancang 
agar tak mudah bocor atau terkikis. Kemiringannya 60 derajat dan 
dasar kolam.
 
Pematang antar kolam dibuat kuat dan lebar untuk mengantisipasi 
longsor. Tinggi pematang kurang lebih 125 cm diukur dari dasar kolam.
 
 
Permukaan dasar kolam dibuat agak miring. Tujuannya untuk memudah 
pembuangan air dan panen. Saluran pemasukan dan pengeluaran air pada 
setiap kolam dibuat terpisah. Tujuannya untuk menghindari penularan 
penyakit ke kolam lain.
 
 
Kedua saluran diletakkan di kedua dinding secara diagonal atau 
menyilang. Pralon pvc atau bambu umum digunakan. Jumlahnya 
tergantung luas kolam, ukuran 100 m2 cukup 2 saluran air. Lubang air 
ditutup kasa agar kotoran tidak ikut masuk ke kolam.
 
 
Kualitas tanah yang baik menciptakan kondisi lingkungan yang layak 
untuk gurami. Karena itu keasamannya harus dipertahankan. Caranya 
dengan menaburkan kapur sebanyak 100 g/m2 dan 200 g/m2 garam dapur.
 
 
Penanganan kolam yang sudah produksi lain lagi. Sebelum digunakan 
air dibuang habis lalu dasar kolam dijemur hingga kering. Tujuannya 
untuk mematikan bakteri, jamur, dan cacing. Kotoran atau sisa-sisa 
pakan yang menumpuk dibuang.
 
 
Setelah kering, tanah dicangkul sedalam 10-20 cm lalu dibalik dan 
ratakan. Lapisan atas dianggap sudah tidak kaya hara sehingga perlu 
diganti yang bawah.
 
Jemur di terik matahari sampai kering. Untuk menjaga keasaman tanah 
taburkan kapur 100 g/m2 dan 200g/m2 garam dapur.
 
 
PENGISIAN AIR
Kolam yang sudah siap segera diisi air secara bertahap. Setelah 
mencapai tinggi 20 cm saluran air ditutup. Taburkan pupuk kandang, 
seperti kotoran ayam (postal) sebanyak 500 g/m2. Tujuannya untuk 
menumbuhkan plankton. Air dibiarkan menggenang selama beberapa hari 
agar terjadi proses dekomposisi atau penguraian. 
 
 
Yang perlu diperhatikan kehadiran anak katak/percil, burayak mujair, 
atau lele yang seringkali ikut terbawa air. Untuk mengatasinya 
taburkan saponin sebanyak 5-10 kg. Alternatif lain dengan pemberian 
daun lampesan (Hyptis suaveolens) secukupnya.
 
Saponin bisa mematikan h e w a n - h e w a n berdarah merah sedang 
lampesan hanya memabukan. Pesaing atau predator yang sudah mati itu 
dibuang agar tidak busuk.
 
 
Beberapa hari kemudian air berubah menjadi hijau tanda bibit 
plankton sudah ada. Masukkan air secara bertahap hingga mencapai 
tinggi 60- 80 cm. Pupuk buatan, seperti SP-36 sebanyak 20 g/m2 dapat 
diberikan untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami. Diamkan selama 
5-7 hari sampai wama air berubah menjadi hijau segar. Saat itu benih 
sudah siap ditebar.
 
 
TABUR BENIH
Pilih benih sehat untuk ditebar. Ciri benih yang baik, gerakan 
renangnya lincah, sisik mengkilap, bebas penyakit, dan ukuran 
seragam. Benih kurang seragam menyebabkan persaingan mendapatkan 
pakan dan ruang gerak. Ikan berukuran lebih besar dipastikan tumbuh 
lebih cepat, sementara yang kecil tetap kuntet.
 
 
Ada beberapa jenis gurami yang sudah dikembangkan, seperti paris, 
safir, merah, jepang, dan soang. Setiap jenis memiliki kelebihan 
masing-masing. Yang perlu diperhatikan asal benih.
 
Usahakan jaraknya tidak jauh dengan lokasi supaya tidak "mabuk" 
selama pengangkutan.
 
 
Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat itu cuaca redup 
sehingga penyesuaian berlangsung lebih cepat dan menghindari benih 
stres. Secara perlahan-lahan kantung benih dimasukkan ke air. 
Biarkan beberapa saat agar suhu di kantung sama dengan air kolam. 
Buka kantung lalu tuang ke air. Biarkan benih berenang sendiri.
 
 
PERAWATAN BERTAHAP
 
 
Gurami yang dipelihara dari benih ukuran 2 cm sampai siap konsumsi 
memerlukan waktu lama.
 
Dengan segmentasi budidaya relatif lebih cepat. Tahapan itu dimulai 
dan pembenihan, pendederan hingga pembesaran. Setiap segmen 
dilakukan di kolam terpisah dan penanganan berbeda.
 
 
a. Pembenihan
Pembenih hanya menyediakan benih sebesar kuku atau ukuran 2-3 cm. 
Modalnya sepasang induk, kolam perkawinan. sarang telur, dan 
akuarium untuk penetasan sekaligus perawatan.
 
 
Induk siap kawin dimasukkan ke kolam. Sarang dan ijuk untuk 
melekatkan telur diletakkan di pinggir. Keesokan han dicek, jika 
sudah berisi telur, angkat lalu dimasukkan ke akuarium. Sehari 
kemudian telur sudah menetas. Larva belum diberi pakan, toh, 
persediaan pakan di kantung telur (yolk sack) cukup selama 2 hari.
 
 
Setelab cadangan makanannya mulai menipis, kutu air atau artemia 
diberikan. Usahakan pemberian tidak terlambat. Larva yang terlanjur 
kelaparan kondisinya Iemah. Dua hari berikutnya barulah diberi 
cacing rambut. Biasanya pertumbuhan ikan cepat setelah makan cacing 
rambut. Dalam waktu 30 hari sejak tetas benih sudah sebesar biji 
oyong (1 cm). 
 
Dengan cara ini kelulusan hidupnya mencapai 95%.
 
 
Jika menginginkan benih agak besar, perawatan di akuarium 
dilanjutkan kembali. Populasi dijarangkan dengan cara memindahkan 
sebagian benih ke tempat lain. Pakan utama tetap cacing rambut. 
Sistem pemeliharaan dengan air mengalir. 
Setelah 1 bulan diperoleh benih ukuran kuku (1-3 cm). Benih ini bisa 
dipanen dan siap ditebar ke kolam.
 
 
B. Pendederan
Pendederan dilakukan di kolam ukuran 50-100 m2. Benih sebesar kuku 
ditebar dengan kepadatan 40 ekor/m2. Contoh, ukuran kolam 100 m2 
memerlukan benih sekitar 4.000 ekor. Tinggi air 30-40 cm dengan 
debit air 10 liter/menit.
 
Seminggu atau 10 hari setelah tebar benih belum diberi pakan buatan. 
Di samping ukuran mulut belum mampu menelan pelet, pakan alami yang 
tersedia di kolam sudah cukup. Pada hari ke-11 pelet baru boleh 
diberikan.
 
 
Pelet yang diberikan mengandung 50% protein. Kebutuhan pakan per 
hari dihitung menurut bobot ikan, biasanya dipatok 1 %. Jumlah pakan 
yang diberikan kecil, tapi frekuensinya diperbanyak. Yang umum 2-3 
kali, ditingkatkan menjadi 6 kali.
 
Perawatan sehari-hari selain memberi pakan, ikan selalu dikontrol 
kesehatannya. Benih sebesar ini masih rentan serangan penyakit. 
Kualitas air yang masuk ke kolam selalu dicek. Bila lingkungan kolam 
terlihat ada tanda-tanda berubah segera diberi tindakan pencegahan.
 
 
Ketika cuaca panas misalnya, suhu air akan meningkat. Sebelum ikan 
stres sebaiknya volume air ditingkatkan. Sebaliknya, ketika suhu 
dingin di musim hujan tinggi air dikurangi.
 
 
Selain itu, pH air tak luput dan perhatian. Saat penghujan biasanya 
pH air turun. Kondisi seperti itu bisa mengundang kehadiran 
penyakit. Untuk menstabilkannya taburkan garam secukupnya.
 
 
Sampling berat ikan setiap bulan merupakan kegiatan rutin. Dengan 
cara itu bisa diketahui pertumbuhan ikan. Keseragaman ukuran sangat 
penting untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan. Karena itu 
perlu dilakukan sortir, ukuran yang tidak standar dipindah ke kolam 
lain.
 
 
Pemeliharaan selama 45-60 hari menghasilkan benih sebesar dim/silet 
atau 4-5cm.
 
 
Benih bisa dipanen dan siap dijual. Bila tidak ada permintaan benih, 
proses budidaya dilanjutkan lagi. Namun, kepadatan ikan dikurangi 
menjadi 30 ekor/m2. Pemeliharaan selama 60 hari diperoleh benih 
ukuran wadah korek atau 7-8 cm.
 
 
C. Pembesaran
Tahap pembesaran dimulai dan benih sebesar korek atau ukuran 7-8 cm. 
Kolam pembesaran yang digunakan berukuran 100-500 m2. Kepadatan 
tebar 20 ekor/m2. Contoh, untuk kolam ukuran 500 m2 dibutuhkan benih 
sekitar 10.000 ekor. Tinggi air 70 cm dengan debit air yang masuk ke 
kolam 15 20 liter/menit.
 
Pakan buatan per hari diberikan 1% dan bobot ikan. Frekuensi 
pemberian 2-3 kali, pukul 07.00, 11.00, dan 13.00. Pelet yang 
digunakan harus mengandung 25% protein. Pakan tambahan berupa daun 
sente. Kebutuhan-nya per hari 10% dari bobot ikan diberikan sekali 
pada sore hari, pukul 17.00.
 
 
Perawatan sehari-hari di tahap ini hampir sama dengan tahap 
pendederan. Benih masih relatif rentan serangan penyakit dan mudah 
stres bila ada gangguan atau perubahan lingkungan secara mendadak.
 
 
Untuk menghasilkan benih sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor per 
kilo dibutuhkan waktu 75 -100 hari. Benih sebesar itu sudah bisa 
dipanen dan dijual. Atau dipindah ke kolam lain untuk dibesarkan 
hingga ukuran konsumsi.
 
Kolam pembesaran berukuran lebih besar. Ukuran kolam 500 m2 tidak 
masalah. Yang penting kepadatan ikan dikurangi 10 ekor/m2. Tinggi 
air dinaikkan menjadi 80 cm, debit air 20 liter/menit. Pakan buatan 
diberikan 2 kali sehari., pukul 08.00 dan 13.00. Pelet harus 
mengandung 20%protein. Pakan tambahan daun sente cukup 10% dari 
bobot ikan diberikan pada sore hari, pukul 16.00.
 
Benih sebesar itu sudah agak tahan serangan penyakit. Namun, perlu 
diwaspadai kondisi lingkungan kolam. Perawatan dan pengontrolan 
setiap hari dianggap perlu. Pemberian garam secukupnya rutin setiap 
bulan untuk mencegah munculnya penyakit.
 
 
Pembesaran ini memerlukan waktu 90-100 hari untuk mendapatkan ikan 
ukuran konsumsi, 500 g/ekor. Ikan sebesar itu bisa dipanen dan siap 
dijual ke pasar atau restoran. Bila belum ada order. ikan tetap 
dipelihara di kolam. Namun, pemberian pakan tidak terlalu intensif. 
 
 
Pelet bisa diberikan sekali pada pagi hari, sore daun sente. Ini 
dilakukan agar pengeluaran tidak mcmbengkak.
 
 
Penyakit
Penyakit merupakan masalah utama budidaya gurami. Kehadirannya perlu 
diwaspadai, sebab serangannya bisa menyebabkan kematian sehingga 
gagal panen. Penyebab yang kerap dijumpai seperti bakteri, jamur, 
parasit, dan cacing.
 
 
Mereka muncul akibat lingkungan kolam yang kotor. Karena itu periu 
dicermati kepadatan tebar kualitas air dan pakan berlebihan. Berikut 
beberapa penyakit yang kerap ditemui di kolam.
 
Kutu ikan
 
Penyakit ini disebabkan parasit Argulus indicus. Serangannya dengan 
cara menempel lalu menggigit tubuh. Ikan yang terserang akan 
mengalami pendarahan. Penularan ke ikan lain melalui air atau kontak 
langsung. Parasit ini muncul pada kolam-kolam yang kualitas airnya 
buruk.
 
 
Cara pengendalian dengan mengeringkan kolam seusai panen sehingga 
telur-telurnya mati. Ikan yang sudah terserang diobati. Caranya 
dengan menaburkan garam sebanyak 10-15 kg/m3 ke kolam. 
 
 
Usahakan saat pengobatan saluran masuk ditutup, air diturunkan 10-20 
cm. Sehari kemudian air bisa ditambahkan. Atau ikan sakit direndam 
air yang sudah dibubuhi garam sebanyak 10-15 gr/l selama 15 menit.
 
  
Cacing ikan
 
Penyebabnya parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Kualitas air yang 
buruk, kurang pakan, kepadatan tinggi. dan perubahan lingkungan 
mendadak memicu munculnya keluarga cacing itu.
 
Gejala awal ditandai nafsu makan ikan menurun, sering muncul di 
permukaan air, dan terkadang berbaring dengan insang terbuka. 
Dactylogyrus lebih menyukai insang Gyrodactylus menyerang bagian 
badan dan sirip.
 
 
Cara penanggulangannya dengan mengganti air dalam jumlah besar. 
Taburkan garam dapur 40 g/m3 ke kolam, lalu tutup saluran air selama 
24 jam. Ikan sakit direndam kelarutan garam dapur sebanyak 40 mg/l 
air.
 
 
Mata BELO
 
Gejala penyakit ini ditandai mata membengkak dan menonjol keluar dan 
kelopaknya. Ikan yang terserang akan buta. Lama-kelamaan kondisi 
tubuh lemah dan akhirnya mati. Penyebab penyakit ini diduga karena 
virus/cacing.
 
 
Serangan awal ditandai kondisi ikan lemah, nafsu makan kurang, dan 
sering muncul ke permukaan. Saat itu bisa dilakukan pengobatan 
dengan cara menaburkan garam 1 kg/m3. Saluran air dihentikan selama 
24 jam. Keesokan harinya baru diganti total.
 
 
Cara lain dengan memberikan antibiotik yang dicampur dengan pakan. 
Selama pengobatan air bisa diganti total. Biasanya pengobatan itu 
hanya menyelamatkan ikan yang masih sehat. Ikan yang sudah mati 
diambil lalu dibakar.
 
  
Jamur
 
Gejala awal serangan ditandai benang-benang halus mirip kapas 
menempel pada tubuh yang terluka.
 
 
Penyebabnya jamur Saprolegnia dan Achyla. Dalam waktu relatif cepat 
jamur ini menyebar keseluruh ikan di kolam. Jamur ini tidak 
menimbulkan kematian, tapi kondisi ikan lemah, nafsu makan kurang. 
dan akhirnya kurus. Lemahnya daya tahan tubuh membuka peluang 
kehadiran penyakit lain.
 
 
Cara penanggulannya dengan memberi garam sebanyak 400 mg/m3. Pada 
saat pengobatan saluran air dihentikan. Perlakuan itu diulang 3 kali 
secara berurutan dan dilanjutkan setiap bulan. Ikan yang sakit 
direndam dalam larutan garam 20 mg/l air atau malachyte oxalate 1 
mg/l atau dosis 0.1 - 0,5 mg/l selama 12-24 jam. Alternatif lain 
dengan merendam ikan ke larutan formalin 200 ppm selama 2jam.
 
 
Bakteri
 
Penyebabnya Aeromonas sp dan Pseudomonas sp. Bakteri ini sering 
dijumpai pada kolam yang tercemar bahan organik. Keduanya seringkali 
ditemui di musim kemarau atau menjelang penghujan. Air kolam kurang 
baik atau perbedaan suhu siang dan malam hari juga berperan 
munculnya penyakit ini.
 
Gejala klinis dicirikan luka di tubuh dan berdarah, perut membesar, 
lendir mencair, sisik mengelupas, dan timbul borok. Dalam waktu 
singkat kondisi ikan lemah. sering muncul ke permukaan, lalu mati. 
Serangan penyakit ini perlu diwaspadai sebab tak jarang berakibat 
kematian massal.
 
 
Cara penanggulangannya dengan merendam ikan sakit ke larutan 
oxytetracycline 2 5 mg/l air selama 24 jam. Perlakuan itu diulang 3 
kali secara berurutan. Ikan yang terinfeksi bisa direndam larutan 
malachite green oxalat 0,5 mg/l selama 1 jam.
 
Satu bulan kemudian ikan diberi pakan yang mengandung 
oxytetracycline 60 mg/kg pakan selama 7 hari berturut-turut.
 
 
 
Bercak putih
 
Parasit Ichthyophthyrius sp merupakan penyebab penyakit ini. Ia 
menyerang kulit ikan dan menimbulkan bercak-bercak putih. Gejala 
klinis ditandai bercak putih menyebar di tubuh, warna sisik pucat. 
ikan sering menggosokkan badan dan tampak megap-megap seolah 
kekurangan oksigen.
 
 
Ikan yang terserang direndam dengan larutan formalin 25 mg/l 
ditambah malachite green oxalat 0,2 mg/l selama 24 jam.
 
  
Panen
 
Panen merupakan akhir kegiatan budidaya. Keberhasilan usaha dapat 
diketahui dari jumlah tonase atau pertumbuhan selama periode waktu 
tertentu. Ada 2 cara panen, yaitu benih dan ukuran konsumsi.
 
 
Panen benih dilakukan dengan cara menurunkan air sampai ketinggian 
tertentu. Aliran air diperkecil sampai tersisa di kowen (lubang 
kecil di sudut kolam). Di atas kowen diberi dedaunan, seperti daun 
pepaya talas, atau pisang agar benih merasa aman dan nyaman. Benih 
yang sudah terkumpul ditangkap dengan saringan atau jaring mesh size 
kecil. Satu per satu benih dimasukkan ke ember. Kemudian angkut ke 
tempat penampungan sementara berupa hapa yang dipasang di kolam atau 
saluran air.
 
 
Seleksi ukuran dan kesehatan ikan, lalu pindahkan ke wadah lain. 
Sebelum dikirim ke tempat tujuan sebaiknya benih dibera atau 
dipuasakan selama 1 hari
 
 
Panen ukuran konsumsi sebaiknya menggunakan jaring. Cara ini lebih 
mudah dan ikan tidak rusak. Selama proses pemanenan kolam tidak 
perlu dikeringkan. Air kolam cukup dikurangi sesuai tinggi jaring.
 
 
Jaring direntangkan dan ujung kolam dan ditarik secara perlahan-
lahan. Prinsipnya untuk memperkecil ruang gerak ikan sampai 
terkumpul di saiah satu sisi kolam. Masukkan beberapa lembar daun 
pisang kering atau talas agar ikan merasa nyaman.
 
 
Kemudian satu per satu ikan ditangkap dengan hati-hati, lalu 
dimasukkan ke wadah penampungan. Sebelum diangkut ikan sebaiknya 
dipuasakan selama 1- 2 hari.
 
 
  
Pasca panen
 
Pengangkutan gurami harus hati-hati. Tak jarang kasus ikan mati di 
tempat tujuan akibat salah angkut, seperti kepadatan tinggi dan 
dilakukan secara mendadak tanpa ada proses penyesuaian. Yang perlu 
diperhatikan selama pengangkutan kondisi ikan harus segar.
 
 
Pengangkutan benih sampai ukuran 5 cm masih memerlukan oksigen. 
Sebab, alat pernafasan tambahan (labirin) belum terbentuk sempurna.
 
Kepadatan benih disesuaikan ukuran dan lokasi pengiriman. Untuk 
pengiriman jarak dekat (25 km) atau selama 1 jam, jumlah benih bisa 
diperbanyak. Lain hal bila lokasi tujuan relatifjauh (100 km) 
sebaiknya benih tidak terlalu padat. Masalah akan timbul jika gurami 
ukuran konsumsi yang diangkut terlalu padat.
 
Duri sirip atau tutup insang akan saling melukai sehingga ikan 
menjadi stres, lalu mati.
 
 
Untuk mengurangi stres gerakan ikan diupayakan seminimal mungkin. 
Caranya dengan menurunkan suhu air atau obat bius, seperti 
phenoxyethanol, dosis 0,15 mg/l air. Gurami dengan bobot 500-600 gr 
dapat diangkut dengan kepadatan 15 ekor/ 10 liter air selama 6 jam.
 
 
Cara tradisional dengan wadah terbuka seperti jirigen, atau drum 
khusus yang diletakkan mendatar. Tinggi air mencapai 10-15 cm 
sehingga ikan bisa menghirup udara. Pengangkutan dapat dilakukan 
dengan kepadatan tinggi 1 ekor/liter air
 























Mempercepat Pertumbuhan Ikan Budi Daya Dengan Probiotik

Mar 17th, 2010 | By galeriukm | Category: Budidaya Ikan
Pertumbuhan Ikan Budi Daya yang cepat tidak hanya membuat hati senang tetapi juga menekan pengeluaran untuk pakan,mempercepat masa panen dan ikan bisa dipanen dalam ukuran yang seimbang. Banyak pengalaman petani budi daya ikan harus melakukan panen secara bertahap karena ukuran ikan yang ditebar sama tetapi mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Karena itu beberapa rekayasa dan upaya dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan ukuran yang seragam dengan demikian efisiensi produksi budi daya ikan menjadi cukup baik. Beberapa petani ikan menempuh cara dengan memberikan makanan berprotein tinggi dan memberikan makanan alami seperti keong, bekicot dan lain-lain. Akan tetapi pemberian pakan alami terkendala karena tidak praktis. Pada beberapa budi daya ikan seperti budi daya ikan guramih, Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan mas dan lain sebagainya, pemberian probiotik telah dirasakan manfatnya bagi budi daya ikan.

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik. Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dar serangan penyakit.

Pada Budi Daya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan. Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.
Pengalaman dari Himawas Atasasih, pemilik HMPS di Jl Sutijap 23 Wates, Kulonprogo, Para petani Ikan Guramih Kulonprogo sudah terbiasa memakai probiotik dicampur pakan. Misalnya, probiotik RajaGrameh, RajaLele, MasterFish, SPF atau Nature yang mudah diperoleh di toko pakan ternak atau toko pertanian. Dengan campuran probiotik dan pelet membuat metabolisme dan pencernaan ikan sempurna. Sebagian besar, 90% pakan yang masuk ke tubuh akan menjadi daging ikan.
Pengalaman Pak Jumadi, petani gurami dari Desa Ceme, Srigading, Sanden, Bantul membenarkan pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan. Saat melihat di kolamnya banyak gurami stres dan mengambang bahkan beberapa mati, dia secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik Nature campur segenggam gula pasir ke kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih dan semua guraminya sehat kembali.
Pengalaman para petani ikan Gurami di Desa Jambidan, Bantul Yogyakarta telah meninggalkan cara konvensional budi daya guramih dan beralih ke cara modern dengan memanfaatkan probiotik. Budi Daya ikan dengan cara konvensional 30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan, dengan sistem Guba (Gugus Simba) bisa menjadi 28-30 kg atau konversinya 1:1. Artinya, ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 90% pakan menjadi daging dan hanya 10% yang dibuang sebagai amoniak.
Menurut Wiwied Usman, Sekjen PerMina sekaligus pembudi daya Ikan Gurami, Kelebihan lain penerapan sistem Guba, pertumbuhan lebih cepat sehingga waktu pemeliharaan lebih pendek. Bila dengan sistem konvensional untuk mencapai berat 1 kg butuh waktu dua tahun, dengan sistem Guba hanya butuh waktu satu tahun. Pengalaman mereka untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet cukup dalam waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara konvensional tanpa penambahan probiotik pada pakan, setahun baru mencapai berat 6-7 ons.
Pakar gurami dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung Hardaningsih menguraikan, dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan. Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit. Yang pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan.
Saya kira probiotik akan menjadi andalan para petani ikan di masa depan karena manfaatnya sangat besar pada pertumbuhan ikan sehingga cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’ tandasnya. Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak dini. Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur probiotik Nature atau SPF lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air cukup dua minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.

Perbandingan Hasil Budi Daya Ikan Gurami dengan Cara Konvensional dan Penambahan Probiotik

Biaya  1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek dengan harga Rp 1.000,-/ekor , membutuhkan pakan 30 sak (harga Rp 210.000).
Total modal sekitar Rp 7,5 juta.  Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal. Dengan harga panen Rp 20.000 /kg pendapatan petani sekitar Rp 14 juta.
Keuntungan  sekitar Rp 6 jutaan.

Sistem Guba memberikan terobosan pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele, Nutrisi Simba, ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan maka hasil panen bisa mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta. Jadi, ada selisih 2 kuintal, senilai Rp 4 juta, jauh lebih untung dibanding cara biasa.
Biaya tambahan untuk membeli probiotikpun tidaklah mahal, dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk mencampur 5 kg pakan pelet, terbukti hasilnya luar biasa. Padahal untuk 30 sak pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400 ribu saja. Yakni, untuk pemacu tumbuh Rp 200 ribu, untuk penambah bobot Rp 100 ribu, dan untuk pengobatan Rp 100 ribu. Jadi, penambahan biaya Rp 400 ribu, tambahan keuntungannya Rp 4 juta.
Sumber:
GURAMI DAUN TALAS DAN GURAMI PELET

Di Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang, masih bisa kita jumpai empang-empang (kolam) ikan yang penuh dengan daun talas. Itulah empang ikan gurami (Osphromenus olfax). Seperti halnya ikan nila (Tilapia nilotica) dan mujair (Tilapia musambica), gurami merupakan ikan herbifora yang makan plankton dan daun-daunan. Salah satu daun kesukaan gurami adalah daun keladi (Xanthosoma sagittifolium) dan  talas (Colocasia esculenta). Terutama talas gatal yang sering juga disebut sente (sénthé, Alocasia macrorhiza). Di antara ikan air tawar yang disajikan di restoran, gurami memegang rekor harga paling tinggi, yakni Rp 20.000,- per kg. di tingkat peternak. Ikan mas (Cyprinus carpio), lele (Clarius batracus), nila/mujair) dan "patin" (jambal siam, Pangasius sutchi) harganya di bawah Rp 10.000,- per kg. di tingkat konsumen. Memang harga gurami masih kalah dibanding gabus (Ophiocephalus striatus) Rp 25.000,- dan betutu (ikan bodoh/ikan malas, Barbichthys laeris) yang sampai diatas Rp 50.000,-per kg. Tetapi gabus tidak biasa disajikan sebagai ikan konsumsi di restoran, melainkan sebagai ikan asin. Sementara betutu hanya bisa dijumpai di restoran-restoran papan atas dengan volume yang sangat terbatas.
Penyebab utama gurami menjadi ikan mahal, adalah permintaan yang selalu lebih tinggi dari pasokan. Orang senang dengan gurami karena tekstur dan rasa dagingnya yang lembut dan lezat. Pada jaringan dagingnya juga tidak terdapat duri-duri halus seperti halnya ikan mas. Selain itu, rongga perut ikan ini sangat kecil dibanding ikan air tawar lain. Kelemahan gurami adalah, pertumbuhannya yang lamban. Benih gurami ukuran burayak, kebul sampai putihan, dulunya dibesarkan oleh para peternak ikan tradisional dengan pakan plankton dan larva serangga. Dengan cara ini pembesaran burayak gurami sampai menjadi putihan untuk ditebar di kolam pembesaran, akan makan waktu hampir satu tahun. Kemudian dengan pakan daun talas, pembesaran putihan ukuran 5 cm. sampai menjadi ikan konsumsi bobot 0,5 kg, diperlukan waktu lebih dari 1 tahun. Hingga untuk menghasilkan gurami konsumsi bobot 0,5 kg, diperlukan waktu sekitar 2 tahun sejak pembenihan.
Selain itu gurami juga tidak bisa dipelihara dengan padat penebaran tinggi. Ikan mas, nila, lele (dumbo) dan patin, selalu dipelihara dengan tingkat kepadatan tinggi. Untuk mengatasi kendala ketersediaan oksigen dan tercemarnya air oleh kotoran serta sisa pakan, pemeliharan ikan-ikan konsumsi tersebut dilakukan dalam kolam air deras atau dalam karamba. Baik kolam air deras maupun karamba, memungkinkan ketersediaan oksigen secara penuh. Hingga padat penebaran bisa ditingkatkan sampai beberapakali lipat. Pada kolam air deras, kotoran dan sisa pakan akan langsung hanyut terbawa aliran air. Sementara pada karamba, sisa pakan dan kotoran akan langsung jatuh ke dasar parairan. Dengan pola pemeliharaan seperti ini, ikan mas, nila, lele dan patin bisa dipelihara secara massal dalam jangka waktu singkat. Pola pemeliharaan empat ikan konsumsi ini, tidak bisa diterapkan untuk gurami. Sebab gurami menghendaki kolam yang tenang, meskipun airnya harus terus mengalir. Inilah antara lain yang menjadi penyebab mahalnya ikan gurami jika dibanding dengan lele, mas, nila dan patin.
Dengan adanya kemajuan teknologi pakan, maka pembesaran burayak (anak ikan di bawah 1 cm) sampai menjadi kebul (3 cm.) dan putihan (5 cm.) bisa dipersingkat hanya sekitar 3 bulan. Kemudian di kolam pembesaran, gurami konsumsi bobot 0,5 kg. bisa diperoleh dalam jangka waktu 5 bulan. Namun harga gurami masih tetap lebih duakali lipat harga ikan mas. Sebab untuk memperoleh bobot yang sama, pembesaran ikan mas hanya memerlukan waktu paling lama 3 bulan. Selain itu produksi benih ikan mas juga bisa dilakukan secara massal, dengan biaya yang lebih murah. Meskipun banyak pengusaha dan peternak yang terjun menekuni budidaya gurami, kendala jangka waktu pembesaran inilah yang menyebabkan populasi gurami tidak pernah bisa semassal ikan mas. Hingga laju peningkatan volume permintaan, tidak pernah bisa diimbangi oleh laju peningkatan volume produksi. Itulah penyebab utama harga gurami pun tetap tinggi. Kondisi serupa, sebenarnya pernah dialami oleh lele. Sampai dengan awal tahun 1980an, lele merupakan ikan mahal. Sebab budidaya lele dilakukan hanya dengan mengandalkan benih tangkapan dari alam. Pakannya pun berupa ikan-ikan kecil. Biasanya anak ikan mujair. Namun dengan adanya intruduksi lele dumbo pada tahun 1986, agroindustri lele tumbuh dengan sangat pesat. Karena budidaya lele dumbo relatif lebih mudah dan murah dibanding ikan mas, maka tidak lama kemudian harga lele pun berbalik  menjadi lebih murah dari ikan mas. 
Konsumen gurami memang agak beda dengan ikan mas, lele, nila dan patin. Empat ikan konsumsi air tawar ini mudah dijumpai di pasar becek sampai warung di dalam gang dan tukang sayur keliling. Sementara gurami hanya bisa diperoleh di pasar swalayan tertentu yang menampungnya pada akuarium besar dalam keadaan hidup. Sebenarnya, penjualan ikan dalam keadaan hidup, sudah menjalar sampai ke pasar becek. Namun perlakuan ini baru diterapkan pada ikan mas dan lele. Nila dan patin masih dipasarkan dalam kondisi mati. Sementara gurami, baik hidup maupun mati, tidak pernah bisa dijumpai di pasar becek. Konsumen gurami paling banyak adalah restoran dan hotel bintang. Di sini gurami mendapat saingan utama ikan kakap tangkapan dari laut. Namun menu gurami goreng tidak mungkin tergantikan oleh kakap goreng. Sementara gurami asam manis masih dimungkinkan untuk tersaingi kakap asam manis. Konsumen gurami yang sangat spesifik ini (pengunjung hotel dan restoran, bukan rumah-tangga), antara lain juga disebabkan oleh produksi yang juga spesifik dan tidak mungkin dimassalkan serta dipacu, seperti halnya ikan mas dan lele.
Harga benih gurami berfluktuasi tergantung tinggi rendahnya permintaan dari para peternak. Benih burayak bisa berfluktuasi dari Rp 50,- sd. Rp 125,- per ekor. Benih kebul antara Rp 300,- sd. Rp 500,- per ekor. Sementara putihan dari Rp 600,- sd. Rp 800,- per ekor. Fluktuasi permintaan benih dari para peternak, bukan disebabkan oleh fluktuasi permintaan konsumen. Peternak akan menghentikan kegiatan pembesaran gurami, karena adanya gangguan cuaca seperti kekeringan dan banjir. Pada kondisi seperti inilah harga gurami konsumsi bobot di atas 0,5 kg. akan melambung sampai di atas Rp 25.000,- per kg. Sementara harga benih burayak, kebul maupun putihan akan jatuh karena tidak terpasarkan. Sebaliknya, pada saat kondisi cuaca bagus, peternak akan melakukan investasi besar-besaran untuk membesarkan gurami. Pada saat itulah permintaan benih meningkat hingga harga juga terkatrol naik. Sekitar enam bulan kemudian, ketika gurami konsumsi mulai dipanen, harga akan turun ke tingkat Rp 20.000,- per kg. Namun jarang sekali harga gurami jatuh di bawah tingkat Rp 20.000,- per kg.
Percepatan pertumbuhan gurami karena diberi pakan pelet, juga berdampak ke kualitas dagingnya. Gurami yang 100% diberi pakan pelet, dengan padat penebaran tinggi, akan menghasilkan daging yang lembek karena kadar airnya tinggi. Daging gurami demikian, jika digoreng akan susut banyak. Irisan melintang di tubuhnya akan merenggang setelah digoreng, hingga tampak tulang-tulangnya. Beda dengan gurami yang diberi pakan daun sente. Hal serupa juga terjadi pada ayam dan sapi potong. Kualitas daging ayam kampung yang dibesarkan secara alami selama 6 bulan untuk mencapai bobot 1 kg, tentu berbeda dengan daging ayam broiler dengan bobot sama yang cukup dibesarkan dalam jangka waktu 1 bulan. Peningkatan bobot hidup sapi potong unggul (impor) yang di atas 1 kg. per hari, akan mengakibatkan kualitas dagingnya tidak sepadat daging sapi lokal yang peningkatan bobot hidupnya hanya 0,5 kg. per hari. Hingga restoran padang, hanya akan menggunakan daging sapi lokal untuk rendang dan dendengnya.
Itulah sebabnya pola pembesaran gurami yang dilakukan peternak, menggunakan pola semi intensif. Pembesaran burayak menjadi kebul dan putihan, dilakukan 100% intensif. Namun dari putihan menjadi gurami konsumsi, peternak memeliharanya dalam kolam biasa dengan pakan kombinasi antara pelet dan daun sente. Pola pemeliharaan demikian, mampu mempercepat pertumbuhan gurami dari 1 tahun (dari putihan ke bobot 0,5 kg), hingga menjadi 6 bulan. Sebenarnya, dengan pemeliharaan 100% intensif, waktu panen bisa dipersingkat lagi menjadi hanya 4 bulan. Namun mutu dagingnya menjadi sangat menurun. Dengan tetap diberi pakan daun sente, pertumbuhan gurami memang masih lambat. Tetapi penurunan kualitas dagingnya tidak terlalu drastis. Gurami semi intensif inilah yang selama ini telah agak memassalkan pangsa pasarnya. Kalau dulu ikan elite ini hanya bisa dikonsumsi kalangan yang juga sangat elite, sekarang kalangan menengah pun bisa pula ikut menikmatinya. Meskipun tidak sesering ikan mas, nila, lele dan patin yang telah benar-benar menjadi menu

Dari berbagai sumber #
Trobos.com                                                      http://www.trubus-online.co.id/
https://www.facebook.com/trubusmajalah       https://twitter.com/trubusonline
okezone.com                                                    viva.co.id
suara.com                                                        jpnn
merdeka.com                                                   tribunnews.com
liputan6.com