Sabtu, 17 Oktober 2015

MENGATASI PERMASALAHAN GURAME, MENEKAN KEMATIAN & PROBIOTIK





TIPS MENEKAN KEMATIAN BIBIT GURAMI  ; Garam Sembuhkan Radang, Probiotik Pacu Pertumbuhan

GURAMI selalu dan akan tetap selalu menjadi primadona di kerajaan ikan air tawar. Memasuki musim penghujan saat ini, harganya tidak naik lagi, tetapi sudah berubah, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun bibit. Yang konsumsi semula Rp 18.000 kini harga di tingkat petani menjadi Rp 21.000 perkilogramnya. Bibit yang kemarin Rp 100 perekor (umur 40 hari), kini Rp 200. Ukuran korek gas yang dulu hanya 300-an rupiah, kini paling murah Rp 900. Ukuran sekitar korek grobog sudah mencapai Rp 2.250 hingga Rp 3.000. Telurnya saja Rp 30 per butir. Itu pun cari bibit maupun konsumsi saat ini sulitnya bukan main. “Kalau tahun kemarin untuk naik haji harus memelihara 2.500 ekor, sekarang hanya dengan memelihara 2.000 ekor saja sudah termasuk uang saku,” ujar Among Karunia Ebo, penggiat budidaya gurami dan lele. Menurut lelaki enerjik yang ikut melambungkan Pokdakan spesialis gurami ‘Mino Raharjo’ Desa Jambidan Banguntapan Bantul ‘Mino Raharjo’ tersebut, memelihara gurami memang pilihan tepat. Bahkan sangat disarankan bagi pemilik kolam yang berada di daerah rawan konflik karena berebut air. Gurami tidak membutuhkan air mengalir, bahkan akan lebih bagus pertumbuhannya bila air tidak diganti. Tidak seperti graskap, tawes, bawal dan nila yang gampang mati bila airnya mandeg. Gurami dapat dibudayakan di daerah jauh dari sungai atau parit karena dapat menggunakan air sumur. Yang jelas hasil panennya bikin ngiler. Bisa dibayangkan, hanya memiliki satu kuintal saja sekarang ini bisa mengantongi uang Rp 2.100.000. Kendati gurami tergolong ikan bandel, namun budidaya gurami ternyata tidak bisa dilakukan asal-asalan. Bila ingin hasil panen memuaskan dan waktu pemeliharaan pendek, ada teknik-teknik khusus dalam perlakuan selama budidaya berlangsung. “Ada dua penyakit yang sering terjadi pada gurami. Yakni jamur dan insang melepuh. Kalau diantisipasi lebih dini, ikan akan selamat. Tapi, kalau kita tidak jeli, ikan akan stres kemudian mati. Ituberarti kerugian,” kata Gosis, pembenih gurami dari dusun Jlamprang,desa Jambidan, Banguntapan, Bantul. Gosis adalah pembenih gurami dengan kapasitas penyediaan bibit 1-2 juta ekor per bulan dengan beragam ukuran. Mulai ukuran telor hingga 4-6 (kuku) dimana ikan masih makan cacing sutera, sampai ukuran 5-7 ke atas yakni ukuran jempol, korek gas, silet, korek grobog (box), ukuran HP, bungkus rokok yang sudah bisa makan pelet. “Yang ukuran 4 jari sudah masuk bibit kiloan,” jelas Gosis. Garam dan Probiotik Ada beberapa tips yang selama ini telah diaplikasikan Gosis untuk membuat ikan guraminya sehat. Kalaupun terserang penyakit segera bisa diatasi hingga kesehatan ikan pulih kembali. Pertama, untuk pencegahan bibit gurami dari stres, jamur, atau serangan penyakit lainnya, maka air kolam selalu diberikan Bendoz-A dengan dosis setengah tutup botol. Dituang 3 jam sebelum bibit masuk kolam. Untuk ukuran kolam 2 x 3 m bisa diisi bibit ukuran 4-6 sekitar 6.000 – 7.000 ekor. Jika ini sudah dilakukan, bibit dijamin selalu sehat dan kuat. Kedua, jika ikan sudah terkena penyakit misalnya insangnya terkena radang, melepuh atau berdarah maka harus ada perlakuan khusus. Ciri ikan yang sakit antara lain ditandai dengan seringnya naik ke permukaan kolam mencari napas atau membuat gelembung udara. Yang lebih parah biasanya sudah mengambang atau menggantung di permukaan air dan bila bergerak oleng. Untuk menanganinya, ikan harus dijarangkan dulu (kepadatan ikan dikurangi), air kolam diganti separuh dengan air baru, atau bisa juga ikannya dipindah ke kolam lain yang airnya sudah disiapkan sebelumnya dengan cara diberi Bendoz-A cukup 1 tutup botol. Pada saat perlakuan ini, pemberian pakan pelet harus dihentikan atau dikurangi dulu. Ikan cukup diberi pakan daun. Jika 3-4 hari ikan sudah tidak ada yang ngambang, artinya kondisi ikan sudah normal, pemberian pelet boleh dilanjutkan. Jika ikan sudah terkena jamur dan agak parah maka penanganannya dengan cara berikut. Sebelumnya siapkan ember diisi 10 liter air. Masukkan garam 1 kg dan Bendosz 1-2 tutup. Selanjutnya ikan yang sakit dimasukkan ke ember tersebut selama 0,5 menit atau dengan melihat kondisi gerakan ikan. Jika ikan yang sakit itu sudah mulai gerak gesit atau bisa meloncat, selanjutnya ikan diambil lalu dimasukkan ke kolam lain yang airnya telah steril jamur. Air yang di ember tadi jugadimasukkan ke kolam yang baru itu. “Penyakit insang dengan stadium seperti itu biasanya masih bisa diatasi. Kecuali, sudah parah betul, ikan wajib diangkat dan dibuang supaya tidak menular ke ikan lain yang masih sehat. Pada kolam pembesaran, kolam harus diguyur dengan dua botol Nature Simba untukmenetralisir air agar kembali normal,” jelas Gosis. Ikan yang sudah sehat, harus dipacu pertumbuhannya dengan probiotik. “Saya selalu mencampur pelet dengan probiotik RajaGrameh atau SPF. Satu tutup untuk 1 kg pakan. Hasilnya nafsu makan ikan sangat tinggi sehingga pertumbuhannya pun sangat cepat,” jelas pengurus Pokdakan Mina Raharja ini. Gosis juga memberi tips pada petani pembesaran. Sebaiknya sebelum ikan masuk, kolam dikocori lebih dahulu dengan Probitok Masterfish atau Nature. Probitoik itu akan menghilangkan polusi/racun di dasar kolam, sekaligus menumbuhkan jumlah plankton dan menjaga kualitas air sehingga mencegah tumbuhnya jamur atau bakteri negatif yang bisamenyebabkan ikan sakit. Pelatihan di Kolam Berbeda dengan petani-petani ikan lainnya, Gosis termasuk petani yang bervisi ke depan dan langkah-langkah lebih taktis. Ia juga secara rutin setiap pertengahan bulan mengadakan pelatihan bagi yang ingin menerjuni budidaya gurami sebagai penghasilan utama maupun tambahan. “Yang terdekat, pelatihan kami adakan 18 Januari besok di Gubuk Gurami Jlamprang, Jambidan. Terbatas 30 orang. Yang berminat bisa kontak Wiwied di 935 7800. Materinya mulai dari seleksi bibit, pola dan teknis budidaya sistem Guba, networking dan marketing. Yang ikut pelatihan tidak usah mikir ke mana akan membuang panennya, karena semua kami tampung. Model pelatihannya tidak formal tapi secara guyub langsung di gubuk kolam. Setelah materi langsung tanya jawab dan konsultasi. Ibaratnya, langsung njebur kolam, ngelmu dengan laku,” jelas Gosis. Jambidan memang telah dikenal masyarakat sebagai kampung gurami. Lebih dari 2,5 juta bibit gurami setiap bulan dihasilkan kampung ini. “Beberapa hari lalu kami dikunjungi Pak Sulung Lodaya mewakili Pak Prabowo Subianto selaku Ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) untuk melihat dari dekat kampung gurami Jambidan dan melihat potensi yang bisa dikembangkan ke depan. Kami bersyukur semakin banyak yang mensuport petani ikan,” jelas Usman Wiwied yang juga Sekjen Permina (Perhimpunan Masyarakat Perikanan Nusantara) dan berharap banyak bahwa gurami kelak bisa mendunia.
Author: admin Categories: Uncategorized Tags:


Perikanan Bantul

Berita Kompas (Kamis, 10/6), tentang Jambidan, desa sentra perikanan gurami di Kabupaten Bantul yang hancur, adalah salah satu berita yang menarik kita cermati bersama, dan mengandung pesan kepedulian kepada pihak yang terkait dengan perkembangan dunia perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta.


Namun, dua bulan berlalu. Apa yang terjadi setelah kondisi sentra perikanan gurami terbesar di Bantul yang porak-poranda itu ditulis media? Sampai hari ini desa itu nyaris tak ada perubahan, masih terpuruk. Desa yang selama ini lebih dari 50 persen warganya mengandalkan sumber mata pencaharian dari kolam ikan yang luasnya hampir lima hektar masih menjadi desa mati, tanpa kegiatan ekonomi produktif warganya.


Pascagempa, Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) DIY mendata kerugian yang diderita sektor perikanan. Dilaporkan kepada Menteri Perikanan dan Kelautan, kerugian yang diderita akibat gempa mencapai angka Rp 9,876 miliar. Dari jumlah itu, kerugian Rp 8,366 miliar diderita perikanan Bantul. Sisanya, Rp 58,5 juta, dialami Kabupaten Kulon Progo dan Rp 90 juta dialami Gunung Kidul.


Kerusakan yang terjadi ini meliputi sarana dan prasarana budidaya yang dimiliki Diskanla dan aset budidaya yang dimiliki masyarakat kelompok tani ikan. Estimasi awal, untuk merehabilitasi sentra perikanan yang hancur total itu setidaknya dibutuhkan dana awal Rp 1,391 miliar (majalah Trobos, Juli 2006).


Tiga hari pascagempa, Menteri Perikanan dan Kedaulatan Freddy Numberi langsung mendatangi lokasi perikanan yang terkena bencana, termasuk Desa Jambidan. Apalagi, Agustus ini Kelompok Tani Ikan Mina Raharja Desa Jambidan seyogianya maju mewakili DIY ke lomba budidaya perikanan tingkat nasional (namun urung karena gempa meluluhlantakkan kolam ikan mereka). Berdasarkan perhitungan awal, tingkat kerusakan aset perikanan Jambidan ini mencapai Rp 3,2 miliar.


Dengan ditinjau Menteri, apalagi dengan berjanji akan memberi bantuan untuk langkah pemulihan, mencuatkan harapan baru buat warga Jambidan yang ratusan warganya bertahun-tahun menggantungkan hidup dari sektor perikanan.


Ini karena untuk memulai budidaya ikan waktunya singkat, hanya tiga-empat bulan sudah menghasilkan. Tingkat keuntungan budidaya ikan, terutama pembenihan, mencapai 60 persen. Artinya, jika sektor perikanan ini bisa dihidupkan lagi dengan memberikan kail bantuan kepada mereka, dalam tempo enam bulan kondisi perekonomian di Desa Jambidan dipastikan berangsur normal. Ditambah lagi, secara teknologi budidaya, warga Jambidan yang sudah 11 tahun tergabung dalam kelompok tani sudah memahami teknologi budidaya ikan dengan sangat baik, yang meskipun berurusan dengan nyawa (ikan), risiko kegagalannya bisa diantisipasi sangat kecil.


Artinya lagi, apabila pemulihan ini dimulai dari sektor ekonomi yang paling produktif yang ada di lingkungan mereka, proses rekonstruksi fisik dan sosial secara menyeluruh cepat tercapai. Mereka tak perlu berharap pada bantuan living cost, bantuan pembangunan rumah kembali yang dijanjikan, atau bantuan lain yang dijanjikan pemerintah.


Dari perputaran uang di kolam budidaya gurami yang dikembangkan, dipastikan mereka bisa survive untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sedikit demi sedikit menabung untuk membangun kembali rumah yang roboh secara mandiri, tanpa berharap bantuan dari pemerintah yang datangnya entah kapan tak pernah pasti. Peran media massa
Peran media masa yang menginformasikan kondisi riil hancurnya sentra perikanan Desa Jambidan ini benar. Yang tidak benar dan agak aneh adalah ketika pihak berkompeten (Diskanla Bantul atau DIY) yang seharusnya bergerak cepat untuk menyelamatkan desa itu dari ambang kehancuran, ternyata sangat lamban, bahkan terkesan tidak memiliki progres sedikit pun. Padahal, warga Jambidan bukan saja harus menyelamatkan kehidupan ekonomi mereka sendiri, tetapi juga jejaring perekonomiannya yang telah mempunyai mata rantai yang panjang.


Akibat gempa, produk perikanan Jambidan yang selama ini menjadi langganan konsumen dari berbagai kota (karena kualitasnya yang baik/super) seperti Yogya, Magelang, Kebumen, Purwokerto, Solo, dan Bogor, secara otomatis terganggu kontinuitas dan mata rantainya. Sebagian besar konsumen bahkan sudah beralih ke kelompok tani ikan lainnya, seperti Ngrajek atau Cilacap.
Jika hal ini dibiarkan terus- menerus, maka produk perikanan Jambidan akan kehilangan sama sekali pelanggannya. Dengan kata lain, mereka harus kembali membangun jaringan pemasaran dari nol. Untuk itulah, recovery sentra perikanan di Desa Jambidan ini mendesak dilakukan. Harus secepatnya ada lembaga yang berani memberi kail pemberdayaan di sana. Sebetulnya pada tahap awal tak diperlukan terlalu banyak anggaran untuk memulai memulihkan dan menata kembali sentra perikanan di daerah itu. Dengan dana sekitar Rp 200 juta saja, bisa dipastikan ekonomi masyarakat Jambidan akan berangsur membaik, menuju ke arah normal.


Uang Rp 200 juta, antara lain bisa dimanfaatkan untuk membangun sekitar 100 kolam yang hancur, membeli induk siap pijah 100-200 ekor, membeli pakan dan obat-obatan selama dua-tiga bulan pertama, serta peralatan-peralatan teknis, seperti jetpump, hafa, jala, timba, dan sebagainya. Pada bulan keempat, mereka sudah bisa menuai hasil panen bibit pertama. Paling tidak, di panen perdana ini mereka akan bisa meraih laba bersih Rp 5 juta-Rp 10 juta dari 100-an induk yang dipijahkan tadi. Tergantung seberapa banyak daya tetas dan persentase kematian bibitnya (Kompas , 10 Juni 2006).


Lebih jauh, jika kegiatan perekonomian perikanan ini sudah mulai, maka secara signifikan akan lebih menguatkan lagi mental masyarakat yang sempat jatuh. Di sisi lain, secara perlahan sekian puluh orang yang selama dua bulan ini sama sekali menganggur akan mendapat kembali lahan pekerjaannya, menjadi tenaga kerja yang berpendapatan meski belum sebesar saat sebelum gempa.


Among Kurnia Ebo Ketua Lembaga Pengkajian Agribisnis Strategis dan Konsultan Budidaya Perikanan Air Tawar di Yogyakarta
among kurnia ebo


Probiotik, Atasi Permasalahan Budidaya Gurami

Ikan Tahan Penyakit dan Pertumbuhan Lebih Cepat

Musim pancaroba seperti sekarang ini menjadi problem tersendiri bagi para pembudidaya gurami. Pasalnya, suhu yang fluktuatif, sangat dingin di malam hari dan sangat panas di malam hari, menimbulkan masalah tersendiri bagi ikan. Misalnya, menjadikan gurami gampang lesu, malas makan, mudah stres, bahkan seringkali terserang luka fisik yang mengakibatkan satu persatu ikan mati.

Bagaimana solusinya? Salah satu langkah yang efektif antara lain dengan memanfaatkan probiotik pada kolam maupun ikan. Cara ini bahkan sudah lama diterapkan oleh Galih Adi, petani gurami dari Maos, Cilacap, yang kini tinggal di Bantul dan mengembangkan gurami dengan ratusan plasmanya.

“Probiotik sangat bagus untuk kolam dan ikan. Kolam lebih sehat dan ikannya juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit. Dan yang pasti, pertumbuhan ikan akan sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan ikan,” jelas Adi, yang alumni Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

Menurut Adi, probiotik berasal dari kata pro yang artinya mendukung dan biotik yang berarti kehidupan. Maka probiotik artinya sesuatu yang bisa membantu atau mendukung kehidupan ikan. Aplikasi probiotik bisa dengan dua cara, yakni langsung diguyur ke air kolam (misalnya Nature Simba, Masterfish, Superplankton)maupun dicampurkan ke dalam pakan ikan (misalnya Rajagrameh, Rajalele, Nutrisi, SPF, dan jenis probiotik lainnya).

Dijelaskannya, probiotik itu ibarat benteng pertahanan diri. Sebagai benteng, diberikan sejak dini semakin baik. “Semacam imunisasi. Jangan menunggu kondisi kolam jelek dan ikan kena masalah atau terserang penyakit. Tapi, berikan secara teratur sejak pertama kali bibit masuk kolam. Maka ikan akan selamat sampai panen,” ujar pemilik Mangestoni PS Surabayan, Sanden, Bantul ini menandaskan.

Bukti bahwa aplikasi probiotik sangat efektif juga diakui Jumadi, petani gurami desa Ceme, Sanden, Bantul. Ketika melihat di kolamnya banyak ikan yang stres dan ngambang, buru-buru sore harinya ia mengguyurkan sebotol probiotik Nature yang dicampur segenggam gula pasir ke kolamnya. Keesokan harinya air kolam jernih dan semua guraminya sehat kembali.

“Nyaris tak percaya, karena biasanya satu hari pasti mati 8 atau 10 ekor. Padahal ikan sudah ukuran kilon. Ruginya kan banyak. Setelah kena probiotik kok langsung sehat semua dan selamat sampai panen. Sekarang pemberian nature saya ulang tiap dua minggu sekali karena saya sudah percaya 100%. Ibaratnya saya sudah fanatik sekarang,” jelas Jumadi.

Budidaya gurami sekarang makin diminai petani karena prospeknya yang cerah. Apalagi saat ini seiring kenaikan harga pakan, harga panen gurami dari kolam petani juga membaik. “Saya mengambil gurami dari kolam petani dengan harga Rp 18.000,- hingga Rp 19.000,- yang saya sesuaikan dengan standar pemasaran di Jakarta. Kalau di bawah harga itu, kasihan petaninya, untungnya mepet. Padahal, tujuan kita kan sejahtera bersama-sama petani. Maka saya menerapkan pola plasma yang fair kepada petani-petani saya. Semua panenan saya ambil dengan harga sangat layak dan timbangannya tepat,” ujar ketua Asosiasi Petani Ikan Sanden (APIS).

Anjar Sutiyana, pemilik toko Tani Maju Jl Magelang Km 5,6 Yogyakarta mengatakan bahwa kesadaran petani ikan untuk menggunakan probiotik belakangan ini memang meningkat tajam. “Dulu yang ke toko saya, kebanyakan cari pupuk dan bibit tanaman. Sekarang banyak petani lele, gurami, nila, dan udang galah mencari probiotik untuk keberhasilan tambaknya,” ujarnya.* MURDOKO
among kurnia ebo4 komentar
Langgan: Entri (Atom)


Budidaya Gurami Sistem Guba, Gampang dan Untung Berlipat
anak grameh di kolam terpal sistem Guba, hemat untung berlipat
BANTUL (KRjogja.com)- Prospek budidaya gurami yang sangat bagus seiring pesatnya perkembangan kuliner di kota-kota besar, membuat agribisnis perikanan ini diminati banyak orang. Hanya saja, masyarakat jangan sampai gegabah, asal terjun begitu saja.

”Lebih selamat bekali dulu dengan ilmu dan masuk dalam jaringan pasarnya. Supaya tidak ada kendala. Kalau pun ada masalah, ada pihak yang mendampingi menemukan solusinya. Sehingga budidaya gurami bisa dilakukan lebih mudah dan tanpa rasa khawatir,” jelas Wiwied Usman, Sekjen PerMina (Perhimpunan Masyarakat Perikanan Nusantara), Sabtu (10/9).

Karenanya, Lembaga Pengkajian Agribisnis Strategis (LPAS) bersama PerMina kembali menggelar Diklat Gurami Sistem Guba Minggu 18 Oktober 2009 di kampung Gurami Jlamprang, Jambidan, Bantul, dengan pembicara Gosis Siswanto (pengusaha gurami, pemegang jaringan Jawa & Kalimantan) dan Among Kurnia Ebo (konsultan agribisnis, pengggas teknik Guba hasil riset PPAU Ilmu Hayati ITB.

Direncanakan diklat ini akan dibuka oleh Kepala Dinas Perikanan&Kelautan Propinsi DIY, Ir. T. Soegiharto, Msi. Informasi lebih detail, Wiwied Usman (0274 9357800) Pedukuhan Jlamprang Desa Jambidan, Bantul Yogyakarta.

”Kami batasi 45 peserta agar pelatihan berlangsung efektif, intensif, dan tercipta keguyuban. Materi menyangkut prospek pasar, teknik budidaya Sistem Guba (Gugus Simba), pembibitan, pembesaran, dan pemasaran, analia usaha, serta pembentukan networking bersama Permina,” jelas Wiwied yang alumni Entrepreneur University (EU) Yogyakarta.

Dalam diklat ini peserta akan mendapat panduan detil aplikasi teknik Guba yang dua kali lipat hasilnya lebih menguntungkan jika dibandingkan cara konvensional. Pada prinsipnya, teknik Guba adalah aplikasi probiotik untuk memacu keberhasilan budidaya ikan, baik pada dasar kolam, pertumbuhan ikan, dan kualitas air kolam.

Jika cara konvensional, 30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging, dengan sistem Guba dimaksimalkan menjadi 28-30 kg. Berat ikan bisa lebih berbobot karena probiotik akan membuat pakan 90% menjadi daging, hanya 10% terbuang sebagai amoniak. Waktu panen juga lebih pendek.

”Pengalaman kami, dari ukuran kuku seharga Rp 175 per ekor, dengan pemakaian probiotik secara rutin, kurang dari 3 bulan sudah mencapai,” ukuran 4 jari orang dewasa. Sudah ditawar Rp 2.000 per ekor, tapi belum saya jual,” ujar Yoga, pemilik 2 ha kolam gurami di depan Kantor Pos Minggir, Sleman, Yogyakarta, peserta diklat angkatan 5 yang kini fanatik mengaplikasikan teknik Guba.

Sistem Guba memberikan terobosan pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik RajaGrameh dan SPF yang dicampur pakan maka tebar 1000 bibit dua jari, bisa panen 9 kwintal dalam 8-10 bulan. Selisih panennya 2 kwintal, senilai Rp 4 juta, jika dibanding cara tradisional. Padahal beaya tambahan probiotik cuma Rp 400.000. Jadi, Sistem Guba jelas sangat menguntungkan, baik di usaha pembibitan maupun pembesaran,” tandas Wiwid.
(Mdk)

Budidaya Gurame

Budi Daya Gurami dengan Sistem Guba Panen Lebih Awal, Untung Bisa Berlipat BUDI daya gurami dengan sistem konvensional yang tidak memakai perlakuan apa-apa terhadap kondisi kolam ataupun ikan ternyata mulai ditinggalkan. Sekarang, petani yang berwawasan modern memanfaatkan kemajuan riset dan teknologi untuk mendapatkan keuntungan berlipat. Hadirnya sistem guba (gugus simba) terbukti memiliki kelebihan dan menguntungkan petani. Metode gugus simba inilah yang kini diperlenalkan secara serius oleh PerMina (Perkumpulan Masyarakat Perikanan Nusantara) agar bisa memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada para petani ikan. Sebab, dengan sistem konvensional, selama ini petani gurami banyak menemukan kendala dalam budi daya, misalnya ikan sering sakit, kematian tinggi pada bibit, buruknya manajemen air sehingga banyak ikan terkena jamur dan problem kelambanan pertumbuhan. ’’Teknik guba telah terbukti efektif untuk mengatasi problem dan kendala yang sering dihadapi petani ikan, juga bisa mendongkrak produktivitas kolam,’’ ujar Sekjen PerMina, Wiwied Usman di sela-sela diklat budi daya gurami baru-baru ini. Dia menjelaskan, jika dengan cara konvensional, 30 kg pakan pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan. Namun dengan sistem guba bisa lebih maksimal, yakni menjadi 28-29 kg. Atau konversinya 1:1, berat ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 95% pakan menjadi daging dan hanya 5% yang terbuang sebagai amoniak. Bukan hanya itu, waktu panennya jauh lebih pendek. Pengalaman Wiwied, untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet hanya butuh waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara konvensional tanpa penambahan probiotik apa pun pada pakan, ikan baru mencapai bobot 6-7 ons dalam 1-1,5 tahun. Dia jelaskan lebih jauh, untuk 1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek dengan harga Rp 1.000/ekor membutuhkan pakan 30 zak (seharga Rp 210.000). Total modal sekitar Rp 7.500.000. Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal dengan harga panen Rp 20.000 /kg sehingga petani mendapatkan pemasukan Rp 14.000.000 dan ada laba sekitar Rp 6.000.000. Lebih Berbobot Sistem guba memberikan terobosan pada berat/bobot ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele, Nutrisi Simba ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan, maka hasil panen bisa mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta, ada selisih 2 kuintal senilai Rp 4.000.000 dibandingkan dengan cara konvensional. ’’Dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk mencampur 5 kg pakan pelet terbukti hasilnya luar biasa. Panen lebih cepat dan lebih berbobot. Padahal untuk 30 zak pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400.000, yakni probiotik untuk pemacu tumbuh Rp 200.000, probiotik untuk penambah bobot Rp 100.000 dan obat pencegah penyakit Rp 100.000.


*dari berbagai sumber*)
Trobos.com                                                      http://www.trubus-online.co.id/
https://www.facebook.com/trubusmajalah       https://twitter.com/trubusonline
okezone.com                                                    viva.co.id
suara.com                                                        jpnn
merdeka.com                                                   tribunnews.com
liputan6.com                                                    kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar