Budidaya Nila Merah (terapan)
|
|
Budidaya ikan nila merah (Oreochromis sp.) sangat mudah. Selain dapat
memijah secara alami, juga tidak memerlukan perlakuan khusus. Keadaan ini
menjadikan budidaya ikan nila merah berkembang sangat pesat di pelosok tanah air.
Budidaya ikan nila merah dilakukan dalam beberapa tahapan.
Pematangan Gonad di kolam tanah
Pematangan gonad nila merah bisa dilakukan di kolam
tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan selama 2 – 4 hari dan
perbaiki seluruh bagian kolam; isi air setinggi 80 – 100 cm dan alirkan
secara kontinyu; masukan 400 ekor induk; beri pakan tambahan (pelet) sebanyak
3 persen/hari (3 kg) setiap hari. Catatan : induk jantan dan betina
dipelihara terpisah.
Pematangan di bak tembok
Pematangan gonad juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan bak tembok
ukuran panjang 6 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 – 4 hari;
isi air setinggi 80 – 100 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 100 ekor
induk; beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari. Catatan : induk
jantan dan betina dipelihara terpisah.
Seleksi
Seleksi induk dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada
tubuh. Tanda induk betina : tubuh memanjang; warna agak kusam; perut agak
gendut, gerakan lamban, punya dua alat kelamin yang membulat, satu lubang
telur satu lubang kencing, dan berukuran 300 – 500 gram. Tanda induk jantan :
tubuh membulat; warna cerah; bersirip kemerahan; gerakan lincah, punya satu
alat yang memanjang, terkadang keluar cairan putih bening bila dipijit lubang
kelaminnya, dan berukuran antara 400 - 500 gram.
Pemijahan Secara Tradisional I
Pemijahan secara tradsional I dilakukan di kolam tanah.
Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; keringkan
selama 3 – 5 hari; isi air setinggi 40 - 60 cm dan alirkan secara kontinyu;
masukan 300 ekor induk betina; masukan pula 100 ekor induk jantan; biarkan memijah;
panen larva dilakukan pada hari ke 14 – 20 dengan sekup net di permukaan
kolam.
Pemijahan Secara Tradisional II
Pemijahan secara tradsional II juga dilakukan di kolam
tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; buat kobakan di dasar kolam (di
salah sudut dekat pintu pembuangan), dengan ukuran panjang panjang 4 m, lebar
2 m dan tinggi 1 m; perbaiki seluruh bagiannya; keringkan selama 3 – 5 hari;
isi air setinggi 40 - 60 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 300 ekor
induk betina; masukan pula 100 ekor induk jantan; biarkan memijah.
Panen larva dilakukan pada hari ke 14 pagi hari, dengan
cara mengeringkan kolam. Induk akan tertampung dalam kobakan dan agar tidak
mabuk, beri aliran dari kolam sebelah. Sementara larva akan naik menuju
aliran air dari pintu pemasukan dan akhirnya akan tertampung dalam kemalir.
Penangkapan larva dilakukan pada kubangan depan pintu pengeluaran.
Setelah larva tertangkap semua, seluruh bagian kolam
diperbaiki, permukaan pematang yang bocor ditutup, kemalir tengah digali lagi
(lebar 40 dan tinggi 10 cm), permukaan tanah dasar (bekas sarang pemijahan)
diratakan. Kolam yang sudah diperbaiki dijemur hingga sore hari. Pada sore
itu juga kolam diisi air lagi hingga ketinggian semula. Panen dilakukan 14 hari kemudian, dan terus dilakukan setiap 14 hari
sekali.
Pemijahan Secara Tradisional III
Pemijahan secara tradsional III dilakukan di kolam tanah. Caranya :
siapkan kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; keringkan selama 3 –
5 hari; isi air setinggi 40 - 60 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 300
ekor induk betina; masukan pula 100 ekor induk jantan; biarkan memijah; tebar
pupuk (kotoran ayam atau puyuh) pada hari ke 12; biarkan pupuk itu bereaksi
hingga tumbuh pakan alami; setelah itu, seluruh induk betina yang sedang mengerami
akan mengeluarkan larvanya hingga larva tersebar pada seluruh permukaan air
kolam; biasanya terjadi pada hari ke 16; tangkap larva dengan sekup net di
permukaan kolam hingga habis.
Pendederan I
Pendederan pertama dilakukan di kolam tanah. Caranya :
siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh
bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 – 7 karung
kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air
tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari,
beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari;
setelah 2 minggu, sebar ke kolam lain bila penuh; panen dilakukan setelah
berumur 3 minggu.
Pendederan II
Pendederan kedua dilakukan di kolam tanah. Caranya :
siapkan kolam ukuran 1.000 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh
bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 10 – 15
karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5
hari (air tidak dialirkan); tebar 40.000 ekor (telah diseleksi); beri 3 – 5
kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen setelah
berumur sebulan.
Pendederan III
Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya :
siapkan kolam ukuran 1.000 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh
bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 10 – 15
karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5
hari (air tidak dialirkan); tebar 20.000 ekor ukuran 5 – 8 cm (telah
diseleksi); beri 3 – 5 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam; panen
setelah berumur sebulan.
Pembesaran di kolam tanah
Pembesaran nila merah bisa dilakukan di kolam tanah.
Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 1.000 m2; perbaiki seluruh bagiannya;
tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 60 cm dan
rendam selama 5 hari; masukan 50 kg benih (10.00 ekor ukuran 10 – 12 cm atau
20 gram/ekor atau disebut juga sangkal) hasil seleksi; beri pakan 3 persen
setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan
berat ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 3 bulan. Sebuah
kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi sebanyak 200 – 300 kg.
Pembesaran di kolam jaring apung
Pembesaan
nila merah bisa juga dilakukan di kolam jaring apung (KJA). Pembesaran ini
tidak sebagai komoditas utama, tetapi sebagai komoditas sampingan. Caranya,
siapkan sebuah kolam jaring apung lapis kedua; masukan 200 kg benih
(sangkal); selama pemeliharaan tidak diberi pakan tambahan, tetapi hanya
memanfaatkan pakan sisa ikan mas; Panen dilakukan setelah 3 bulan. Sebuah kolam jaring aung dapat meghasilkan ikan konsumsi sebanyak 400 -
500 kg. Info
lengkap : BUDIDAYA
NILA MERAH
|
Nila BEST - Perbaikan Mutu Genetik Nila
|
Pendahuluan
Dalam periode waktu yang cukup lama, konsentrasi
perikanan nila nasional adalah pada optimalisasi teknik dan sistem budidaya
serta penyediaan benih bagi budidaya untuk meningkatkan produksi. Sedangkan
pengembangan mutu genetik komoditas dirasakan masih tertinggal. Sejak nila diintroduksi dari Taiwan 1969, upaya perbaikan mutu genetik dilakukan dengan cara mendatangkan strain unggul dari luar. (distributor ovaprim dll). Khusus nila berwarna hitam, jenis-jenis dari luar negeri didatangkan dari Thailand tahun 1989 (Chitralada), Filipina tahun 1994 dan 1997 (GIFT). Sedangkan jenis warna merah didatangkan dari Thailand tahun 1989 (NIFI). Namun beberapa tahun terakhir terjadi kecendrungan penurunan kualitas genetik karena kurang tepatnya pengelolaan yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan (Gustiano dkk, 2007). Hasil akhir dari penurunan pertumbuhan tersebut akan menyebabkan penurunkan produksi dan produktivitas, serta pendapatan pembudidaya ikan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengantisifasi problem tersebut, yang dapat dilakukan melalui program pemuliaan/perbaikan mutu genetik. Dalam tulisan ini disampaikan upaya-upaya perbaikan mutu genetik. Aplikasi Teknologi Perbaikan Mutu Genetik Perbaikkan mutu genetik untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pada ikan nila dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama dengan melakukan introduksi jenis unggul dari luar untuk memperbaiki keragaan ikan lokal dengan menggunakan ikan-ikan tersebut sebagai material dasar/genetik (Gustiano dkk, 2006). Kerugian yang muncul akibat introduksi dapat menyebabkan pencemaran genetik melalui interaksi antara jenis asli dan pendatang akibat adanya penyisipan gen (introgresi) pada ikan asli. Pencemaran genetik dapat berlanjut sampai mengakibatkan terjadinya penggantian/kepunahan spesies asli dengan spesies pendatang atau penurunan mutu genetik dari ikan introduksi. Contoh kasus pada nila adalah introduksi jenis GIFT dari Filipina memberikan dampak yang besar terhadap jenis yang telah lama ada di Indonesia. Kedua dengan melakukan persilangan/hibridisasi untuk mendapatkan sifat unggul yang lebih baik dari populasi asal. Pada dasarnya, hibridisasi adalah memanfaatkan sifat heterosis karena sifat dominan dan heterozigot pada banyak lokus (Tave, 1993) atau interaksi dari alela pada lokus (Kapuskinski, 1986). Persilangan umumnya dilakukan antar populasi yang memiliki keunggulan spesifik. Kegiatan persilangan pada nila di Indonesia banyak dilakukan oleh para pembudidaya untuk mendapatkan jenis yang memiliki pertumbuhan lebih cepat atau tampilan tertentu. Produk hibrida banyak ditemui di masyarakat. Namun demikian, apabila persilangan dilakukan secara tak terkendali akan mengakibatkan hilangnya sifat/karakter spesifik dari populasi asal. Untuk menghindari hal yang tidak dikehendaki sebaiknya hasil persilangan/hibrida hanya digunakan sebagai produk akhir saja untuk konsumsi. Ketiga dengan memanfaatkan keunggulan jenis kelamin jantan (Dunham et al., 2001). Pada nila telah diketahui umum bahwa jenis jantan memiliki pertumbuhan dua kali lipat dibandingkan dengan betina (Tave, 1995; Gustiano dkk, 2006). Pembentukkan jenis jantan dapat dilakukan sebagai berikut: 1) pemberian hormon melalui pakan atau perendaman (Zairin, 2003), 2) rekayasa genom/androgenesis dengan cara merusak sifat betina dan ditindak lanjuti dengan diploidisasi secara buatan (Myer et al., 1995; Sugama, 2006), 3) pembentukkan pejantan super (YY supermale) (Scott et al., 1989; Mair et al., 1995; Arifin dkk, 2004). Keempat dengan melakukan seleksi terhadap karakter penting. Seleksi merupakan suatu teknik untuk memperbaiki sifat yang terukur (quantitative trait). Prinsip dasar dari seleksi adalah ekploitasi sifat ‘additive’ dari alela-alela pada semua lokus yang mengontrol sifat terukur untuk memperbaiki suatu populasi (Kirpichnikov, 1980; Falconer, 1989; Tave, 1993; Gjedrem, 2005). Secara mendasar seleksi dapat dibedakan menjadi seleksi individu/massa dan famili. Pada seleksi individu hubungan kekerabatan diabaikan dan uji banding dilakukan diantara individu. Individu-individu diurutkan berdasarkan kriteria/ukuran dan yang terbaik akan diambil sebagai calon induk. Sedangkan pada seleksi famili, hubungan famili merupakan faktor yang penting dan rata-rata famili dibandingkan untuk mengambil keputusan selanjutnya. Dalam seleksi famili pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi “antar famili/between family atau dalam famili/within family”. Gabungan antara antar dan dalam famili disebut kombinasi antar dan dalam famili. Jenis seleksi lainnya (tandem, independent culling dan selection index) merupakan variasi dari kedua bentuk seleksi tersebut (Kapuskinski, 1986; Tave, 1995; Gjedrem, 2005). Kelima dengan “DNA recombinant”/ “gene transfer”/ “transgenic”. Teknik ini merupakan persilangan pada tingkatan molekuler. Untuk melakukan transfer gen dibutuhkan ‘DNA construct’ yang terdiri atas ‘transgene’ dan ‘promoter’ sebagai bahan dasar yang akan ditransfer ke ikan target. Pembentukkan ikan transgenik melalui transfer ‘DNA contruct’ dapat dilakukan dengan beberapa metoda: 1) microinjection, 2) electroporation, 3) sperm-mediated transfer, 4) biolistics, 5) viral vectors, 6) lipofection, (Beaumont and Hoare, 2003). Transgenik pada nila pertama kali dilakukan oleh Rahman and MacClean (1999). Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa jenis transgenik memiliki pertumbuhan 300% lebih besar dibandingkan dengan nontransgenik. Martinez et al., (1999) juga melaporkan keunggulan pertumbuhan ikan transgenik dengan perbedaan yang sangat nyata. Seleksi Karakter Kuantitatif. Keberhasilan aplikasi metoda seleksi (individu maupun famili) pada karakter kuantitatif akan optimal apabila telah tentukan sasaran yang akan dicapai. Menurut Gjedrem (1993), penetapan sasaran yang harus dilakukan meliputi :
Karakter seleksi yaitu
karakter kuantitatif yang akan diperbaiki melalui seleksi harus jelas.
Karakter tersebut dapat dipilih sebagai prioritas adalah, kecepatan tumbuh,
ketahanan penyakit dan kematangan gonad dini atau lainnya
Salah satu contoh keberhasilan seleksi dalam menghasilkan strain unggul adalah ikan nila GIFT yang kini sudah beredar luas di masyarakat internasional. Dewasa ini satu lagi strain unggul telah dihasilkan oleh BRPBAT. Setelah dilakukan penelitian selama 4 tahun (2004-2008) di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Cijeruk telah diperoleh keturunan F3. Berdasarkan keunggulan yang ada, ikan hasil seleksi dinyatakan lulus oleh Tim Penilaian dan Pengujian Release Ikan Nila sebagai varietas baru yang diberi nama nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) yang ditetapkan pada tanggal 2 Desember 2008, dengan deskrifsi dan keunggulan sebagai berikut:
o
§
o
§
o
§
|
Budidaya Ikan Gurame (terapan)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar